Uangnya
Ada, Bagaimana Mengelolanya?
Oleh: Sri
Mulyani Indrawati
DALAM postur
APBN kita jelas membutuhkan policy agar bisa mencapai tujuan yang ditetapkan.
Kalau APBN 2016 kita tutup dengan defisit di 2,46% dan penerimaan pajak Rp1.283
triliun, tahun ini kita akan diharapkan mencapai Rp1.498 triliun; itu adalah
angka yang meningkat cukup tajam.Ini artinya perlu kita usahakan sejak Januari
ini penerimaan perpajakan harus terus ditingkatkan. Kalau Anda lihat dari sisi
belanja pusat dan daerah, belanja K/L Rp763 triliun dan belanja daerah Rp764,9
triliun lebih banyak sedikit dari belanja daerah. Untuk 2017, prioritas kita
adalah bagaimana kegiatan pembangunan infrastruktur yang sedang berjalan dan
kemarin agak mengalami penundaan karena APBN. Sekarang diakselerasikan kembali.
Efektivitas
belanja daerah dan dana desa yang mencapai Rp60 triliun menjadi luar biasa
penting. Kalau tadi saya mengatakan kemiskinan 10,7, seharusnya bisa mendekati
9,5. Dana desa ini belum pernah terjadi dalam level setinggi Rp60 triliun per
tahun, meningkat luar biasa besar. Kalau kita melihat profil kemiskinan, banyak
yang berasal dari desa. Maka dengan anggaran yang sudah ditransfer, kita harus
meyakinkan mereka mampu mengentaskan kemiskinan. Sekarang dengan adanya UU
Desa, dananya sudah mencapai Rp60 triliun, dan itu angka yang tidak sedikit.
Waktu Indonesia membuat program pengentasan rakyat dari kemiskinan melalui
PNPM, yakni pada tingkat kecamatan ke bawah, itu bisa menurunkan kemiskinan
dari 16% ke sekitar 11% itu dengan anggaran Rp11 triliun-Rp12 triliun saja.
Level
elementer
Jadi, kalau ini persoalan Indonesia, bukan masalah tidak punya uang. Ini adalah persoalan apakah kita mampu mengelola uang tersebut untuk tujuan yang sudah kita sepakati atau tidak. Ini adalah tantangan yang berbeda. Kalau Anda suka bermain game, ini bukan level elementer lagi, tapi sudah masuk ke level lebih tinggi. Dalam perspektif dunia, Indonesia di antara G-20 dan BRICS (Brasil, Russia, India, China, and South Africa) country. Dari sisi pertumbuhan 5,7, kita adalah ketiga tertinggi. Kalau di ASEAN negara lain yang bisa tubuh lebih tinggi daripada Indonesia karena income per capita-nya lebih rendah daripada kita. Jadi, kalau income per capitanya lebih rendah biasanya kemampuan untuk tumbuh lebih tinggi. Tetapi semua income per capita yang selevel dengan kita tumbuhnya masih di bawah kita.
Ini menunjukkan bahwa ada sebuah pencapaian. Tetapi saya tidak mengatakan kalau kita sudah puas, karena pekerjaan rumahnya sangat banyak. Itu yang harus kita fokuskan dan tingkatkan kemampuan di dalam memfokuskan Indonesia, baik tenaga dan pikiran untuk menaikkan kemampuan masyarakat.
Ada empat
hal dari sisi kuliah kita pagi hari ini, yaitu kebijakan ekonomi yang tepat
sasaran, efektif, dan memiliki efek ganda. Dia bukan lagi mengenai masalah
uangnya ada atau tidak, ada uangnya, tetapi apakah tepat sasaran? Efektif dan
menciptakan daya dorong yang kita harapkan? Kedua, tadi yang saya sampaikan
berkali-kali, lembaga pemerintahan yang bersih, transparan, dan efektif. Reform
dari birokrasi kita harus dilakukan. Ketiga, keterbukaan kita sebagai suatu
negara di sisi pemikiran tidak inward-looking kita open minded dan mau serta
mampu untuk menerima keberagaman. Termasuk di dalam desain ekonomi bahwa
Indonesia tidak hanya Jawa. Dia memiliki pilihan policy yang bisa dikembangkan
dan harus mampu mendiversifikasi di dalam setiap pulau agar mereka tidak
terlalu bergantung pada satu komoditas. Saya bicara ekonomi, tetapi saya tahu
dari sisi sosial politik ini resonansinya sangat besar, sama ada konektivitas
dari kemampuan kita kalau kita bicara dari sisi tataran ekonomi.
Terakhir,
tentu saja setiap negara baik buruknya, berhasil atau tidak berhasilnya,
terletak pada manusianya. Manusia yang berkualitas memiliki arti yang sangat
banyak. Tidak hanya dia sekolah secara formal, tetapi apakah selama sekolah
mendapatkan the real learning process? Tidak sekadar makan, tetapi apakah
makanannya membuat dia menjadi sehat. Tidak sekadar bekerja, tetapi apakah
kerjanya berkualitas. Jadi, ini adalah PR bagi kita. Kita lihat rekam jejak
kemampuan kita untuk mendesain suatu instrumen, kemampuan bangsa ini untuk
selalu belajar dari kesalahan sendiri dan kesalahan bangsa lain. Saya yakin
Indonesia akan bisa menjadi negara besar. []
MEDIA
INDONESIA, 20 January 2017
Sri
Mulyani Indrawati | Menteri Keuangan Republik Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar