Ketika Kiai Baedlowie
Ditanya soal Beragam Aliran
Fenomena
berkembangbiaknya berbagai macam aliran (firqah) di Indonesia memang tidak
mendadak muncul di akhir dasa warsa ini. Justru pada awal abad 19, di antara
sebab NU lahir adalah karena ada paham lain yang mulai berkembang di Arab Saudi
saat itu.
Namun, semakin hari
pergolakan dan perkembangan aneka macam paham semakin nampak lebar dan nyata di
tengah masyarakat di Indonesia. Namun, anehnya kenapa kiai-kiai yang alim
allamah di Indonesia tidak ada yang mengikuti paham tersebut.
Sebagai contoh, KH M.
Hasyim Asy'ari, KH Kholil Bangkalan, KH Mahfudz Tremas, KH Khotib Sambas dan
kiai-kiai lain yang justru mereka adalah lulusan dari Arab Saudi. Mereka masih
berpegang teguh kepada ajaran Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyyah.
Terkait hal itu,
pernah suatu ketika KH Muhammad Shofi Al-Mubarok bertanya kepada ayahnya KH
Ahmad Baedlowie Syamsuri yang juga salah seorang murid Syekh Muhammad Yasin bin
Isa Al-Fadani.
"Pak,
kelihatannya, aliran yang itu kan bagus toh, Pak? Kalau dilihat, mereka begitu
menghidupkan sunnah?" tanya Gus Shofi
Kiai Baedlowie
menjawab, "Bapak lebih memilih jalur-jalur yang sudah ditempuh para
guru-guru Bapak, Simbah Kiai Muslih (Mranggen), Simbah Kiai Umar (Mangkuyudan),
Mbah Arwani (Kudus). Bapak kok yakin kalau beliau-beliau itu ahli sorga
semua".
Lebih lanjut, Kiai
Baedlowie menegaskan "Andai saja Mbah Muslih, Mbah Umar, Mbah Arwani itu
kok tidak ahli sorga, saya ingin melihat, siapa lagi orang yang ahli sorga (di
dunia ini)?"
Artinya, marilah kita
mantapkan hati kita untuk selalu menapaki jalan yang sudah ditempuh oleh
pendahulu kita. Kita tidak perlu mengikuti ajaran-ajaran baru yang belum
bisa dipertanggungjawabkan silsilah sanad dan sambungnya sampai Baginda Nabi
Muhammad SAW. ***
Cerita ini dikutip
dari mauidzah Gus Shofi dalam acara pertemuan rutin alumni Pesantren Sirojuth
Tholibini, Brabo di Karangsono, Mranggen, Demak, Jumat (10/2/17).
[]
(Ahmad Mundzir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar