Penciptaan Tubuh Suci
Kanjeng Nabi Muhammad – 3
Ka'b al-Ahbaar
radiyAllahu 'anhu berkata, "Ketika cahaya Muhammad sall-Allahu 'alaihi
wasallam sampai pada Abdul Muttalib, dan dia telah mencapai usia kedewasaan,
dia tidur suatu hari di halaman Ka'bah; ketika ia bangun, matanya terhitamkan
dengan antimony (kohl), rambutnya terminyaki, ia terhiasi dengan jubah yang
indah dan cantik. Ia terkejut, tak mengetahui siapa yang telah melakukan hal
itu padanya. Ayahnya menggapai tangannya dan segera membawanya ke tukang ramal
Quraisy; mereka menasihatinya untuk menikah, dan ia pun menikah. Bau dari misik
terbaik biasa memancar keluar dari dirinya, dengan Nur (cahaya) dari Muhammad
sall-Allahu 'alaihi wasallam berkilauan dari dahinya. Kapan saja terjadi
kekeringan, kaum Quraisy biasa membawanya ke Gunung Tsabiir, dan berdoa kepada
Allah melalui dirinya memohon Allah untuk menurunkan hujan. Allah akan menjawab
doa mereka dan menurunkan hujan karena barakah dari Nur Muhammad sall-Allahu
'alaihi wasallam."
Ketika Abrahah, raja
Yaman datang untuk menghancurkan rumah suci (Ka'bah) dan kabar tentang ini
sampai ke kaum Quraisy, Abd al-Muttalib berkata pada mereka, "Ia tak akan
sampai ke Rumah ini, karena Rumah ini di bawah perlindungan Tuhannya."
Dalam perjalanannya ke Makkah, Abrahah menjarah unta-unta dan domba kaum
Quraisy, di antaranya empat ratus unta betina milik Abd Al-Muttalib. Ia dan banyak
dari kaum Quraisy pergi ke Gunung Tsabiir. Setelah mendaki gunung tersebut,
cahaya dari NabiyAllah sall-Allahu 'alaihi wasallam muncul dalam bentuk suatu
lingkaran di dahinya seperti sebuah bulan sabit, dan sinarnya terpantulkan ke
Rumah Suci Ka'bah. Ketika 'Abdul Muttalib melihat hal itu, ia berkata,
"Wahai, kaum Quraisy, engkau boleh kembali sekarang, sudah aman. Demi
Allah, kini cahaya ini telah membentuk suatu lingkaran pada diriku, tak ada
keraguan bahwa kemenangan menjadi milik kita."
Mereka kembali ke Makkah,
di mana mereka bertemu seorang laki-laki yang diutus Abrahah. Saat melihat
wajah 'Abdul Muttalib, laki-laki tersebut tertegun, lidahnya tergagap-gagap. Ia
pun pingsan, sambil melenguh seperti lembu jantan yang tengah disembelih.
Ketika ia sadar kembali, ia pun jatuh bersujud kepada Abdul Muttalib, sambil
berkata, "Aku bersaksi bahwa engkau benar-benar Pemimpin Kaum
Quraisy."
Telah diriwayatkan
pula bahwa ketika Abdul Muttalib muncul di depan Abrahah, gajah putih yang
besar dalam pasukannya melihat ke wajah Abdul Muttalib dan jatuh berlutut
seperti seekor unta, dan jatuh bersujud. Allah membuat gajah tersebut
berbicara, berkata, "Keselamatan bagi cahaya di sulbimu, wahai Abd
al-Muttalib." Ketika pasukan Abrahah mendekat untuk menghancurkan Ka'bah
suci, gajah tadi berlutut kembali. Mereka memukulinya kepalanya dengan hebat
untuk membuatnya berdiri, yang tak mau ia lakukan. Tetapi, ketika mereka
memutarnya menuju Yaman, ia pun berdiri. Kemudian Allah mengirimkan untuk
melawan mereka, armada-armada burung dari lautan, setiap ekor dari mereka
membawa tiga batu: satu dalam paruhnya, dan satu dalam setiap cakar kakinya.
Batu-batu itu memiliki ukuran seperti miju-miju, dan jika satu batu mengenai
seorang prajurit, prajurit itu akan terbunuh. Pasukan Abrahah lari tunggang
langgang. Abrahah sendiri terserang suatu penyakit. Ujung jari-ujung jarinya
terlepas, satu demi satu. Tubuhnya mengeluarkan darah dan nanah, dan akhirnya
jantungnya terbelah, dan ia pun tewas.
Peristiwa inilah yang
diacu oleh Allah ketika Ia berfirman pada Nabi-Nya sall-Allahu 'alaihi
wasallam, mengatakan, "Tahukah engkau bagaimana Tuhanmu memperlakukan
Pasukan Gajah…" (QS Al-Fiil:1-5). Peristiwa ini adalah suatu tanda akan
martabat dari junjungan kita, Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam, dan suatu
tanda akan kenabiannya, dan kedudukannya. Peristiwa ini juga menunjukkan
kehormatan yang dikaruniakan pada masyarakatnya, dan bagaimana mereka
dilindungi, yang membuat kaum Arab menyerah pada mereka, dan percaya pada
kemuliaan dan keunggulan mereka, karena adanya perlindungan Allah atas diri
mereka dan pembelaan-Nya pada mereka melawan plot dari Abrahah yang seakan-akan
tak terkalahkan. []
Allaahumma shalli
afdalas salaati 'ala habiibikal mushtofa sayyidina muhammadin wa 'ala aalihi
wasahbihi wasallaam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar