Jumat, 21 Oktober 2011

(Khotbah of the Day) Kesempurnaan Iman

Kesempurnaan Iman





الحمد لله, الحمد لله الذى خلق الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله. اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين. اما بعد
فياأيهاالحاضرون اتقوالله, اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وانتم مسلمون



Hadirin jama’ah jum’ah yang berbahagia


Saya berwasiat kepada diri sendiri dan jama’ah sekalian untuk senantiasa betaqwa kepada Allah, dengan taqwa yang sebenar-benarnya. Marilah kita beryukur kepada Allah atas segala rahmat dan karunia yang dilimpahkan kepada kita. Terutama ni’mat iman yang mampu mendorong kita semua beristiqomah mengabdi dan menjalankan jama’ah jum’ah yang penuh berkah ini. Mengapa demikian, karena iman harus menjadi landasan segala amal perbuatan dan perilaku kita. Allah tidak menerima segala bentuk amal perbuatan yang tidak didasari dengan keimanan



Hadirin jama’ah jum’ah rohimakumullah


Iman dan ibadah ibarat benih dan buahnya. Benih yang bagus harus dapat menumbuhkan pohon dengan kwalitas buah yang terjamin. Dan begitu juga sebaliknya, buah yang berkwalitas akan mampu menjadi benih di masa mendatang. Daur ulang kedua inilah yang nantinya akan menaikkan kwalitas keduanya.


Dengan peningkatan yang berkesinambungan antara iman dan ibadah ini secara bertahap akan mampu menaikkan derajat ketaqwaan kita kepada Allah sehingga, kita menjadi seorang mukmin yang sempurna. Iman semacam inilah yang kita harapkan mampu meredusir keinginan dan syahwat serta maksiat, sehingga ketaatan kita kepaa Allah semakin mantap. Ketika kita merasa yakin kepada Allah swt, maka kepasrahan kita kepada-Nya akan semakin total. Pada saat inilah kita mencapai pada satu tingkat yang disebut para sufi dengan ketakukan (khauf) dan harapan (raja’) seperti yang tergambarkan dalam surat al-Anfal ayat 2


إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ



Sesungguhnya orang-orang yang beriman



ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.



Hadirin jama’ah jum’ah yang mulia


Dari keterangan ayat di atas kita dapat menyimpulkan bahwa tawakkal merupakan syarat menjadi mukmin yang sempurna. Seorang mukmin yang dalam hatinya tidak tebersit kekhawatiran menghadapi dunia dan segala kekurangannya, sehingga yang tertinggal dalam hatinya adalah timbunan keikhlasan, dan kepasrahan. Modal inilah yang membuat seseorang rajin taat beribadah, sholat, zakat, puasa, bersedekah dan beribadah lainnya. Bentuk ibadah formal seperti ini merupakan cerminan tingkat ketaqwaan seseorang.


Model iman seperti inilah yang mampu menghantarkan kita selalu ingat kepada Allah swt (Dzikrullah). Sehingga semua amal perbuatan hanya kita sandarkan kepada Allah swt semata. Dzikir seperti inilah yang dijanjikan oleh Allah kepada manusia akan derajat yang mulia. Baik di mata manusia maupun di mata-Nya. Bisa saja derajat itu diberikan ketika masih hidup, ataupun kelak ketika janntun naim. Seperti yang termaktub dalam al-Qur’an



أُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقّاً لَّهُمْ دَرَجَاتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيم



Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (ni'mat) yang mulia.


Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah


Rasa-rasanya sudah banyak rahmat yang telah dilimpahka oleh Allah kepada kita. Pernah kita menghitung berapa kali nafas kita hembuskan? Berapa kali kita mendapat kebahagiaan? Berapa kali kita terselamatkan? Andaikan Allah menghendaki yang lain, masihkah kita dapat berkumpul disini? Andaikan Allah menghentikan kerja pernafasan kita beberapa menit, apa yang terjadi? Pernah kita berpeikir untuk berterimakasih kepadanya?


Nah, jika demikian bukankah sudah sewajarnya kita mengabdi kepada-Nya, kita menyembahnya setulus hati, bukankah hanya Allah yang mampu memberikan kebahagiaan yang selama ini kita nikmati? Anak, istri, keluarga, semuanya adalah dari-Nya. mengapa kita masih menuntut surga untuk mengabdi kepada-Nya. itulah kita manusia. Selalu merasa kurang dan lupa. Iman yang kuat akan melestariakn ingatan kita kepada-Nya. ingatan yang tidak terbatas dengan ruang dan waktu tertentu. Inilah zikrullah yang hakiki.


Jama’ah rohimakumullah


Ingatlah bahwa Allah telah memberikan begitu banyak rahmat kepada kita, mengapa kita masih sering merasa enggan mengabdi kepada-Nya? Semoga khutbah ini bermanfaat bagi kita semua. amin


بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم





Sumber: Majalah Nahdlatul Ulama Aula

Tidak ada komentar:

Posting Komentar