Keluarga
Lee Antara Sabtu Pahing dan Senin Wage
Oleh:
Dahlan Iskan
Tidak ada
maaf lahir batin. Kelihatannya. Sabtu sore kemarin, justru sikap Lee Hsien
Yang, adik bungsu Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, kian keras.
Demikian juga sikap saudara perempuannya, Lee Wei Ling. Tiga anak pendiri
Singapura Lee Kuan Yew itu tetap berseberangan. Perpecahan justru kian membara.
Putra sulung melawan dua adiknya.
Serangan
dari dua adik ini juga kian tajam. Kecaman publik kepada keduanya tidak mereka
hiraukan. Mereka seperti menantang anggapan selama ini: tidak akan ada warga
Singapura yang berani mengkritik pemerintahnya. Dalam hal politik, warga
Singapura seperti sakit gigi semua: selalu tutup mulut.
Kali ini
ada yang buka mulut. Bahkan adik-adik perdana menteri sendiri. Keduanya tidak
hanya mengkritik. Tapi juga sudah mengecam. Dengan kalimat yang paling tajam.
Lee Hsien Loong, kata sang adik, tidak termasuk anak yang berbakti kepada orang
tua. Dia juga bukan perdana menteri yang baik.
Serangan
itu sudah dari dua arah. Kultur dan politik. Dalam kultur masyarakat Tionghoa,
anak yang tidak berbakti kepada orang tua sudah dianggap anak durhaka. Dan
dalam politik, rasanya baru sekali ini terjadi ada orang yang berani bicara ke
publik bahwa ”dia bukan perdana menteri yang baik”.
Perdana
Menteri Lee Hsien Loong tidak memberikan reaksi apa pun sepanjang hari Minggu
Pon kemarin. Mungkin karena hari ini, Senin Wage, ada sidang parlemen. Di situ
perdana menteri punya kesempatan mengungkap. Mungkin.
Apalagi,
salah satu agenda sidang parlemen itu adalah yang jadi sumber perpecahan
keluarga Lee Kuan Yew saat ini: nasib rumah keluarga di Jalan Oxley No 38.
Apakah akan diabadikan sebagai rumah bersejarah. Seperti keinginan putra sulung
yang juga perdana menteri. Atau dirobohkan. Seperti keinginan dua adiknya.
Sang adik
tetap ngotot rumah keluarga itu harus dibongkar. Sesuai wasiat terakhir sang
ayah. Putra sulung menginginkan rumah itu diabadikan. Di rumah itulah Lee Kuan
Yew mendirikan Singapura. Di rumah itu Lee Kuan Yew tinggal selama memimpin
Singapura. Wasiat terakhir itu dibuat saat Lee Kuan Yew sudah sakit-sakitan.
Istri adiknyalah yang dituduh merekayasa wasiat itu. Istri adiknya memang ahli
hukum. Tapi, dia marah mendapat tuduhan seperti itu.
Orang
Singapura harap-harap cemas hari ini. Apa yang akan terjadi di sidang parlemen.
Biasanya sidang parlemen di sana tidak banyak yang memperhatikan. Parlemen yang
90 persen kursinya dikuasai satu partai itu selalu seirama dengan keinginan
perdana menteri. Entahlah apa yang akan terjadi hari ini.
Salah
seorang menteri senior Chee Hong Tat ternyata mendukung pembongkaran rumah
keluarga Lee. Ini bukan saja sesuai dengan wasiat. Chee Hong Tat sendiri yakin
memang itulah yang dikehendaki mendiang Lee Kuan Yew. Dia mendengar sendiri
prinsip mendiang atas masa depan rumah itu.
Dalam
pernyataan tiga halaman yang di-Facebook-kan Sabtu kemarin, jelas dua adik
perdana menteri mengeraskan sikapnya. Mereka tidak peduli atas kecaman mengapa
soal perpecahan dalam keluarga dipublikasikan di Facebook. Sang adik berdalih
begini: kami tidak punya akses ke publik sama sekali. Kami ini bukan politisi.
Kami ini sekarang sedang tersudut. Maksudnya sedang disudutkan yang lagi
berkuasa.
Sang adik
rupanya tidak melihat hari lain, kecuali Sabtu kemarin. Hanya dua hari sebelum
sidang parlemen. Keduanya mengatakan bahwa kakak sulungnya kini sedang
membangun usaha untuk mengultuskan keluarga Lee. Itu bertentangan dengan
prinsip mendiang. Menurut mereka, prinsip mendiang sang ayah adalah: Singapura
harus selalu fokus melihat ke depan. Bukan fokus membangun monumen.
Perkembangan
terbaru Sabtu Pahing lalu itu membuat kian jelas bahwa sasaran tembak bukan
hanya kakak sulung. Tapi juga istrinya. Madam Ho Ching. Yang mereka anggap terlalu
berkuasa. Dengan posisinya sebagai CEO Temasek yang membawahkan semua BUMN
Singapura.
Terang-terangan
pernyataan tiga halaman itu memuat penilaian bahwa kakak sulung mereka telah
menjadi anak yang tidak berbakti kepada orang tua. Menjadi perdana menteri yang
jelek dan bahkan sang kakak ipar mereka sebut sebagai istri perdana menteri
terburuk.
Saya
tidak bisa membayangkan hukuman apa yang ditimpakan kepada warga Singapura yang
berani berkata begitu. Tapi, ini adik kandungnya sendiri yang berbuat. (*)
JAWA POS,
03 Jul 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar