Dengan akal yang terbatas ini, sering kali kita memikirkan hal-hal yang seharusnya tidak perlu kita pikirkan. Pembahasan yang terlalu mendalam seputar akidah bagi orang awam, akan rentan membikin mereka mengalami kecelakaan berpikir dalam memahaminya apabila tidak ditemani dengan orang yang lebih ahli dalam bidangnya.
Topik yang biasanya dibahas adalah tentang kekalnya surga dan neraka. Banyak
orang membahas, bahkan mempertanyakan tentang kekalnya surga dan neraka lalu
dibenturkan dengan sifat baqa’ (kekal) bagi Allah. Pembahasan semacam ini hanya
membuat ragu tentang sifat-sifat bagi Allah swt.
Salah satu sifat yang wajib bagi Allah adalah sifat baqa’, yang artinya kekal.
Dalam kitab Tuhfatul-Murid Syarh Jauharatut-Tauhid (halaman 76) dijelaskan
bahwa sifat baqa’ di sini maksudnya tidak ada akhir bagi wujudnya Allah. Jika
seandainya Allah itu tidak bersifat baqa’, maka Allah itu baru dan sama dengan
makhluk. Hal ini jelas mustahil bagi zat Allah swt.
Dalam surat Al-Qashash ayat 88 Allah berfirman:
كُلُّ
شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ
Artinya, "Bahwa semua selain Allah akan hancur……." (Surat Al-Qashash
ayat 88).
Merujuk pada ayat di atas, maka seluruh alam semesta akan mengalami kemusnahan, kecuali Allah. Dalam hal ini Syekh Ahmad Ash-Shawi Al-Maliki dalam kitab Hasyiyatul-'Alamah Ash-Shawi 'Ala Tafsiril-Jalalain (3/380) mengutip pendapat Imam Jalaluddin As-Suyuthi yang mengecualikan beberapa makhluk yang oleh Allah dikehendaki untuk kekal dan tidak mengalami kehancuran, yaitu Arasy, Kursi, Neraka, Surga, Ajbudz Dzanab, dan Roh; Demikian juga Lauh Mahfudz dan Qalam (pena).
Penjelasan Imam Jalaluddin As-Suyuthi tentang kekekalan surga dan neraka juga
senada dengan keterangan dari Syekh Ibrahim bin Muhammad Al-Baijuri dalam kitab
Tuhfatul-Murid Syarh Jauharatut-Tauhid (halaman 66). Ia menjelaskan bahwa
kenikmatan surga dan siksa neraka itu ada permulaannya, tapi tidak berakhir.
Maka ini jelas berbeda dengan Allah yang memang tidak mempunyai permulaan.
Banyak ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang kekalnya surga dan neraka. Salah
satunya Allah berfirman dalam surat Hud ayat 106-108:
فَأَمَّا
الَّذِينَ شَقُوا فَفِي النَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ ۞ خَالِدِينَ
فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ ۚ إِنَّ
رَبَّكَ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ ۞ وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي
الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا
شَاءَ رَبُّكَۗ عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ ۞
Artinya, “Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka. Di
dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik napas (dengan merintih). Mereka kekal
di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang
lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.
Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga. Mereka kekal
di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang
lain) sebagai karunia yang tidak ada putus-putusnya." (Surat Hud ayat
106-108)
Dengan ini bisa disimpulkan bahwa surga dan neraka itu dikehendaki kekal oleh
Allah. Sedangkan Allah kekal karena memang dzatiyah-nya dan hukumnya wajib bagi
Allah. Sangat jelas perbedaan antara kekalnya Allah dan kekekalan surga dan
neraka. Wallâhu a’lam. []
Ustadz Moh. Fakhri As Shiddiqy, Ketua Staf Khusus Dokumentasi dan Kearsipan
Perpustakaan Sidogiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar