Meski Indonesia telah merdeka 77 tahun lalu, tapi sampai sekarang masih ada juga orang yang mempertentangkan wawasan kebangsaan dan ajaran agama. Mempertentangkan antara al-Quran dengan UUD 45; mempertentangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan negara Islam, dan selainnya. Sebagian orang mempermasalahkan jargon hubbul wathan minal iman sebagai hadits.
Termasuk di antaranya masih berasumsi bahwa cinta tanah air tidak ada dalilnya dalam agama. Namun apakah sebenarnya cinta tanah air tidak ada dalilnya? Apakah jargon ‘Hubbul wathan minal iman’ tak cukup dijadikan dalil cinta Tanah Air dalam Islam?
Tentu cinta tanah air ada dalilnya baik dari Al-Qur’an, hadits, maupun
dalil-dalil agama lainnya. Namun kalau yang dipermasalahkan adalah jargon atau
jargon ‘hubbul wathan minal iman’, apakah cukup atau tidak dijadikan sebagai
dalil cinta tanah air, maka penjelasan Al-Hafizh as-Sakhawi (831 - 902 H)
menarik untuk disimak.
Sebagai muhaddits atau pakar hadits, murid al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani ini
menjelaskan, bahwa memang ungkapan populer atau jargon ‘hubbul wathan minal
iman’ bukan hadits. ‘Lam aqif ‘alaihi’, aku tidak menemukannya sebagai hadits’,
kata as-Sakhawi. Namun demikian bukan berarti salah dan tidak dapat dijadikan
pedoman.
Menurut peneliti hadits-hadits populer ini, meski jargon ‘hubbul wathan minal
iman’ bukan hadits, namun maknanya sahih, maknanya benar. Kenapa demikian.
Sebab jauh-jauh hari sebelum masa hidupnya jargon ini sudah dikenal dan diakui
kebenarannya di lingkungan ulama Islam. Imam as-Sakhawi menjelaskan:
لَمْ
أَقِفْ عَلَيْهِ وَمَعْنَاهُ صَحِيْحٌ فِي ثَالِثِ الْمُجَالَسَةِ
لِلدَّيْنَوَرِيِّ مِنْ طَرِيْقِ الْأَصْمَعِيِّ سَمِعْتُ اَعْرَابِيًّا يَقُوْلُ
إِذَا أَرَدْتَ أَنْ تَعْرِفَ الرَّجُلَ فَانْظُرْ كَيْفَ تَحَنُّنُهُ إِلَى
أَوْطَانِهِ وَتَشَوُّقُهُ إِلَى إِخْوَانِهِ وَبُكَاؤُهُ عَلَى مَا مَضَى مِنْ
زَمَانِهِ
Artinya “Aku tidak menjumpai riwayat ‘hubbul wathan minal iman’ sebagai hadits,
sama sekali sebagai hadits, tapi secara substansial maknanya benar. Dalam
bagian ketiga dari Kitab al-Mujalasah wa Jawahirul ‘Ilmi karya Abu Bakar
Muhammad bin Marwan ad-Dinawari (w 333 H), dari jalur al-Asma’i terdapat
riwayat: ‘Aku mendengar seorang badui berkata: ‘Apabila kamu ingin mengenali
seseorang, maka perhatikan bagaimana kerinduannya pada tanah airnya,
kekangenannya kepada kawan-kawannya dan tangisannya atas apa yang telah berlalu
dari zamannya.” (Abdurrahman as-Sakhawi, al-Maqasid al-Hasanah minal Ahadits
al-Masyhurah ‘alal Alsinah, [Dar al-Kitab al-‘Arabi], halaman 297).
Penjelasan Imam as-Sakhawi sebagai pakar hadits ini memberi pemahaman bahwa
meskipun jargon ‘hubbul wathan minal iman’ bukan hadits, namun maknanya sahih,
maknanya benar dan dapat dijadikan pedoman bagi umat Islam. Jargon ini sudah
dikenal sejak ratusan tahun lalu di dalam dunia Islam, utamanya di lingkungan
ulamanya.
Karenanya tidak aneh bila ulama di Nusantara pun memakainya sebagai jargon
untuk memupuk jiwa nasionalisme dan patriotisme pada anak bangsa. Dari dulu
hingga sekarang. Wallâhul a’lam. []
Ustadz Ahmad Muntaha AM, Founder Aswaja Muda dan Redaktur Keislaman NU Online.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar