Kamis, 16 Agustus 2012

(Ngaji of the Day) Membumikan Moral Qurani Mengingat Malam Nuzulul Qur’an


Membumikan Moral Qurani Mengingat Malam Nuzulul Qur’an

Oleh: Achmad Marzuki



Salah satu bentuk keistimewaan bulan Ramadhan adalah adanya perayaan nuzulul qur’an. Yaitu hari dimana al-Qur’an pertama kali diturunkan ke kolong langit, melalui malaikat Jibril diturunkan pada baginda Rasulullah Muhammad saw. Nuzulul qur’an sudah menjadi budaya di Indonesia. Namun, terkadang perayaan ini terkesan hanya sebatas kegiatan rutin tahunan yang harus dilaksanakan karena kesakralannya tanpa melihat esensi di dalamnya.


Sudah menjadi tujuan utama al-Qur’an untuk menjadikan manusia saling tolong-menolong dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Selain itu Rasulullah pun diturunkan hanya untuk menyempurnakan kebaikan akhlak manusia. Artinya secara kasar Islam datang hanya semata-mata menentramkan sikap moral manusia agar kehidupannya terasa tentram.


Nuzulul Qur’an


Ada banyak perbedaan kapan terjadinya nuzulul qur’an. Setidaknya penulis mendapatkan ada tiga pendapat besar tentang ini. Pertama, nuzulul qur’an terjadi pada bulan Rabiul Awal. Di sini pun terdapat cabang pendapat. Ada yang bilang pada tanggal 8 dan ada pula yang bilang tanggal 18. Yang menyebutkan terjadi pada bulan Rabiul Awal ini menurut hadis riwayat Ibnu Umar.


Kedua, terjadi pada bulan Rajab. Dalam bulan ini pun terdapat dua pendapat yaitu ada yang menentukan bahwa nuzulul ur’an pada tanggal 17 ada pula yang bilang tanggal 27. Pendapat ini didasarkan pada hadist yang diriwayatkan oleh Abu Huraira ra. Dan yang terakhir yaitu bahwa nuzulul qur’an terjadi pada bulan Ramadhan.


Dari perbedaan ini pendapat yang ketigalah yang dianut oleh sebagian besar umat Islam Indonesia. Yang mengokohkan pendapat ini juga ditegaskan oleh ayat pada al-Qur’an sendiri bahwa dalam bulan Ramadhan terdapat peristiwa diturunkannya al-Qur’an (QS al-Baqarah;185). Selain itu, peristiwa ini mengingatkan kita akan bagaimana seharusnya kita berperilaku di dunia.


Moral Qurani


Rasulullah dikenal sebagai manusia yang menjalankan perilakunya sebagai perilaku yang berbasis qurani. Yaitu segala sikap yang beliau jalankan berdasarkan pada ajaran dalam al-Qur’an sehingga beliau dikenal sebagai manusia yang berakhlak al-Qur’an. Demikian juga dengan adanya peringatan nuzulul qur’an, kita menjadikan semangat baru untuk memperbaiki moral bangsa sehingga berbasis moral qurani.


Bulan Ramadhan ada yang bilang hanya sebagai bulan penuh teatrikal. Seperti memberantas warung remang-remang, menciduk minuman keras, dan operasi lainnya yang dapat dikategorikan sebagai pembersihan lokasi demi menjaga kesucian bulan. Bahkan para petugas memberantas segala kebusukan kemaksiatan ini dengan kekerasan, entah setelah itu berimplikasi pada perilaku masyarakat sekitar atau tidak.


Untuk merubah perilaku masyarakat tidak semudah membalikkan tangan. Mereka membutuhkan semangat dan stimulan cerdas untuk membuka jiwa mereka agar membuka diri demi perbaikan sosial. Salah satunya dengan cara memberikan suri tauladan dengan baik. Tentunya hal ini dimulai dari diri sendiri. Dengan begitu masyarakat sekitar kita akan melihat perilaku kita dan kemudian secara tidak sadar mereka merubah diri menjadi lebih baik.


Perubahan yang seperti ini akan melekat dan tidak bersifat menggurui. Apalagi dengan datangnya pagelaran peringatan nuzulul qur’an yang mendatangkan da’i kondang. Membahas da’i kondang jangan sampai terjadi degradasi kualitas isi ceramah. Perlu dibuktikan (lagi-lagi) dengan perilaku, tidak sekedar bicara.


Mari dalam bulan puasa ini kita memperkokoh keimanan kita dengan memperbanyak kuantitas ibadah kita. Tidak lupa juga sedikit-sedikit meluruskan dan menggenggam perilaku diri pada jiwa al-Qur’an. Untuk merubah negara menjadi lebih baik yaitu dengan merubah dari skala kecil. Apalagi dengan peringatan nuzulul qur’an kita lebih membumikan semangat moral qur’ani. Wallahua’lam bisshawab.


* Alumni pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, saat ini sedang belajar di IAIN Walisongo Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar