Memajukan Usaha dengan Ritual-Spiritual Agama
Judul
: Spiritual Enterpreneurship Transformasi Spiritualitas Kewirausahaan
Penulis
: Dr. Abdul
Jalil, M.EI.
Penerbit
: LkiS
Cetakan
: I, 2013
Tebal
: xviii + 290 halaman; 14,5 x 21 cm
ISBN
: 978-979-16776-4-6
Peresensi
: Junaidi Khab, Pecinta baca buku,
tinggal di Surabaya
Agama Islam tidak hanya mengajarkan umat
manusia untuk melakukan ibadah secara terus menerus tanpa melakukan suatu upaya
sebagai penyambung hidupnya. Akan tetapi, Islam juga mengajarkan bagaimana umat
manusia bisa menyambung hidupnya agar berkembang dan maju. Di sinilah suatu
usaha, pekerjaan, dan dunia bisnis juga dianjurkan dalam Islam.
Nabi Muhammad Saw. saja sudah belajar mencari penghidupan dengan menggembala kambing orang Quraisy. Setelah dewasa beliau mendagangkan barang milik Siti Khadijah yang kelak menjadi istrinya. Anjuran beribadah dalam agama Islam tidak serta-merta meniadakan perintah untuk berusaha bagi umat manusia. Di sini ada keseimbangan antara urusan dunia dan urusan akhirat yang tidak boleh ditinggalkan.
Kehadiran buku karya Dr. Abdul Jalil, M.EI. ini ingin menunjukkan bahwa ritual keagamaan mampu menumbuhkan jiwa pengusaha. Sebuah studi yang akan mengantarkan kita pada spiritual enterpreneur. Studi ini dilakukan di kabupaten Kudus, yang dikenal dengan kota kretek, karena banyak berdiri pabrik rokok/kretek di sana. Dalam kehidupan masyarakat Kudus, ditemukan bahwa ritual-spiritual yang dijadikan pegangan dalam menjalankan suatu usaha/bisnis. Dengan ritual-spiritual yang diajarkan dalam agama Islam itulah, mereka menemukan jalan terang dan kelancaran dalam mengembangkan dunia usahanya.
Ada banyak ritual yang dilakukan oleh masyarakat Kudus. Selain mereka menjalankan usaha/bisnis, mereka juga tak pernah meninggalkan ritual-ritual keagamaan yang diyakini mampu memercikkan api semangat dalam menumbuhkan dan memajukan usahanya. Misalnya mereka sering melakukan puasa Senin-Kamis, puasa Daud dan puasa Dala’il al-Khaiirat. Selain itu, pengusaha Kudus juga melakukan dzikir dan membaca shalawat yang mereka peroleh dari para kiai (hlm. 8-9).
Memang sudah sangat banyak karya yang mengulas tentang nilai ritual keagamaan dalam ajaran agama Islam. Mereka yang rajin melakukan puasa Senin-Kamis, setiap kali menemukan persoalan rumit, dengan izin Allah, persoalan tersebut cepat ditemukan solusinya. Begitu pula dengan mereka yang rajin membaca dzikir dan shalawat, kehidupannya selalu lapang dan segala urusannya lancar. Sehingga, ritual-spiritual yang ada dalam agama Islam mampu menopang kehidupan umat manusia, khususnya masyarakat Kudus sendiri yang menajdi objek kajian.
Urgensitas ritual-spiritual yang dilakukan oleh pengusaha masyarakat Kudus memang sangat manjur. Hal tersebut terbukti seperti yang dipaparkan oleh Bambang Soemadiono, direktur Indomaju yang sekaligus ketua Apindo Kudus. Dia mengatakan bahwa sejak kuliah pada tahun 1987 tidak pernah berhenti puasa Senin-Kamis. Dia tidak memiliki niat apa-apa, kecuali meyakini bahwa apa yang dia lakukan tersebut pasti ada manfaatnya. Dia tidak memiliki guru spiritual khusus, tapi entah mengapa dia merasa hidupnya tibo pas, alias selalu berada dalam yang betul/ beruntung (hlm. 144).
Temuan transformasi spiritual pengusaha Kudus dalam kewirausahaan ini membantah temuan Lance Castle di kota yang sama yang menyimpulkan bahwa ideologi Islam tidak mendukung praktik berusaha, sehingga tidak mampu berakselerasi dengan langgam ekonomi (hlm. 265). Temuan penulis juga melawan kesimpulan Nanat Natsir yang menyatakan bahwa ideologi para pengusaha adalah tarekat Qadariyah, sedangkan ideologi Asy’ariyah lebih banyak dianut oleh para buruh. Padahal, tidak ada satu pun pengusaha di Kudus yang mengikuti aliran Qadiriyah, dan ternyata sukses.
Menurut temuan ini, faktor yang cukup dominan dalam menentukan kesuksesan pengusaha di Kudus adalah transformasi spritualitasnya, apa pun agama dan alirannya. Temuan ini akhirnya memperkuat Danah Zohar dan Ian Marshal yang menyatakan bahwa kecerdasan spiritual dapat mengantarkan seseorang pada kesuksesan bisnis, sekaligus membenarkan sinyalemen Patricia, bahwa terjadi trend pencarian spiritualitas pada diri penguasha. Tranformasinya tidak hanya pada tingkat individu, namun sudah mencapai tingkat korporasi.
Buku yang ada di tangan pembaca ini ingin menunjukkan suatu fenomena yang terjadi di kalangan masyarakat Kudus, yang dikenal sebagai kota kretek. Di sana, para penguasaha yang dipotret dalam buku ini menunjukkan aspek spiritualitas yang berbanding lurus dengan peningkatan usaha ekonomi mereka. Faktor spiritualitas telah telah menjadi faktor kunci bagi keberhasilan pengusaha Kudus, dengan ditunjang oleh manajemen yang modern dan pengelolaan usaha yang disiplin dan profesional. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar