Makna
Simbolis Kabah
Oleh:
Nasaruddin Umar
KABAH
adalah bangunan suci pertama di bumi yang dibangun malaikat atas perintah
Tuhan. Kabah mempunyai unsur yang berasal dari surga yang berfungsi menjemput
anak manusia di bumi penderitaan untuk kembali ke surga kenikmatan. Hal ini
sesuai dengan ayat: "Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk
(tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang
diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (QS Ali Imran/3:96). Kabah
juga berfungsi untuk menenangkan kembali hati dan pikiran Adam dan Hawa beserta
anak cucu mereka.
Yang
lebih penting Kabah mendekatkan kembali anak manusia setelah berjauhan dari
Tuhannya. Tidak ada bentuk penderitaan paling pedih selain hamba berjarak
dengan Tuhannya. Itulah sebabnya Allah SWT menurunkan sebuah ayat dalam
rangkaian drama kosmik di dalam Surah Al-Araf berikut ini: "Hai anak Adam,
sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan
pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang
demikian itu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka
selalu ingat. (QS Al-Araf/7:26).
Penyelamatan
diri setelah tersesat karena pelanggaran ialah menutupi aurat sebagai simbol
dosa dan kemaluan (rasa malu). Penutup aurat dan sekaligus dilengkapi dengan
perhiasan dan aksesori ialah pakaian ketakwaan (libas al-taqwa). Pakaian
ketakwaan inilah yang mampu menutupi aurat kelemahan dan dosa kita sebagai umat
manusia. Ingat kembali ketika kita mandi ihram sebelum menunaikan haji. Kita
telanjang bulat. Kemudian kita membersihkan diri dengan air dalam bentuk mandi
sunat untuk ihram.
Setelah
itu kita menggunakan pakaian khusus yang membalut lekuk-lekuk tubuh kita.
Sepotong kain ihram putih tak berjahit, sekaligus mengingatkan kita sebagai
pakaian di dalam liang lahat. Tidak ada satu pun menyertai kita selain selembar
kain itu. Tidak ada atribut dan tanda pangkat dan jabatan. Tidak ada juga
berbagai jenis harta kekayaan yang kita miliki. Pakaian ketakwaan tidak pernah
hancur bersama hancurnya tubuh sekali pun. Pakaian ini yang menyertai dan
sekaligus membela kita sepanjang masa hingga di alam barzah.
Hikmah
terbesar yang kita peroleh dari drama kosmik ini ialah kita tidak boleh jatuh
di dalam lubang yang sama seperti kata pepatah. Ayat Alquran juga menyatakan
hal yang sama: "Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu
setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia
menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya
auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu
tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan
setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman."
(QS Al-Araf/7:27).
Peringatan
Allah SWT akan sangat terasa jika kita berada di dalam rangkaian ibadah haji.
Di situ secara psikologis kita berada di dalam sebuah alam yang lain. Kita bisa
bepergian ke tempat-tempat istimewa di seluruh penjuru dunia, termasuk ke
planet lain dengan pesawat ulang-alik sekalipun. Namun, kita tidak pernah
merasakan perasaan seperti ketika kita sedang menunaikan ibadah haji. Betapa
tidak, ibadah haji itu merupakan miniatur perjalanan kosmik. Kita sedang
menjadi aktor atau aktris di dalam drama kosmik itu. Perjalanan ibadah haji bagaikan
tapak tilas siklus perjalanan kosmik. Kita seolah menjadi pemeran utama di
dalam drama kosmik itu.
Dan yang
amat penting, kita terasa berada di dalam perjalanan pulang ke kampung halaman
rohani kita di surga, tempat nenek moyang kita Adam dan Hawa diciptakan. Tempat
para nabi dan para kekasih Tuhan yang lainnya. Bahkan kita pun merasa bagian
dari kekasih Tuhan yang diundang secara khusus ke rumah-Nya, Baitullah, rumah
pembebasan (bait al-atiq). []
MEDIA
INDONESIA, 18 Agustus 2017
Nasaruddin
Umar | Imam Besar Masjid Istiqlal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar