Kamis, 20 September 2018

(Hikmah of the Day) Sabda Rasulullah tentang Orang Mati yang Bisa Melembutkan Hati


Sabda Rasulullah tentang Orang Mati yang Bisa Melembutkan Hati

Ibnu Mas’ud RA Berkata: “Tatkala masa berpisah dengan Rasulullah SAW telah dekat, kami semua berkumpul di rumah ibu kami, Aisyah RA. Lantas Nabi Muhammad SAW memandangi kami, lalu berlinanglah air mata beliau seraya berkata: 

“Selamat datang kalian, semoga Allah Hidupkan kalian (red: panjangkan), dan Allah melimpahkan kerahmatan kepada kalian. Aku berwasiat kepada kalian tentang ketakwaan dan ketaatan kepada Allah SWT. Telah sangat dekat masa perpisahan, dan tiba masa menghadap Allah, menuju Sidratil Muntaha dan surga tempat kembali. Nanti, laki-laki dari keluargaku yang akan memandikanku serta mengkafaniku dengan pakaianku ini jika mereka berkenan, atau pakaian ala Yaman. Kemudian ketika mereka telah memandikanku serta mengkafaniku, mereka juga akan meletakkanku di permadani di dalam rumahku ini, bibir dari liang lahatku. Lalu mereka keluar dari sini untuk beberapa saat. Sebab, orang pertama kali yang menshalatiku adalah kekasihku sendiri Jibril AS, Mikail, Israfil, baru kemudian Malaikat Pencabut-Nya beserta pasukannya, pada saat itulah kalian masuk (red: boleh) secara bergiliran untuk menshalatiku”.

Maka pada saat mereka mendengar cerita perpisahan tersebut, seketika mereka menjerit dan menangis sambil berkata: “Wahai utusan Allah, engkau utusan Tuhan kami, pemersatu kami, penguasa urusan kami, bila engkau pergi dari kami, lantas kepada siapa kami mengembalikan (menyelesaikan) persoalan-persoalan yang kami hadapi?”

Nabi menjawab:

“Aku telah meninggalkan atas kalian jalan hujjah yang putih (red: terang) – jalan luas yang jelas – malamnya sebagaimana siangnya dalam hal keterangbenderangnya- yang tidak akan pernah tersesat kepada jalan selainnya kecuali orang yang rusak. Dan akupun juga telah meninggalkan kepadamu dua penasihat yang bicara sekaligus yang diam: adapun yang ialah Al-Qur’an, sementara yang diam adalah kematian. Jika pada suatu waktu sebuah persoalan merumitkan atau menyusahkanmu, maka kembalikanlah kepada Al-Qur’an dan sunnah, namun jika hati kalian masih dungu (red: keras) maka lembutkanlah dengan mengambil ibrah (inspirasi/pelajaran) dari orang-orang yang telah mati”.

Dari sini bisa kita pelajari bahwa kebekuan dan kecongkakan hati manusia akan bisa dilembutkan dengan banyak belajar dengan orang-orang yang telah mati. Karena, orang hidup, sekalipun dia menggunakan dasar-dasar kitab suci tidak ada jaminan dia akan terbebas dari kepentingan hawa nafsu serta tipu dayanya kecuali orang-orang yang senantiasa dalam naungan bimbingan Allah SWT. []

Diambil dari Muhammad Abu al-Yusr Abidin, Hikayatus Shufiyah, (Damaskus: Dar Al-Basyair, 2001 M /1421 H), cet. 7, halaman 250.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar