Lebih Mudah dengan
Peta Konsep Ulumul Quran
Judul
: Mawaaridul Bayaan fii 'Uluumil Qur'aan
Penulis
: Dr. Muhammad Afifuddin, MA
Penerbit
: Lisan Arabi
Cetakan
: Pertama, 2016
Tebal
: 177
Halaman
Peresensi
: Nine Adien Maulana, Guru SMA Negeri 2 Jombang, JawaTimur
Al-Qur’an ibarat
samudera ilmu dan petunjuk yang amat kaya dan melimpah. Siapa saja yang
mengajinya laksana sedang berlayar untuk mendapatkan kekayaan alam yang
dikandungnya. Meskipun sama-sama mengarungi samudra, namun hasil yang mereka
peroleh tidak sama. Ada yang mungkin mendapatkan teri, udang, rajungan,
tongkol, tengiri, dan lain-lain. Ada juga yang mungkin mendapatkan mutiara yang
terpendam di dalam samudera.
Banyak hal yang bisa
mempengaruhi mereka mendapatkan hasil laut yang berbeda-beda, diantaranya
adalah karena perbedaan alat perlengkapan yang digunakan dan perbendaan ilmu
pengetahuan teknologi yang dikuasai. Semakin rendah kulitas alat dan ilmu yang
digunakan pasti hasil yang dicapai pasti tidak sebagus hasil dari mereka yang
menggunakan alat dan ilmu yang berkualitas tinggi. Analogi ini bisa membantu
kita memahami mengapa ada banyak simpulan yang berbeda yang dihasilkan dari
orang-orang yang membaca dan mempelajari Al-Qur’an yang sama.
Agar kajian terhadap
Al-Qur’an menghasilkan ilmu dan petunjuk yang benar dan berkualitas, maka
pengajinya harus menguasai ilmu-ilmu standar yang diperlukan dalam mengaji
Al-Qur’an (ulumul quran). Ada banyak kitab primer ulumul quran yang telah
disusun oleh para ulama terdahulu, diantaranya adalah al-Burhan karya
Az-Zarkasyi, al-Itqan karya as-Suyuthy, Manahilul ‘Irfan karya az-Zarqany dan
al-Mabahits fi Ulumil Quran karya Mana’ al-Qatthan. Kandungan kitab-kitab ini
meliputi tema dan materi standar yang dijadikan acuan para ulama dalam
mempelajari kandungan Al-Qur’an.
Mempelajari dan
menguasai kandungan kitab-kitab primer tersebut sangat membantu siapa saja
dalam mempelajari Al-Qur’an untuk mendapatkan petunjuk darinya. Tanpa itu, maka
Al-Qur’an akan dibaca dan dipahami menurut keinginan pembaca sendiri, sehingga
mustahil bisa mendatangkan petunjuk sebagaimana yang dikehendakioleh Allah SWT
dan RasulNya. Tanpa ilmu-ilmu Al-Qur’an yang standard itu, maka sangat besar
kemungkinan Al-Qur’an dipahami semata-mata dari teks yang tertulis.
Konsekwensinya adalah berbagai teori analisis teks dan sastra kontemporer
dipaksakan sebagai kerangka konsep dalam membaca dan memahami Al-Qur’an yang
bisa jadi simpulan yang dihasilkan sejalan syariat atau bahkan kontraproduktif
dengan syariat.
Dengan mengikuti
pembahasan tema-tema standar yang telah dirumuskan oleh para ulama terdahulu
dalam kitab-kitab primer itu, Gus Awis, panggilan akrab Dr. Muhammad Afifuddin,
MA menyusun sebuah buku berbahasa Arab yang bisa memudahkan para pembelajar
pemula dalam ilmu Al-Qur’an dan ilmu tafsir. Buku yang berjudul, “Mawaridul
Bayan fii Ulumil Qur'aan” ini berisi dua puluh tujuh pembahasan seputar ilmu
Al-Qur’an, ilmu tafsir, dan kajian beberapa kitab tafsir baik yang klasik,
kontemporer maupun beberapa kitab tafsir karya ulama Indonesia. Semuanya
disajikan dengan ringkas, singkat dan jelas. Dia menjelaskan, “Pada awalnya,
buku pertama tentang Al-Qur’an yang saya susun ini saya niatkan untuk
mempermudah para pelajar dalam memahami ilmu Al-Qur’an. Mengingat luas dan
banyaknya sub kajian ilmu al-Qur’an, maka saya berusaha menyingkat dengan
mengambil inti sari pembahasaannya lalu memetakannya menggunakan tabel, dengan harapan
segera dimengerti dan diingat oleh para pelajar”.
Peta konsep ulumul
quran adalah kelebihan buku ini. Dosen UINSA Surabaya ini mengemas ulang
pokok-pokok pembahasan studi Al-Qur’an dan tafsir dalam bentuk peta konsep.
Inilah yang membedakannya dengan buku-buku terdahulu. Dengan kemasan seperti
ini, buku ini lebih tepat dijadikan sebagai buku pegangan ringkas mahasiswanya
yang sedang mengikuti mata kuliah ulumul quran dan tafsir.
Bagi orang-orang yang
telah mendalami studi Al-Qur’an dan tafsir, buku ini tentu tidak banyak
memberikan informasi baru. Tapi mereka tentu akan sangat terbantu mudah
mengajarkan materi ilmu quran dan ilmu tafsir, oleh paparan buku ini yang
disusun dalam bentuk peta konsep. Materi yang luas dan dalam dapat diringkas
dalam sebuah peta konsep, sehingga mudah dipahami dan diingat secara lebih
cepat daripada paparan naratif saja. Oleh karena itu, buku ini tetap saja layak
dibaca dan dipahami baik oleh pembaca pemula maupun pembaca tingkat lanjut
dalam studi Al-Qur’an dan tafsir.
Setelah memaparkan
dua puluh tujuh pembahasan hal-hal yang barhubungan dengan ulumul quran dan
tafsir, pengasuh pondok pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang ini memberikan
dua catatan akhir sebagai bentuk pengakuan jujur penyusun buku. Pertama, ilmu ini
sangat penting dikuasai oleh siapa saja yang bermaksud memahami dan menafsirkan
Al-Qur’an. Dengan perangkat ilmu ini, pembaca Al-Qur’an akan mengetahui metode
yang tepat dan benar dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur’an.
Kedua, membahas
ulumul quran dan tafsir secara komprehensif memerlukan usaha yang sangat
maksimal, tidak cukup sekadar ditulis secara singkat dan terbatas seperti buku
ini. Oleh karena itu penyusun buku ini menyarankan agar pembaca jangan hanya
mencukupkan diri dengan buku ini saja, namun perkayalah dengan wawasan lain
agar bisa memberikan pemahaman yang benar terhadap Al-Qur’an dan tafsirnya.
Apa yang penulis
baca, pahami, kemudian tulis dalam esai resensi ini bisa jadi berbeda dengan
apa yang dibaca dan dipahami oleh orang lain, meskipun objeknya sama. Oleh
karena itu, agar mendapatkan pemahaman yang lebih kaya makna, penulis
menyarankan kepada para pembaca memiliki dan membaca sendiri buku ini. Bisa
jadi pembaca akan mendapatkan mutiara ilmu melebihi apa yang telah penulis
paparkan dalam esai resensi ini. Silakan membuktikan sendiri. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar