Indahnya Silaturrahmi
Dalam Islam, hubungan persaudaraan dinilai begitu penting, sehingga silaturahmi hukumnya wajib. Pandangan terhadap ikatan kekeluargaan yang demikian istimewa ini, tidak akan di ditemukan pada sistem kekeluargaan di luar Islam, dan tidak akan didapatkan padanannya dalam hukum adat yang berkembang di daerah manapun. Sebab hukum yang dicetuskan manusia akan selalu berhenti pada ketidak-sempurnaan.
Islam memandang, bahwa setiap komponen dalam anggota masyarakat dianggap saling terkait, dan berhubungan satu sama lain, membentuk jalinan yang harmonis. Karena itu banyak sekali Hadis-Hadis yang disabdakan Rasulullah dalam memotivasi umatnya untuk merapatkan barisan, mempererat hubungan, dan melarang bercerai berai. Menyambung hubungan kekerabatan adalah wajib, sedangkan memutuskannya merupakan dosa besar. Nabi Sallallâhu ’alaihi wasallam bersabda: Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan persaudaraan (Hadis Muttafaq ‘Alaih).
Dari sini dapat dipahami, bahwa Islam menganggap penting hubungan kekeluargaan yang kuat, karena bangunan masyarakat manapun akan menjadi kuat jika dimulai dengan kuatnya pondasi kebersamaan yang harmonis dalam keluarga. Jadi jika komponen masyarakat dalam keluarga telah terjalin erat, maka akan ada jaminan jika masyarakat Islam secara umum juga akan kuat.
Kerena itu, tentu saja perintah Rasul Sallallâhu ’alaihi wasallamini tidak dimaksudkan mendahulukan kepentingan keluarga daripada kepentingan bersama. Justru Rasul Sallallâhu ’alaihi wasallam menginginkan adanya sinergi antara eratnya hubungan kekeluargaan dengan ikatan persaudaraan sesama muslim. Ibarat bangunan, maka ikatan keluarga adalah tiang-tiang penyanggah, untuk menjaga keutuhan bangunan persaudaraan dalam satu agama.
Mempererat hubungan kekeluargaan, tanpa memperhatikan ikatan persaudaraan sesama muslim, tidak akan tercipta ketenteraman dalam masyarakat, karena setiap orang akan berjalan sesuai ego masing-masing, dan pasti akan memunculkan fanatisme golongan, nepotisme, dan hal-hal negatif serupa yang merugikan kepentingan umum. Tentu, ini tidak sesuai dengan visi Islam yang universal.
Sebaliknya, bila hanya pandai menjaga hubungan dengan masyarakat secara umum, tetapi melupakan hubungan keluarga sendiri, maka juga akan terjadi ketidak seimbangan dalam kehidupan. Karena itu Rasul Sallallâhu ’alaihi wasallam bersabda, Belumlah dianggap baik orang yang menampakkan perbuatan baik pada orang lain, apabila ia tidak bisa berbuat baik pada keluarganya.
Nah, untuk mencapai ketentraman dan kebahagiaan yang sempurna, tentunya harus menjaga silaturrahim dengan keluarga, dan membina keutuhan persatuan sesama muslim sekaligus, dengan pemaknaan“silaturrahim” yang luas, sesuai paradigma Islami yang universal.
Dewasa ini, silaturrahim semakin tersingkirkan dari hati umat Islam, sebab silaturrahim hanya diartikan sebagai acara seremonial temporer yang sempit. Lemahnya silaturrahim dan keretakan dalam keluarga bisa jadi dilatarbelakangi beberapa faktor, di antaranya adalah sikap individualis yang tinggi, egoisme , rasa tidak butuh pada orang lain, merebaknya gaya hidup hedonis, dll.
Suara-suara sumbang dari sebagian golongan yang dibungkus dengan wacana-wacana kebebasan, telah memporak-porandakan konsep keharmonisan dalam keluarga, dan mengakibatkan krisis nilai-nilai kekeluargaan. Sikap materialisme dan kerakusan, juga telah melumat habis nilai-nilai agama yang diajarkan untuk membina hubungan kekeluargaan, baik dalam lingkup satu darah mupun satu agama.
Di samping itu, sikap-sikap hina di dalam hati juga berpotensi besar dalam merusak ikatan persaudaraan dan silaturrahmi. Sikap iri dan dengki adalah dua senjata pemusnah yang sangat ampuh untuk membunuh benih-benih kasih saya dalam jiwa, yang sebetulnya bisa menjadi pohon yang kokoh, tinggi menjulang, guna menunjang bangunan persaudaraan.
Islam mengajarkan, jika kita menjaga ikatan persaudaraan melalui silaturrahim, maka akan banyak manfaat yang akan dituai darinya. Silaturrahim dapat mendatangkan keluasan rizki, panjang umur, melemahkan amarah, membunuh rasa benci, iri hati, permusuhan dan sifat-sifat zalim lainnya. Dengan silaturrahim, semua sifat yang hina dalam jiwa akan sirna, berganti rasa kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama.
Selain itu, silaturrahim juga berfungsi sebagai sarana interaksi sosial, membangun relasi bisnis, membuka jalan dakwah dalam amar ma’ruf nahi munkar. Artinya, di sini silaturrahim juga menjadi sarana ibadah dan dakwah, yang tentu saja pahalanya akan berlipat-lipat, sebagaimana telah banyak dijelaskan dalam Hadits Nabi Sallallâhu ’alaihi wasallam.
Dari itu, marilah kita rekatkan kembali hubungan-hubungan yang retak, kita rapatkan barisan yang renggang, agar kita dapat meraih kesuksesan bersama. Bukankah akan terasa sangat indah bila setiap saat kita bisa saling bertegur sapa, mengisi hari dengan senyuman dan semangat kebersamaan, dalam menyongsong kebahagiaan, dari alam fana hingga alam baka? Subhânallâh, betapa indahnya. []
Buletin Pesantren Sidogiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar