Natal, Milad, dan Harlah
Oleh: Komaruddin Hidayat
Dari segi bahasa ketiga kata di atas artinya sama, yaitu menunjuk
pada peringatan hari kelahiran. Yang pertama berasal dari bahasa Latin, kedua
bahasa Arab, ketiga bahasa Indonesia.
Namun dari rasa bahasa yang tumbuh dari konteks sosial yang
berbeda, masing-masing punya rasa dan makna yang juga berbeda. Istilah natal
biasanya digunakan oleh umat kristiani untuk mengenang lahirnya Yesus Kristus,
milad digunakan di kalangan Muhammadiyah, dan harlah (hari lahir) di lingkungan
NU.
Dua yang terakhir untuk memperingati berdirinya ormas Islam yang
terbesar di Indonesia, Muhammadiyah (1912) dan Nahdlatul Ulama (1926). Kata
natal sendiri kadang digunakan di lingkungan universitas, yaitu dies natalis,
memperingati hari kelahirannya. Namun yang paling populer, kata natal selalu
menggema di akhir tahun, dikaitkan dengan 25 Desember, yang bagi umat kristiani
merupakan hari yang disakralkan, mengingat tanggal itu telah lahir Juru Selamat
Yesus Kristus.
Adapun mengenai tanggal kelahirannya, sesungguhnya sejarawan tidak
memiliki data dan bukti yang akurat sehingga di kalangan kristiani terbagi
menjadi empat versi dalam memperingati hari natal Yesus Kristus. Namun,
persoalan tidak akuratnya hari dan tanggal juga mengena semua tokoh-tokoh
sejarah dan para nabi mengingat mereka lahir dan hidup ribuan tahun yang lalu,
yang waktu itu belum ada sistem kalender yang baku dan tertulis seperti hari
ini.
Kita percaya adanya para nabi rasul Tuhan sejak Nabi Adam, tetapi
secara ilmiah-historis kita tidak memiliki catatan dan pengetahuan yang valid.
Jadi, bagi umat kristiani peringatan Natal lebih merupakan sikap iman, bukan
penetapan jam, hari, dan tanggal. Di situ terdapat unsur aproksimasi.
Kalau dalam konteks Nabi Muhammad yang terkenal adalah dia
dilahirkan pada Tahun Gajah (622 M), saat tentara Abrahah ingin menghancurkan
Kakbah dengan mengendarai gajah. Hanya jika membandingkan catatan historisdari
sekiansosoknabi, tentu Nabi Muhammad paling akurat ketimbang yang lain mengingat
sosok bayi Muhammad lahir paling akhir dan tradisi lisan, memori serta tulis
bangsa Arab waktu itu dikenal sudah mapan.
Untuk peringatan hari lahir individual, biasanya digunakan HUT
(hari ulang tahun), seperti topik nyanyian: Selamat Ulang Tahun, atau Happy
Birthday yang dinyanyikan setiap acara peringatan ulang tahun keluarga atau
teman. Karena peristiwa memperingati kelahiran seseorang, tokoh sejarah, negara
dan institusi bersifat universal, tentu ucapan ulang tahun di berbagai bangsa
dan negara berbeda-beda sesuai dengan tradisi dan bahasanya.
Dalam upacara ini, ada ungkapan rasa syukur, permohonan doa, dan
berbagi kebahagiaan dengan sesama. Tetapi dalam hal Natal yang berkaitan dengan
kelahiran Yesus Kristus, dalam masyarakat selalu saja muncul diskusi dan sikap
pro-kontra, apakah umat Islam boleh atau tidak mengucapkan selamat Natal pada
teman kristiani.
Ada yang berpendapat, selama itu dalam wilayah persahabatan
sebagaimana peringatan hari-hari kelahiran lain maka itu baik-baik saja. Ucapan
ikut berbahagia merayakan natal sebagai hari yang dianggap istimewa merupakan
ungkapan persahabatan. Tak ubahnya selamat merayakan hari-hari istimewa
lainnya.
Namun, ada yang beranggapan mengucapkan selamat Natal pada teman
kristiani tidak dibenarkan. Itu sama saja menerima dan mengakui iman kristiani
tentang Yesus Kristus sebagai Juru Selamat, yang jelas berbeda dari keimanan
dalam Islam. Tapi sesungguhnya di sini terdapat wilayah remangremang yang perlu
diperjelas, terutama oleh yang bersangkutan.
Apakah ucapan itu sebatas kemanusiaan dan persahabatan layaknya
dalam konteks merayakan hari-hari istimewa, semacam HUT, milad dan harlah,
ataukah melibatkan sikap iman. Bagi seorang menteri agama, ketika ada
peringatan hari besar keagamaan, termasuk Natal, mesti menyampaikan ucapan
selamat dalam kapasitasnya sebagai menteri.
Beberapa presiden di kawasan Timur Tengah juga biasa mengucapkan
selamat merayakan Natal. Jadi, akhirnya dikembalikan pada pribadi masing-masing
saja. Bayangkan, jika Anda seorang muslim, sementara orang tua beragama
Kristen, sikap apakah yang mau diambil? Atau bos Anda seorang Kristen,
sementara setiap Idul Fitri selalu memberi kado lebaran pada Anda, apa yang
biasa Anda lakukan?
Di situ ada pertimbangan persahabatan dan keyakinan agama yang
tidak perlu dikonfrontasikan, namun juga tetap menghargai keyakinan iman
masing-masing. Dalam kritik sejarah muncul dugaan kuat, sosok Yesus Kristus itu
tak lain adalah Isa Al- Masih. Hanya, antara umat kristiani dan muslim berbeda
dalam konsep, tafsir, dan keyakinan tentang sosok ini.
Secara singkat, bagi iman Kristen Yesus Kristus adalah Sang Juru
Selamat, sebuah konsep yang memerlukan penjelasan panjang lebar. Bagi umat
Islam, Yesus Kristus atau Isa Al-Masih adalah sosok nabi rasul Allah
sebagaimana nabi-nabi lain seperti Ibrahim, Musa, dan Muhammad. Lalu, bagaimana
proses perubahan ucapan dari Isa ke Yesus?
Itu semata persoalan bahasa dan budaya, mirip nama-nama pemain
bola asal Arab-Afrika yang berubah ucapan dan panggilan setelah pindah ke klub
Eropa. Yang masih dekat adalah Ibrahim jadi Abraham, Musa menjadi Moses, Yusuf
menjadi Yoseph. Hasan Anwar menjadi Eisenhower?
Jadi, kita mesti membedakan antara bahasa, konsep, substansi dan
keyakinan keagamaan agar tidak bingung dan berdebat tiap tahun soal bungkus dan
kemasan, namun tidak masuk ke isi dan substansi. Selamat merayakan libur akhir
tahun. Selamat merayakan natal Yesus Kristus bagi temanteman kristiani. Selamat
merayakan milad Nabi Isa bagi umat Islam. Lalu, bagaimana memosisikan tradisi
zikir nasional di pengujung akhir tahun Masehi. []
KORAN SINDO, 26 Desember 2014
Komaruddin Hidayat ; Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar