Jumat, 17 Maret 2023

(Ngaji of the Day) Tafsir Surat An-Nisa’ Ayat 1 (Bagian 3)

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا


Yā ayyuhan nāsut taqū rabbakumulladzī khalaqakum min nafsin wāhidatin wa khalaqa minhā zaujahā wa batstsa minhumā rijālan katsīran wa nisā’a. Wat taqullāhalladzī tasā’alūna bihī wal arhām.


Artinya, “Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari jiwa yang satu; yang telah menciptakan darinya istrinya; dan telah menyebarkan dari keduanya (keturunan) laki-laki dan perempuan yang banyak. Takutlah kalian kepada Allah Dzat yang dengan-Nya kalian beradu sumpah dan takutlah kalian memutus silaturrahim. Sungguh Allah adalah Dzat Yang Maha Mengawasi kalian.”


Ragam Tafsir

 

Makna frasa: وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا “Dan Dzat yang telah menciptakan darinya istrinya”—yang kemudian memunculkan dua (2) pendapat, apakah Sayyidah Hawa benar-benar tercipta dari Nabi Adam ‘alaihis salam atau tidak, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Fakhruddin Ar-Razi (544-606H/1150-1210 M)—,bila merujuk penafsiran Imam Abu Ja’far At-Thabari (224-310 H/839-923 M) dalam Jami’ul Bayan ‘an Ta’wili Āyi al-Qur’an, maka maksudnya adalah, dari jiwa yang satu berupa Nabi Adam ‘alaihis salam, Allah kemudian menciptakan manusia kedua sebagai pasangannya, yaitu Sayyidah Hawa:


يَعْنِي بِقَوْلِهِ جَلَّ ثَنَاؤُهُ:وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا، وَخَلَقَ مِنَ النَّفْسِ الْوَاحِدَةِ زَوْجَهَا. يَعْنِي بِـالزَّوْجِ، الثَّانِي لَهَا. وَهُوَ فِيمَا قَالَ أَهْلُ التَّأْوِيلِ، امْرَأَتُهَا حَوَاء.


Artinya, “Yang dimaksud oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan Firman-Nya: ‘Yang telah menciptakan darinya istrinya’, maksud redaksi زَوْجَهَا adalah makhluk kedua bagi Nabi Adam ‘alaihis salam sebagai makhluk pertama. Dalam pendapat para ahli ta’wil adalah istri Nabi Adam ‘alaihis salam, yaitu Sayyidah Hawa.” 


Para mufassir Al-Qur’an generasi tabiin pun menafsirkannya demikian, seperti Mujahid, As-Suddi, Qatadah dan Ibn Ishaq, sehingga semakin menguatkan pendapat pertama yang menyatakan bahwa Sayyidah Hawa benar-benar tercipta dari Nabi Adam ‘alaihis salām. Dari tulang rusuknya. (Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at-Thabari, Tafsir At-Thabari, Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Āyil Qur’an, [Kairo, Daru Hijr: 1422 H/2001 M], cetakan pertama, tahqiq: Abdullah bin Abdul Muhsin at-Turki, juz VI, halaman 340-343).


Secara apik Syekh Ahmad bin Muhammad As-Shawi dalam catatannya atas Tafsir Al-Jalalain mengisahkan penciptaan Hawa dari tulang rusuk kiri Nabi Adam ‘alaihis salam.


Setelah Nabi Adam ‘alaihis salam terlelap dalam tidur, kemudian salah satu tulang rusuk kirinya diambil tanpa terasa sakit sedikit pun. Setelah bangun, tiba-tiba Nabi Adam ‘alaihis salam mendapati sosok wanita berada di sampingnya. Seketika itu hatinya tertarik dan secara spontan hendak mengulurkan tangan kepadanya.


Namun malaikat menyergah: “Jangan wahai Adam, sampai Engkau memenuhi maharnya.” 


“Maka apa maharnya?” tanya Nabi Adam ‘alaihis salaam.


Malaikat menjawab: “Sehingga Engkau membaca shalawat bagi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”


Dalam suatu riwayat membaca shalawat tiga (3) kali, dan dalam riwayat lain 17 kali. 


Singkat kisah, kemudian Nabi Adam ‘alaihis salam menikah dengan Sayyidah Hawa dan tidak meninggal dunia sehingga mempunyai anak cucu lebih dari 100 ribu orang, yang semuanya sibuk beraktivitas dengan berbagai ketrampilan hidup dan perdagangan. (Ahmad bin Muhammad as-Shawi, Hasyiyyah as-Shawi‘ ala Tafsir al-Jalalain, [Bairut: Dar al-Fikr, 1424 H/2004 M], editor: Shidqi Muhammad Jamil, juz I, halaman 266-267).


Demikianlah awal mula peradaban manusia dibangun oleh Nabi Adam ‘alaihis salam dan Sayyidah Hawa. Kemudian berlanjut hingga generasi manusia sekarang. Semuanya tanpa terkecuali adalah saudara yang harus saling menjaga antara satu dengan lainnya karena semuanya berasal dari satu jiwa, yaitu Nabi Adam ‘alaihis salam. Wallahu a’lam.
[]

 

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar