Kelahiran Ajaib Kanjeng
Nabi Muhammad – 2
Di antara
keajaiban-keajaiban kelahiran Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam telah diriwayatkan
pula oleh Ya'qub ibn Sufyan, dengan rawi-rawi yang hasan, dalam Fath Al Bari
[1]. Ia berkata bahwa Istana Kisra, kaisar dari Persia berguncang dan empat
belas balkonnya runtuh; air Danau Tiberia menguap habis; api Persia padam
(menurut berbagai riwayat, api ini telah menyala non-stop selama seribu tahun);
dan di Langit keamanan diperketat, dengan dipenuhi lebih banyak penjaga dan
bintang penembak yang mencegah setan bersembunyi di sana untuk mencuri
berita-berita langit.
Menurut suatu riwayat
dari Ibn 'Umar (RA) dan yang lain, Nabi Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam
dilahirkan dalam keadaan telah terkhitan dan tali pusarnya telah terputus. Anas
(RA) meriwayatkan bahwa Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam bersabda,
"Salah satu dari tanda-tanda kehormatan yang telah dikaruniakan Tuhanku
adalah bahwa aku dilahirkan dalam keadaan terkhitan, dan tak seorang pun
melihat bagian pribadiku."
Ada beberapa pendapat
berbeda berkenaan dengan tahun kelahiran Nabi Muhammad sall-Allahu 'alayhi
wasallam. Mayoritas setuju bahwa beliau dilahirkan dalam Tahun
Gajah, dan bahwa beliau dilahirkan lima puluh hari setelah peristiwa gajah
Abrahah, dan kelahiran beliau adalah pada saat fajar malam kedua belas di bulan
Rabi'u al-Awwal. Ibn 'Abbas (RA) berkata, "Muhammad sall-Allahu 'alayhi
wasallam dilahirkan di hari Senin, diberikan kenabiannya pada hari
Senin, berhijrah dari Makkah ke Madinah di hari Senin, tiba di Madinah di hari
Senin, dan membawa batu hitam (Hajar al-Aswad) juga di hari Senin; selain itu,
peristiwa Fathu Makkah (kemenangan Makkah) dan turunnya Surat Al-Maa-idah
keduanya adalah pada hari Senin."
'Abdullah ibn Amr ibn
Al Aas (RA) berkata, "Ada seorang pendeta di Marr Al Zhahran, termasuk
dari golongan orang-orang Syria, yang namanya adalah Easa. Ia biasa berkata,
'Sudah tiba saatnya bahwa di kalangan orang-orang Makkah, akan lahir seorang
anak yang kepadanya akan berserah diri seluruh kaum Arab, dan orang-orang
non-Arab akan berada di bawah kekuasaannya. Ini adalah waktu baginya.' Kapan
saja seorang bayi laki-laki baru dilahirkan, ia biasa bertanya tentangnya. Pada
hari kelahiran Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam, 'Abd al-Muttalib
pergi ke luar dan mengunjungi Easa. Ia keluar dan berkata padanya, 'Semoga
engkau adalah ayah dari jabang bayi yang baru lahir yang terbarakahi yang telah
kuceritakan padamu tentangnya. Aku pernah mengatakan bahwa ia akan dilahirkan
di hari Senin, menerima kenabiannya di hari Senin, dan wafat di hari Senin.'
Abd Al-Muttalib menjawab, 'Malam ini, saat fajar, aku memiliki bayi yang baru
lahir.' Sang pendeta bertanya, 'Kau beri nama apa dia?' 'Abd Al-Muttalib
menjawab, 'Muhammad'. Easa berkata, 'Aku telah mengantisipasi bahwa bayi yang
baru lahir ini akan berasal dari masyarakatmu. Aku punya tiga tanda atasnya:
bintangnya muncul kemarin, ia dilahirkan hari ini, dan namanya Muhammad.' Pada
kalendar matahari, hari itu adalah 20 April dan diriwayatkan bahwa beliau lahir
di malam hari."
'Aisyah (RA) berkata,
"Ada seorang pedagang Yahudi berada di Makkah pada malam saat mana Nabi sall-Allahu 'alayhi
wasallam dilahirkan. Dia bertanya, 'Wahai, kaum Quraisy, adakah
seorang bayi yang baru dilahirkan di antaramu?' Mereka menjawab, 'Kami tidak
tahu.' Ia berkata, 'Malam ini, Nabi dari ummat terakhir ini dilahirkan. Di
antara kedua bahunya ada suatu tanda yang terdiri atas beberapa rambut di
atasnya seperti rambut leher kuda.' Mereka menemani Yahudi itu dan pergi ke
ibunda Nabi, dan bertanya padanya apakah mereka dapat melihat putranya. Ia pun
membawa putranya yang baru lahir kepada mereka dan mereka membuka punggungnya
dan melihat tanda kelahiran itu, saat mana sang Yahudi jatuh pingsan. Ketika ia
kembali sadar, mereka bertanya padanya, 'Celakalah kamu. Apa yang telah terjadi
padamu?' Ia menjawab, 'Demi Allah, kenabian telah pergi meninggalkan anak-anak
Israel.' "
Al Hakim meriwayatkan
bahwa Nabi sall-Allahu
'alayhi wasallam dilahirkan di Makkah dalam rumah Muhammad bin
Yousif. Beliau disusui oleh Tsuwaiba, budak perempuan yang dibebaskan oleh Abu
Lahab. Abu Lahab membebaskannya karena Tsuwaiba telah membawa berita gembira
akan kelahiran Nabi. Setelah kematian Abu Lahab, Abu Lahab pernah terlihat
dalam sebuah mimpi, di mana ia ditanya, "Bagaimana keadaanmu?" Abu
Lahab menjawab, "Aku berada dalam Neraka. Namun, aku mendapatkan
istirahatku setiap hari Senin, saat mana aku mampu menyedot dan meminum air
dari titik ini yang terletak di antara jari-jariku," dan ia menunjukkan
dengan dua dari ujung-ujung jarinya. "Ini adalah keajaiban yang kuterima
karena aku membebaskan Tsuwaiba saat ia membawa berita gembira kelahiran Nabi
padaku."
Ibn al Jazri berkata,
"Jika
Abu Lahab, yang kafir, yang dicela dalam suatu wahyu Al Qur’an, tetap saja
diberikan balasan atas kebahagiaannya di saat kelahiran Nabi (SAW), bagaimana
dengan kaum muslim dari ummat beliau yang bergembira di saat kelahiran beliau
(Maulid Nabi) dan melakukan yang terbaik untuk merayakannya karena kecintaan
mereka pada beliau? Demi jiwaku, pahala dan balasan mereka dari Allah, Yang
Maha Pemurah akan berupa masuknya mereka ke dalam surga-surga kebahagiaan yang
dipenuhi karunia-karunia Allah."
Ummat Islam selalu
merayakan bulan kelahiran Nabi suci kita (sall-allahu 'alaihi wasallam) dengan
menyelenggarakan pesta, memberikan berbagai bentuk sadaqah, mengekspresikan
kebahagiaan mereka, menambah amal perbuatan baik mereka, dan membaca dengan
hati-hati riwayat kelahiran Muhammad (sall-allahu 'alaihi wasallam). Sebagai
balasannya, Allah mengaruniakan pada orang-orang beriman dengan barakah yang
berlimpah di bulan ini. Telah dibuktikan bahwa salah satu dari sifat-sifat
kelahiran Nabi, yang disebut sebagai Mawlid, adalah memberikan keselamatan
sepanjang tahun dan kabar gembira akan dipenuhinya semua harapan dan keinginan.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-nya pada setiap orang yang merayakan
malam-malam bulan kelahiran mubarak Muhammad (sall-allahu 'alaihi wasallam)
ini. []
Allahumma
shalli afdalas salaati 'ala habiibikal mushtofa sayyidina muhammadin wa 'ala
aalihi wasahbihi wasallaam.
Catatan Kaki:
[1]
Syarah/Penjelasan/Tafsir Hadits Bukhari, karya Syaikhul Muhadditsin (Guru
para Ahli Hadits) Ibn Hajar al-Asqalani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar