Kamis, 04 Juni 2020

Nasaruddin Umar: Kontemplasi Ramadhan (10): Jangan Memalaikatkan Iblis!

Kontemplasi Ramadhan (10)

Jangan Memalaikatkan Iblis!

Oleh: Nasaruddin Umar

 

Orang yang mabuk dunia terkadang sulit membedakan mana iblis dan mana malaikat. Seperti itu yang pernah terjadi pada Mr. X, seorang pejabat disalahsatu instansi. Ia merasa sangat terusik dengan sikap dan perilaku sekretaris pribadi yang baru saja dilantiknya. Ia dianggap selalu membatasi selera dan keinginannya. Kehadiran sekretaris baru ini betul-betul tidak mendatangkan zona nyaman bagi dirinya. Seolah-olah sang sekretaris ini memasang sedemikian banyak daerah terlarang di sekitar dirinya. Ia selalu menegur dirinya meskipun dengan gayanya yang amat santun. Misalnya dengan mengucapkan kata-kata: "Mohon maaf Bapak, menurut pendapat saya ini jeruk makan jeruk, sehingga tidak tepat untuk disetujui", "Mohon izin Pak, ada tamu ingin menghadap tetapi ia dari salahsatu rekanan di kantor ini, apa tidak sebaiknya diarahkan ke pejabat terkait langsung saja Bapak? "Mohon maaf Bapak, sekedar mengingatkan makanan ini sarat kolestrol, jika berkenan saya siapkan jenis makanan lain". Sikap sekretaris ini betul-betul dirasakan mengurangi kebebasan dirinya, bahkan kadang-kadang dirasakan sudah seperti makhluk yang menjengkelkan, alias iblis.


Akhirnya Mr. X minta dicarikan sekretaris pribadi baru. Akhirnya ditemukanlah seorang perempuan yang bukan hanya berparas cantik dan simpatik, tetapi mampu memahami selera bosnya. Bahasa yang sering muncul dari mulut sang sekretaris baru ini ialah: "Tenag saja Pak, ini bisa diatur", "Tidak ada salahnya Bapak menerima rekanan itu, sekedar silaturrahim saja", "Sesekali nggak masalah Pak, kan Bapak bisa minum obat penawar kolestrolnya". Sikap sekretaris baru ini betul-betul memuaskan dirinya, sehingga terucaplah kata-kata: Engkau memang pantas menjadi sekretaris pribadi saya, bahkan engkau seperti malaikatku. Berbeda dengan temanmu kearin betul-betur seperti siluman yang menyedot energy.


Mr. X larut dengan zona nyaman semu yang diciptakan oleh sekretaris pribadi barunya yang bisa memberikan pembenaran seluruh keinginan dan dan selera dirinya. Saya kepuasan itu tidak lama dirasakan karena tiba-tiba ia diciduk oleh aparat penegak hukum karena ia telah melakukan pelanggaran beruntun. Hampir setiap kebijakan yang dilakukan menabrak rambu-rambu. Ia baru sadar setelah hidup di dalam rumah tahanan. Apa mau dikata, penyesalan selalu datang kemudian. Di dalam rumah tahanan tidak ada lagi sekretaris cantik yang memberikan pelayanan. Bahkan di dalam rumah tahanan, selain harus menanggung malu, ia juga harus bergelut dengan penyakit asam urat dan pusing karena akibat kolestrol tinggi yang berakumulasi di dalam dirinya.


Mr X kini baru sadar dan betul-betul menyesal. Ternyata sekretaris pribadinya dulu yang disangka iblis ternyata sesungguhnya adalah malaikat. Seandainya terus bersama dia, dipastikan tidak akan pernah masuk bui dan boleh jadi tidak terbebani sejumlah penyakit yang bersarang di dalam tubuhnya. Ia juga sadar bahwa sekretaris baru yang dianggap sebagai bidadarinya ternyata iblis yang berjubah malaikat.


Al-Qur'an sudah lama memeringatkan semua pihak agar hati-hati di dalam menentukan sebuah pilihan, karena: "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Q.S. al-Baqarah/2216).


Dalam masyarakat modern saat ini terkadang kita sulit membedakan mana malaikat dan mana iblis. Iblis modern sudah bisa menggunakan jubah malaikat sehingga sementara Malaikat terkadang menggunakan jubbah mirip iblis. Dalam menjalani kehidupan ini seseorang semakin dituntut untuk lebih hati-hati untuk tidak terkecoh. Jangan sampai kita termasuk seperti Mr. X, yang terkecoh oleh iblis yang berjubah malaikat. Kita juga harus lebih hati-hati saat ini karena di sela-sela pergaulan kita tidak sedikit Iblis berjubah malaikat, meskipun kadang juga malaikat berjuba iblis. Batin yang tidak sensitive pasti sangat mudah terkecoh. []

 

DETIK, 03 Mei 2020

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar