Kamis, 27 September 2018

Azyumardi: Islam, Rusia, dan Indonesia (1)


Islam, Rusia, dan Indonesia (1)
Oleh: Azyumardi Azra

Rusia dan Indonesia. Apakah komonalitas di antara keduanya dalam hal Islam? Bagi sebagian masyarakat Muslim Indonesia mungkin sulit dibayangkan banyaknya kesamaan (commonality) di antara Islam kedua negara ini, yang jaraknya terpisah begitu jauh.

Agaknya bagian Muslim Indonesia yang terbayang dalam pikiran ketika mendengar atau membaca nama Rusia adalah ‘komunisme’. Anggapan itu terkait banyak dengan Uni Soviet yang telah bubar (11 Maret 1990-25 Desember 1991) atau Vladimir Lenin (1870-1924) atau Josef Stalin (1878-1953)—keduanya mbah komunisme Soviet.

Jika sebagian warga Indonesia pada tahun-tahun politik masih gencar menyebarkan isu tentang kebangkitan kembali komunisme atau PKI di Tanah Air, apakah komunisme bangkit di Rusia. Soviet, negara pendahulu Rusia, jelas adalah salah satu negara asal komunisme; negara di mana komunisme, Marxisme, Leninisme, dan Stalinisme pernah berjaya.

Anggapan tentang kebangkitan komunisme di Rusia tidak terlihat sama sekali ketika penulis "Resonansi" ini kembali datang ke Moskow belum lama ini (12-16/9/2018). Datang kedua kali ke Moskow tidak lain untuk diplomasi publik kedua Indonesia-Rusia lewat Dialog Antaragama dan Antarmedia.

Delegasi Indonesia yang disiapkan Kemenlu mencakup Cecep Herawan, Dirjen IDP Kemenlu; Ruhaini Dzuhayatin, Staf Khusus Presiden untuk Hubungan Antar-agama Internasional; Pendeta Gomar Gultom, Sekjen PGI; Philip K Wijaya, Permabudi (Buddha), dan penulis "Resonansi" ini.

Sepanjang kunjungan dengan berbagai acara di Moskow, tidak terlihat ada gambar palu arit atau foto Lenin atau Stalin di manapun—apakah di ruang publik ataupun di dalam gedung. Moskow atau Rusia umumnya hanya menyisakan jalan-jalan utama yang lebar dan gedung-gedung bertingkat sederhana yang khas sosialis-komunis.

Partai Komunis Federasi Rusia memang masih eksis. Pernah dilarang Boris Yeltzin pada 1991, PKFR kembali didirikan pada 14 Februari 1993 dengan jumlah estimasi anggota sekarang 160 ribu orang.

PKFR yang dianggap sebagai penerus Partai Komunis Uni Soviet (PKUS) hanya mampu meraih 12,61 persen suara dalam Pemilu Legislatif 2016 dengan memiliki 42 wakil di parlemen yang beranggotakan 450 orang. Dalam Pilpres 2018, capres PKFR, Pavel Grunidin, memperoleh hanya 11,8 persen suara.

Jika komunisme kehilangan momentum di Rusia, sebaliknya agama mengalami kebangkitan kembali. Gejala ini juga terkait kebijakan rezim, khususnya Vladimir Putin yang suportif pada kembalinya agama, baik di ranah pribadi maupun publik.

Gereja Ortodoks Rusia yang merupakan agama yang dianut paling banyak warga Rusia (sekitar 75 persen dari total penduduk 144 juta pada 2018), terus mengalami kebangkitan sejak runtuhnya Soviet. Menurut catatan otoritas gereja Ortodoks, sekitar 34 ribu gereja ditutup dalam masa Soviet, tetapi sejak 2009 lebih 5.000 gereja direstorasi atau dibuka kembali atau dibangun baru.

Menurut Pew Research Institute, sekitar 72 persen warga dewasa Rusia mengaku menjadi pengikut gereja Ortodoks—kenaikan signifikan dari 31 persen antara 1991-2008.

Bagaimana dengan Islam? Islam juga mengalami kebangkitan. Tanda-tanda kebangkitan itu cukup banyak; mulai dengan penuh sesaknya masjid-masjid di Moskow dan kota-kota lain; meningkatnya jumlah jamaah haji ke Makkah (dan Madinah)—sekitar 18 ribu pada 2006, 20 ribu pada 2010; pertumbuhan pranata dan institusi Islam, seperti pelayanan haji dan umrah, peningkatan jumlah madrasah; dan pendirian Universitas Islam di Kazan, Tatarstan, dan Universitas Islam Dagestan.

Islam adalah kelompok agama minoritas terbesar di Rusia. Kaum Muslim terpencar di berbagai wilayah; mayoritas di tujuh republik (negara bagian) yang melintasi kawasan Kaukasus, Asia Tengah; Moskow juga memiliki jumlah Muslim signifikan.

Jumlah kaum Muslim Rusia menurut survei 2012 sekitar 9,4 juta (6,5 persen); tetapi ada estimasi lain yang menyebut 15 persen. Jumlah ini belum lengkap karena dua wilayah Muslim yang Muslim di kedua negara bagian Federasi Rusia ini diperkirakan sekitar dua juta jiwa.

Islam dianut berbagai suku bangsa di wilayah ini, semacam Tatars, Chechen, Ingush, Daghestani. Tercatat lebih 5.000 organisasi dan institusi Islam besar atau kecil di seluruh Rusia.

Muslim Rusia multietnis. Itulah salah satu komonalitas antara Islam Rusia dan Islam Indonesia. Komonalitas penting lain, Islam diakui secara konstitusional sebagai ‘agama tradisional’; persisnya sebagai bagian integral warisan Rusia. Karena itu, Islam bukan hal asing—misalnya karena dibawa kaum migran yang datang pasca-Perang Dunia II ke wilayah Eropa lain. Seperti di Indonesia, Islam menyatu dalam kehidupan keagamaan, sosial, budaya, dan politik Rusia. []

REPUBLIKA, 27 September 2018
Azyumardi Azra | Profesor UIN Jakarta; Anggota Komisi Kebudayaan AIPI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar