Senin, 23 Juli 2012

(Buku of the Day) Mari Jatuh Cinta Lagi; Kitab Para Perindu Allah


Jalan Jiwa Menggapai Cinta Sejati

Selasa, 17/07/2012 15:18






Judul                : Mari Jatuh Cinta Lagi; Kitab Para Perindu Allah

Penulis             : Ibnu Al-Dabbagh

Penerjemah       : Dr. Abad Badruzzaman, Lc. M.Ag.

Penerbit            : Zaman

Tahun               : I, 2011

Tebal                : 296 halaman

ISBN                 : 978-979-024-282-1

Peresensi          : Achmad Marzuki


Memang, cinta benar-benar sebuah misteri, hingga Romeo dan Juliet mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena cintanya yang tak direstui oleh keluarga. Begitu banyak alasan mengikuti mengapa suatu hubungan kisah kasih anak manusia di bumi ini, tidak berjalan mulus dan bahagia. Hanya karena perbedaan status, pertengkaran, perdebatan panjang, ketidakcocokan, perselingkuhan, pengkhianatan, cinta segitiga, dan lain sebagainya.


Cerita cinta yang demikian mengharukan seringkali terjadi karena yang dicintai tidaklah sempurna dan terkadang membelakangi cinta kita. Cinta yang mendatangkan kesempurnaan hanya akan dapat diraih dengan mencintai Dzat yang maha sempurna. Saat kita membalas cinta satu langkah maka Dia akan membalas cinta kita dengan berlari. Cinta yang hanya segenggam tangan yang benar-benar tulus akan dibalas dengan cinta sekarung rahmat.


Tentu saja untuk mendapatkan cinta sejati dan mensejahterakan jiwa membutuhkan pengetahuan untuk mengetahuinya. Ibnu al-Dabbagh membahas segala macam cinta dalam bukunya “Mari Kita Jatuh Cinta Lagi, Kitab Para Perindu Allah” (judul asli “Masyariqul Anwaril Qulubwa Mafatihul Asroril Qulub) membahas cinta mulai dari pemaknaan hakikat cinta, sebab-sebab dan tanda-tanda cinta, kontroversi cinta, pembagian cinta, dan bagaimana menggapai cinta yang abadi.


Tiga Ragam Jalan Pecinta


Orang-orang yang meniti jalan cinta terbagi menjadi tiga kelompok; pertama, mereka yang sampai pada jalan cinta lewat jalan indera dan imajinasi, tidak lebih dari keduanya. Kedua, mereka yang sampai pada cinta lewat jalan indera dan akal secara bersamaan. Ketiga, mereka yang sampai pada cinta lewat jalan akal saja, tanpa indera dan imajinasi. (Halaman 139)


Jelas sudah bahwa ada tiga ragam jalan para pecinta. Yang pertama adalah mereka yang selalu membanggakan keindahan fisik, keindahan lekuk, dan keindahan rupa. Jalan pecinta di sini hanya berjamah-tamah dengan keindahan indrawi yang hanya senantiasa menilai dari luar. Orang yang mengejar cinta jenis ini adalah kalangan awam. Kehidupan mereka hanya akan dihabiskan untuk membangun rumah yang megah, menangisi kekayaan yang hilang, mengoleksi sebanyak-banyaknya perhiasan, serta mengagumi dan mengejar wanita-wanita cantik.


Kelompok kedua lebih bermartabat daripada yang pertama. Mereka tidak hanya menilai keindahan dari sisi luar saja, tetapi setelah itu mereka sampai pada pemahaman akal-nalar. Mereka tidak berhenti di alam khayalan tetapi melangkah ke depan menembus penjara imajinasi. Para pecinta di jalan ini tentu harus melewati jalan yang pertama dan mereka tidak berhenti melainkan beralih pada nilai yang lebih bermakna. Dan setelah nilai itu diketemukan aka mereka akan meninggalkan keindahan rupa dan beralih pada keindahan yang lebih dalam.


Sedangkan yang ketiga dari para pecinta adalah mereka yang melihat keindahan suci yang datang dari alam cahaya menjelma pada jiwa mereka. Cinta yang ketiga ini merupakan puncak, sementara cinta-cinta sebelumnya merupakan jalan yang dimaksudkan untuk meraih cinta puncak ini. Ia merupakan sifat kaum yang selalu mendekatkan diri (pada Allah) dan posisi hamba-hamba Allah yang hatinya benar-benar bersih. Ia juga merupakan tujuan orang-orang yang memiliki pengetahuan yang lengkap lagi sempurna. Ia bagaikan mata air yang bening dan menyegarkan.


Di sini kita diajak untuk menghadirkan cinta sejati, cinta pada Sang Khaliq. Jalan yang ditempuh para pecinta sejati tidak akan luput dari yang telah dituntunkan, yaitu melalui jalan al-Qur’an dan petunjuk Rasul, sesuai dengan firman Allah swt “Katakanlah jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihimu” (Q.S.:3:31).


Buku ini mengajak pembaca untuk menyelami arti cinta kepada Allah sekaligus mengalami kehangatan-Nya. Sebuah cinta yang melahirkan pribadi penuh gairah, yang memerdekakan diri sendiri maupun orang lain. Penulisnya, secara tuntas mengupas seputar cinta; hakikat, sebab-sebab, tanda-tanda, cara mencintai dan dicintai, lezatnya kerinduan ruhani, indahnya keintiman spiritual, serta bagaimana emosi yang sangat luar biasa itu dapat mengubah arah kehidupan seseorang menuju kebahagiaan abadi, karena kecintaannya terhadap Tuhan.


* Pegiat di Farabi Institute, Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar