Nama Gus Maksum Djauhari, guru besar Pencak Silat NU Pagar Nusa, sudah tidak asing di telinga kita. Pada Bulan November tahun 2021 ini, para santri dan masyarakat yang mengetahui kiprahnya memperingati haul beliau. Beliau adalah sosok yang cerdas dan multitalenta. Namun, masih jarang kaum Muslimin yang mengenal beliau sebagai ahli pengobatan dengan bahan-bahan alami.
Selain ahli dalam seni bela diri, penguasaan pengobatan dengan bahan-bahan alami oleh Gus Maksum masih berkaitan dengan penjagaan fisik agar kaum Muslimin memperhatikan kesehatan. Tradisi penyembuhan di komunitas pesantren sering menggunakan media bahan-bahan yang sehat dan alami. Keahlian dalam penyembuhan ini sangat mendukung dakwah pesantren untuk mendekati masyarakat yang sakit dan membutuhkan solusi untuk masalah kesehatan yang dihadapi.
Berbagai penyakit pernah ditangani oleh Gus Maksum Djauhari. Berdasarkan buku yang disusun oleh Tim Pengelola Majalah MISYKAT Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, keahlian beliau terekam dengan baik sebagai berikut:
“Keahlian bidang pengobatan sudah dimiliki Gus Maksum sejak lama. Sekitar tahun 1960-an. Kemampuan itu diperoleh secara otodidak dan melalui eksperimen-eksperimen yang dilakukannya sendiri. Ternyata eksperimen-eksperimen tersebut banyak yang berhasil. Bahkan, semasa hidupnya, Gus Maksum berhasil menyembuhkan banyak pasien dengan beragam penyakit.” (KH Imam Yahya Mahrus (editor), Gus Maksum: Sosok dan Kiprahnya [Kediri: Lirboyo Press], 2004: 149).
Di dalam buku tersebut, termuat beberapa resep untuk penyakit yang sering menyerang masyarakat. Uniknya, beliau bisa menghubungkan faktor risiko dengan penyakit infeksi yang saat ini banyak terjadi di Indonesia. Sebagai contoh, ketika membahas penyakit infeksi, beliau mengaitkannya dengan resep penyakit diabetes melitus. Sebagaimana yang telah dipahami saat ini, penyakit gula atau diabetes melitus merupakan faktor risiko terjadinya infeksi yang sulit disembuhkan.
Untuk penyakit infeksi dikaitkan dengan diabetes melitus, beliau memberikan resep sebagai berikut:
“Rutin memakan kunyit beserta kulit dan ampasnya setiap pagi, siang, dan sore. Kalau diabetesnya sudah menimbulkan luka/borok, maka makan 7 jari kunyit, ditambah kubis mentah satu helai. Semuanya dimakan beserta kulit dan ampasnya setiap siang dan sore hari.” (Mahrus [ed.], 2004: 153-154).
Salah satu penyakit yang sering menjangkiti masyarakat hingga saat ini adalah penyakit infeksi. Di tengah pandemi Covid-19 yang juga merupakan penyakit infeksi, diabetes melitus merupakan penyakit komorbid atau penyerta yang perlu diwaspadai. Selain itu, di penghujung tahun 2021, masyarakat diterpa oleh musim penghujan. Para ahli kesehatan menyatakan bahwa masyarakat perlu berhati-hati terhadap penyakit menular yang dapat disebabkan karena infeksi virus, bakteri, jamur dan lain-lainnya di musim hujan.
Terapi kunyit untuk penyakit infeksi secara ilmiah telah banyak diteliti oleh ahli kesehatan. Hasilnya, kunyit memang bermanfaat untuk mengobati berbagai penyakit infeksi. Berbagai penyakit infeksi karena virus seperti demam berdarah, chikungunya, dan zika. Bahan aktif yang memiliki banyak khasiat dalam zat warna kuning kunyit dikenal dengan nama curcumin. Bahkan saat ini, curcumin dianggap sangat potensial untuk mengatasi infeksi akibat Covid-19.
Berdasarkan cara penggunaannya, resep kunyit yang dimakan mentah-mentah untuk antiinfeksi yang dibagikan oleh Gus Maksum sangatlah murah dan sederhana. Kunyit merupakan bahan yang mudah ditemukan di sekitar masyarakat dan tumbuh dengan baik di Indonesia. Meskipun cara penggunaannya sederhana, Gus Maksum menganjurkan takaran khusus atau yang dikenal dengan dosis. Untuk infeksi ringan, kunyit digunakan dengan dosis kecil sebanyak 3 kali sehari, sedangkan untuk infeksi berat, sekali makan dosisnya mencapai 7 ruas jari rimpang kunyit dan digunakan 2 kali sehari.
Cara penggunaan kunyit yang sederhana tidaklah mengurangi khasiatnya. Sebagai bahan alami, rimpang kunyit mengandung berbagai senyawa kimia berkhasiat yang efeknya saling mendukung sehingga memperkuat fungsinya sebagai obat tradisional. Apabila dikonsumsi dalam keadaan mentah dan langsung dikunyah, maka semua komponen yang bermanfaat akan masuk ke dalam tubuh dan bekerja secara sinergis.
Selain curcumin, zat berkhasiat lain yang terkandung dalam kunyit adalah sesquiterpen dan steroid. Kedua bahan tersebut sangat bermanfaat untuk mengatur sistem imun sehingga dapat menjaga daya tahan tubuh manusia. Sistem imun berperan penting dalam penyembuhan infeksi sehingga apabila diatur dan diperkuat akan mempercepat penyembuhan infeksi. Bahkan dengan karakter alaminya, kunyit dapat digunakan untuk mencegah berbagai infeksi pada musim penyakit.
Selain sebagai antiinfeksi, kunyit juga dikenal sebagai antiradang. Kondisi infeksi seringkali disertai dengan peradangan atau inflamasi. Kunyit dengan curcumin sebagai senyawa aktifnya mampu menekan infeksi sekaligus peradangan sehingga dikenal sebagai herbal multifungsi. Dengan keistimewaannya tersebut, fakultas farmasi terkemuka di Indonesia yang ada di UGM memiliki pusat penelitian khusus tentang curcumin dan antikanker.
Untuk mencegah penyakit, masyarakat sudah mengenal penggunaan kunyit sebagai makanan maupun minuman. Banyak resep masakan berbumbu kunyit menjadi primadona di dunia kuliner sehat khas Indonesia. Demikian pula dengan minuman tradisional berbahan kunyit yang dikenal di berbagai daerah, semuanya bermanfaat untuk menjaga kesehatan apabila digunakan dengan benar.
Satu hal penting yang tidak boleh dilupakan ketika menggunakan bahan alami sebagai pengobatan adalah kebersihan. Rimpang kunyit yang tumbuh di dalam tanah perlu dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Cara membersihkan yang benar adalah dengan mencucinya di bawah air yang mengalir sehingga bebas dari sisa-sisa partikel tanah yang menempel di kulitnya. Selain itu, apabila diperlukan untuk merebus kunyit, sebaiknya menggunakan wadah dari panci email maupun wadah dari tanah liat yang bersih sehingga tidak bereaksi dengan kandungan kimia dari kunyit.
Berdasarkan uraian di atas, khazanah pengobatan dengan bahan alami ala kiai masih relevan dengan kondisi saat ini. Masyarakat Muslim yang rindu dengan hikmah-hikmah dari Gus Maksum Djauhari masih dapat mengambil manfaatnya untuk kesehatan dari resep yang beliau bagikan. Dedikasi beliau sebagai ulama menembus batasan waktu sehingga patut dilestarikan agar masih dapat dirasakan oleh masyarakat yang mencintainya kapanpun dan di manapun berada. []
Yuhansyah Nurfauzi, apoteker dan peneliti di bidang farmasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar