Rabu, 25 Januari 2017

Sri Mulyani: Uangnya Ada, Bagaimana Mengelolanya?



Uangnya Ada, Bagaimana Mengelolanya?
Oleh: Sri Mulyani Indrawati

DALAM postur APBN kita jelas membutuhkan policy agar bisa mencapai tujuan yang ditetapkan. Kalau APBN 2016 kita tutup dengan defisit di 2,46% dan penerimaan pajak Rp1.283 triliun, tahun ini kita akan diharapkan mencapai Rp1.498 triliun; itu adalah angka yang meningkat cukup tajam.Ini artinya perlu kita usahakan sejak Januari ini penerimaan perpajakan harus terus ditingkatkan. Kalau Anda lihat dari sisi belanja pusat dan daerah, belanja K/L Rp763 triliun dan belanja daerah Rp764,9 triliun lebih banyak sedikit dari belanja daerah. Untuk 2017, prioritas kita adalah bagaimana kegiatan pembangunan infrastruktur yang sedang berjalan dan kemarin agak mengalami penundaan karena APBN. Sekarang diakselerasikan kembali.

Efektivitas belanja daerah dan dana desa yang mencapai Rp60 triliun menjadi luar biasa penting. Kalau tadi saya mengatakan kemiskinan 10,7, seharusnya bisa mendekati 9,5. Dana desa ini belum pernah terjadi dalam level setinggi Rp60 triliun per tahun, meningkat luar biasa besar. Kalau kita melihat profil kemiskinan, banyak yang berasal dari desa. Maka dengan anggaran yang sudah ditransfer, kita harus meyakinkan mereka mampu mengentaskan kemiskinan. Sekarang dengan adanya UU Desa, dananya sudah mencapai Rp60 triliun, dan itu angka yang tidak sedikit. Waktu Indonesia membuat program pengentasan rakyat dari kemiskinan melalui PNPM, yakni pada tingkat kecamatan ke bawah, itu bisa menurunkan kemiskinan dari 16% ke sekitar 11% itu dengan anggaran Rp11 triliun-Rp12 triliun saja.

Level elementer

Jadi, kalau ini persoalan Indonesia, bukan masalah tidak punya uang. Ini adalah persoalan apakah kita mampu mengelola uang tersebut untuk tujuan yang sudah kita sepakati atau tidak. Ini adalah tantangan yang berbeda. Kalau Anda suka bermain game, ini bukan level elementer lagi, tapi sudah masuk ke level lebih tinggi. Dalam perspektif dunia, Indonesia di antara G-20 dan BRICS (Brasil, Russia, India, China, and South Africa) country. Dari sisi pertumbuhan 5,7, kita adalah ketiga tertinggi. Kalau di ASEAN negara lain yang bisa tubuh lebih tinggi daripada Indonesia karena income per capita-nya lebih rendah daripada kita. Jadi, kalau income per capitanya lebih rendah biasanya kemampuan untuk tumbuh lebih tinggi. Tetapi semua income per capita yang selevel dengan kita tumbuhnya masih di bawah kita.

Ini menunjukkan bahwa ada sebuah pencapaian. Tetapi saya tidak mengatakan kalau kita sudah puas, karena pekerjaan rumahnya sangat banyak. Itu yang harus kita fokuskan dan tingkatkan kemampuan di dalam memfokuskan Indonesia, baik tenaga dan pikiran untuk menaikkan kemampuan masyarakat.

Ada empat hal dari sisi kuliah kita pagi hari ini, yaitu kebijakan ekonomi yang tepat sasaran, efektif, dan memiliki efek ganda. Dia bukan lagi mengenai masalah uangnya ada atau tidak, ada uangnya, tetapi apakah tepat sasaran? Efektif dan menciptakan daya dorong yang kita harapkan? Kedua, tadi yang saya sampaikan berkali-kali, lembaga pemerintahan yang bersih, transparan, dan efektif. Reform dari birokrasi kita harus dilakukan. Ketiga, keterbukaan kita sebagai suatu negara di sisi pemikiran tidak inward-looking kita open minded dan mau serta mampu untuk menerima keberagaman. Termasuk di dalam desain ekonomi bahwa Indonesia tidak hanya Jawa. Dia memiliki pilihan policy yang bisa dikembangkan dan harus mampu mendiversifikasi di dalam setiap pulau agar mereka tidak terlalu bergantung pada satu komoditas. Saya bicara ekonomi, tetapi saya tahu dari sisi sosial politik ini resonansinya sangat besar, sama ada konektivitas dari kemampuan kita kalau kita bicara dari sisi tataran ekonomi.

Terakhir, tentu saja setiap negara baik buruknya, berhasil atau tidak berhasilnya, terletak pada manusianya. Manusia yang berkualitas memiliki arti yang sangat banyak. Tidak hanya dia sekolah secara formal, tetapi apakah selama sekolah mendapatkan the real learning process? Tidak sekadar makan, tetapi apakah makanannya membuat dia menjadi sehat. Tidak sekadar bekerja, tetapi apakah kerjanya berkualitas. Jadi, ini adalah PR bagi kita. Kita lihat rekam jejak kemampuan kita untuk mendesain suatu instrumen, kemampuan bangsa ini untuk selalu belajar dari kesalahan sendiri dan kesalahan bangsa lain. Saya yakin Indonesia akan bisa menjadi negara besar. []

MEDIA INDONESIA, 20 January 2017
Sri Mulyani Indrawati | Menteri Keuangan Republik Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar