Hukum Merayakan Malam Nisfu
Sya’ban
Sekarang kita berada di bulan Sya’ban dan
tidak lama lagi kita akan bertemu dengan bulan Ramadhan. Sebagaimana diketahui,
selain Ramadhan, Rasulullah juga memuliakan bulan lainnya dan memperbanyak
amalan pada bulan tersebut. Di antara bulan yang dimuliakan Rasul itu adalah
Sya’ban. Beliau memuliakannya dengan memperbanyak ibadah, seperti puasa dan
ibadah lainnya.
Selain dianjurkan memperbanyak puasa, pada
malam pertengahan bulan (nisfu Sya’ban) juga disunahkan untuk memperbanyak
ibadah. Pada sebagian tradisi masyarakat merayakan malam nisfu Sya’ban dengan
berkumpul bersama-sama di masjid sembari beribadah dan mengerjakan hal-hal
positif lainnya. Dalam kitab Qalyubi wa ‘Umairah dijelaskan:
يندب
إحياء ليلتي العيدين بذكر أو صلاة أولاها صلاة التسبيح، ويكفي معظمها وأقله صلاة
العشاء في جماعة والعزم على صلاة الصبح كذلك. ومثلهما ليلة نصف شعبان، وأول
ليلة من رجب وليلة الجمعة لأنها محال إجابة الدعاء
Artinya, “Disunahkan menghidupkan malam hari
raya, Idhul Fitri dan Idhul Adha, dengan berdzikir dan shalat, khususnya shalat
tasbih. Sekurang-kurangnya adalah mengerjakan shalat Isya berjamaah dan
membulatkan tekad untuk shalat Shubuh berjamaah. Amalan ini juga baik dilakukan
di malam nisfu Sya’ban, awal malam bulan Rajab, dan malam Jumat karena pada
malam-malam tersebut doa dikabulkan.”
Pendapat ini diperkuat oleh banyaknya hadits terkait keutamaan malam nisfu Sya’ban. Salah satunya hadits yang terdapat dalam Shahih Ibnu Hibban disebutkan berikut ini.
يَطْلُعُ
اللَّهُ إِلَى خَلْقِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ
لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
Arinya, “Allah SWT memperhatikan makhluk-Nya pada malam nisfu Sya’ban dan mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang kafir dan orang yang bermusuhan.”
Hadits riwayat Ibnu Hibban ini juga banyak disampaikan oleh perawi hadits lainnya meskipun dengan redaksi dan silsilah sanad yang berbeda. Menurut penelitian sebagian ulama, sebagian hadits tentang keutamaan malam nisfu Sya’ban dhaif. Kedhaifan hadits itu tidak berati berujung pada larangan untuk merayakan malam nisfu Sya’ban dengan beribadah karena mayoritas ulama membolehkan pengamalan hadits dhaif untuk fadhail a’mal.
Dengan demikian, pada saat malam nisfu
Sya’ban nanti, mari kita perbanyak ibadah, doa, dan minta ampunan pada Allah
SWT, sebab di malam itu Allah SWT akan menjawab doa hamba-hamba-Nya. Wallahu
a’lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar