يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Yā ayyuhan nāsut taqū rabbakumulladzī khalaqakum min nafsin wāhidatin wa
khalaqa minhā zaujahā wa batstsa minhumā rijālan katsīran wa nisā’a. Wat
taqullāhalladzī tasā’alūna bihī wal arhām.
Artinya, “Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan
kalian dari jiwa yang satu; yang telah menciptakan darinya istrinya; dan telah
menyebarkan dari keduanya (keturunan) laki-laki dan perempuan yang banyak.
Takutlah kalian kepada Allah Dzat yang dengan-Nya kalian beradu sumpah dan
takutlah kalian memutus silaturrahim. Sungguh Allah adalah Dzat Yang Maha
Mengawasi kalian.”
Ragam Tafsir
Makna frasa: وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا “Dan Dzat yang telah menciptakan darinya istrinya”—yang kemudian memunculkan dua (2) pendapat, apakah Sayyidah Hawa benar-benar tercipta dari Nabi Adam ‘alaihis salam atau tidak, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Fakhruddin Ar-Razi (544-606H/1150-1210 M)—,bila merujuk penafsiran Imam Abu Ja’far At-Thabari (224-310 H/839-923 M) dalam Jami’ul Bayan ‘an Ta’wili Āyi al-Qur’an, maka maksudnya adalah, dari jiwa yang satu berupa Nabi Adam ‘alaihis salam, Allah kemudian menciptakan manusia kedua sebagai pasangannya, yaitu Sayyidah Hawa:
يَعْنِي
بِقَوْلِهِ جَلَّ ثَنَاؤُهُ:وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا، وَخَلَقَ مِنَ النَّفْسِ
الْوَاحِدَةِ زَوْجَهَا. يَعْنِي بِـالزَّوْجِ، الثَّانِي لَهَا. وَهُوَ فِيمَا
قَالَ أَهْلُ التَّأْوِيلِ، امْرَأَتُهَا حَوَاء.
Artinya, “Yang dimaksud oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan Firman-Nya: ‘Yang
telah menciptakan darinya istrinya’, maksud redaksi زَوْجَهَا
adalah makhluk kedua bagi Nabi Adam ‘alaihis salam sebagai makhluk
pertama. Dalam pendapat para ahli ta’wil adalah istri Nabi Adam ‘alaihis salam,
yaitu Sayyidah Hawa.”
Para mufassir Al-Qur’an generasi tabiin pun menafsirkannya demikian, seperti
Mujahid, As-Suddi, Qatadah dan Ibn Ishaq, sehingga semakin menguatkan pendapat
pertama yang menyatakan bahwa Sayyidah Hawa benar-benar tercipta dari Nabi Adam
‘alaihis salām. Dari tulang rusuknya. (Abu Ja’far Muhammad bin Jarir
at-Thabari, Tafsir At-Thabari, Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Āyil Qur’an, [Kairo,
Daru Hijr: 1422 H/2001 M], cetakan pertama, tahqiq: Abdullah bin Abdul Muhsin
at-Turki, juz VI, halaman 340-343).
Secara apik Syekh Ahmad bin Muhammad As-Shawi dalam catatannya atas Tafsir
Al-Jalalain mengisahkan penciptaan Hawa dari tulang rusuk kiri Nabi Adam
‘alaihis salam.
Setelah Nabi Adam ‘alaihis salam terlelap dalam tidur, kemudian salah satu
tulang rusuk kirinya diambil tanpa terasa sakit sedikit pun. Setelah bangun, tiba-tiba
Nabi Adam ‘alaihis salam mendapati sosok wanita berada di sampingnya. Seketika
itu hatinya tertarik dan secara spontan hendak mengulurkan tangan kepadanya.
Namun malaikat menyergah: “Jangan wahai Adam, sampai Engkau memenuhi
maharnya.”
“Maka apa maharnya?” tanya Nabi Adam ‘alaihis salaam.
Malaikat menjawab: “Sehingga Engkau membaca shalawat bagi Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Dalam suatu riwayat membaca shalawat tiga (3) kali, dan dalam riwayat lain 17
kali.
Singkat kisah, kemudian Nabi Adam ‘alaihis salam menikah dengan Sayyidah Hawa
dan tidak meninggal dunia sehingga mempunyai anak cucu lebih dari 100 ribu
orang, yang semuanya sibuk beraktivitas dengan berbagai ketrampilan hidup dan
perdagangan. (Ahmad bin Muhammad as-Shawi, Hasyiyyah as-Shawi‘ ala Tafsir
al-Jalalain, [Bairut: Dar al-Fikr, 1424 H/2004 M], editor: Shidqi Muhammad
Jamil, juz I, halaman 266-267).
Demikianlah awal mula peradaban manusia dibangun oleh Nabi Adam ‘alaihis salam
dan Sayyidah Hawa. Kemudian berlanjut hingga generasi manusia sekarang.
Semuanya tanpa terkecuali adalah saudara yang harus saling menjaga antara satu
dengan lainnya karena semuanya berasal dari satu jiwa, yaitu Nabi Adam ‘alaihis
salam. Wallahu a’lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar