Pesan Cinta KH Ali
Maksum untuk NU
Diawali dari ketidak
sengajaan bertemu kembali dengan karya KH Ali Maksum, dengan judul “Ajakan
Suci”. Inisiatif menulis pesan cinta dari beliau untuk Nahdlatul Ulama (NU) pun
muncul seketika. Karena banyak hal menarik yang harus diketahui oleh warga NU.
“Mungkin” buku ini tidak mudah untuk ditemukan. Dengan itu, saya mencoba
menarasikan pemikiran-pemikiran beliau, khususnya ungkapan/pesan cinta beliau
terhadap NU.
KH Ali Maksum lahir
pada tanggal 2 Maret 1915 di desa Soditan Lasem, Rembang. Beliau putra pertama
dari KH Maksum bin KH Ahmad Abdul Karim dengan Ny. Hj. Nuriyah binti KH
Muhammad Zein Lasem. Seperti sama-sama kita ketahui, beliau adalah pengasuh
Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak. Dan salah satu maestro yang menjadikan
Pesantren Al-Munawwir hidup kembali setelah peninggalan KH Munawwir. Selain
itu, KH Ali Maksum adalah Rais Aam Syuriah PBNU periode 1980-1984. Ada
beberapapesan cinta beliau dalam buku tersebut;
Pertama, beliau
mengingatkan kepada kita semua, bahwa sebagai warga NU kita harus belajar dari
sejarah kejayaan NU. Kata beliau, kejayaan NU bukanlah hal mustahil untuk kita
capai, asalkan kita mau belajar dari perjalanan NU (pasang surut NU, asam garam
NU) semenjak NU lahir sampai pada saat ini. Beliau menggambarkan tahun
1967-1969 adalah pamor luar biasa bagi NU. Namun, 1970-1982 adalah kondisi yang
tidak menentu, karena ada kesalahpahaman dengan pemerintah, sehingga saling
curiga itu muncul, dan NU tidak bisa mengikuti pola pembangunan Nasional.
Namun, diplomasi dan
ikhtiar PBNU terus digalangkan agar NU ikut andil membangun Indonesia. Dan di
sini, beliau sangat berharap bahwa usaha itu tidak sia-sia dan kedepannya NU
akan menjadi idola segalanya, dan kebanggaan bangsa, ini adalah keharusan
sejarah. Angin segar itu muncul pada muktamar semarang tahun 1979, hasil dari
muktamar tersebut sesuai dengan cita-cita pembangunan nasional. Namun, dalam
praksisnya “mlempem”, seoalah-olah NU masa bodoh dengan pembangunan bangsa ini.
Beliau menyadari hal
ini, tidak bisa dipungkiri kata beliau, setiap momen pembangunan selalu ada
kejutan dari kultur masyarakat yang berkembang, susah ditebak. Menurut beliau,
berorganisasi pada masa sekarang memang harus tabah dengan kebesaran jiwa. Yang
penting, laku organisasi terus mengalirkan kemanfaatan, dan itu bisa dilakukan
oleh NU.
Sikap NU mengakui
Pancasila dan UUD 45 dalam pasal 3 anggaran dasar merupakan sebuah bentuk
perwujudan nasionalisme NU. Pesan cinta beliau dalam hal ini adalah warga NU
dan seluruh generasi penerus NU harus terus menerus konsisten merawat bangsa
Indonesia, memagari pancasila tetap sebagai falsafah dan dasar negara. Selain
itu, tetap konsisten mengibarkan paham Ahlussunah wal jama’ah sebagai benteng
pertahanan dari pemahaman-pemahaman radikal/ekstrem.
Kedua, dalam buku
tersebut KH Ali Maksum menjelaskan ada 5 bekal perjuangan yang harus dimiliki
oleh seluruh warga NU; (1) ats-Tsiqatu bi Nahdlatil Ulama, setiap warga NU
harus mempercayai NU sebagai tuntunan hidup yang sesuai. Tidak semerta-merta
timbul secara sikap batin semata, melainkan realisasi yang bersifat lahir pula,
(2) al-Ma’rifat wal Istiqan bi NU, warga NU harus memahami NU secara
keseluruhan, NU adalah ilmu, NU harus dipelajari, tidak hanya berproses secara
alamiah. Agar keyakinan itu tumbuh secara sungguh-sungguh. (3) al-amalu bi
Ta’limi NU, warga NU harus mengamalkan ajaran dan tuntunan NU.
Tuntunan NU adalah
tuntunan Islam yang berlandaskan al-Quran dan Hadits, yang dinarasikan menurut
bimbingan madzhab. Tidak melulu menuruti akal yang kadang dominan terhadap
nafsu. Namun, peran akal mempunyai porsi seluas-luasnya tapi dengan bimbingan
yang tertib dan sempurna.
Sedangkan yang ke (4)
al-Jihadu fi Sabili NU, artinya memperjuangkan NU agar tetap jaya dan
berkembang pesat, dengan bimbingan dan restu para ulama, dan (5) ash-Shabru fi
Sabili NU, sabar dalam ber-NU, baik sabar dalam melakukan tugas, dan sabar dari
bujuk rayu yang tidak senada dengan ajaran-ajaran NU serta bujuk rayu duniawi.
Ketiga, pesan cinta
KH Ali Maksum ini mengharapkan agar NU menyebarkan kemaslahatan dunia, beliau
mengonsepkan hal tersebut dengan mengutip kitab Adabud Dunya wad Din, oleh Imam
al-Mawardi, yang menyebutkan ada 6 hal yang harus dipenuhi untuk mencapai
kemaslahatan dunia, (1) agama yang dianut (mempunyai agama), (2) penguasa kokoh
dan berwibawa, (3) keadilan yang merata, (4) keamanan semesta, (5) kemakmuran
sandang pangan, dan (6) pengharapan masa depan yang jauh atau wawasan dan cita-cita
ke depan. Beliau mengatakan semua ini harus dikemas dengan sikap Aswaja yang
tidak memisah-misahkan iman, islam, dan ihsan, dengan kata lain antara
keyakinan, pelaksanaan, dan peningkatan kualitas menjadi satu kesatuan.
Keempat, dalam pesan
cinta ini, KH Ali Maksum berharap bahwa NU harus terus membangun citra dirinya,
dengan konsisten pada jalur perjuangan bangsa dan agama. NU harus banyak
belajar dari sejarah hidupnya, NU dalam kondisi dan posisi apapun atau
segenting apapun, NU harus lebih dewasa, arif dan bijaksana, dan beliau juga
berpesan, jangan lupakan satu hal, sebuah organisasi adalah estafet dari
generasi ke generasi. Maka dari itu NU harus memikirkan masalah regenerasi,
agar kualitas-kualitas generasi NU selanjutnya, sekarang atau di masa yang akan
datang terjaga dan mampu membawa NU pada kejayaan yang manfaat.
Kelima, KH Ali Maksum
meyakini bahwa jati diri NU tidak bisa digoyahkan, NU kokoh dan tangguh. Beliau
gambarkan seperti ini, kepribadian NU meliputi akidah, prinsip perjuangan,
sistem dan pengaturan organisasi. Tidak bisa dielakkan, setiap organisasi
apapun, tidak terkecuali NU di dalam tubuh organisasinya pernah terjadi konflik
dan riak-riak perpecahan sebagai akibat hentakan situasi dan cekaman-cekaman
keadaan, tetapi yang demikian itu tidak dapat bertahan lama. Ia segera hancur
dengan sendirinya.
Hal ini berkat
ketabahan kita dalam Ngrungkebi (memegang serius) prinsip-prinsip yang murni
berkaitan dengan keimanan dan tawakal kita kepada Allah. NU merupakan wadah
perjuangan bagi ulama untuk mengabdi kepada Islam wal Muslimin dan mengabdi
kepada bangsa/negara.
Dalam ikatan terbatas
ini, sebenarnya tidak cukup untuk menjabarkan secara keseluruhan pesan cinta KH
Ali Maksum kepada NU, apalagi pemikiran-pemikiran beliau untuk kejayaan NU.
Namun, kelima poin yang disampaikan di atas sudah merupakan inti atau gambaran
besar dari kecintaan beliau terhadap NU (khususnya inspirasi buat kita).
Dan jika pesan-pesan
cinta beliau diamalkan oleh warga NU, tentu dan sudah pasti wewangi NU akan
terus menjalar tanpa terputus, dan kejayaan NU yang dicita-citakan beliau akan
benar-benar terwujud secara sempurna.Bagi beliau, kejayaan NU merupakan sebuah
kewajiban sejarah. Terkahir saya katakan, “Sosok beliau patut untuk
diteladani.” []
Aswab
Mahasin, Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Darussa’adah Kebumen, Jawa
Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar