Kamis, 02 Maret 2023

(Ngaji of the Day) 11 Jenis Kitab Hadits yang Harus Diketahui, Lengkap dengan Definisi dan Contohnya

Bagi pengkaji ilmu hadits, mengetahui berbagai macam jenis kitab hadits adalah sebuah keharusan, hal ini sangat berguna dalam berbagai macam kinerja pengkajian hadits. Berbeda dengan ilmu lain, kitab hadits memiliki berbagai macam jenis, munculnya berbagai macam jenis kitab hadits ini berdasarkan pada isi dan pola penyusunannya. Penjelasan mengenai berbagai jenis ini biasanya ditemukan dalam kitab-kitab tentang ilmu takhrij dan dirasatul asanid. Berikut ini kami jelaskan 11 jenis kitab hadits yang lengkap dengan definisi dan contohnya. '

 

1. Jami’

 

Sebuah kitab hadits yang disusun per bab dan mengandung segala tema agama. Secara umum ada delapan tema besar, yaitu akidah, hukum, sirah, adab, tafsir, fitan, tanda-tanda kiamat, dan manaqib. Dari sekian banyak kitab berbentuk jami’, ada tiga yang paling populer:

a.        Al-Jami’ush Shahih karya Imam Al-Bukhari (Shahih Bukhari);

b.       Al-Jami’ush Shahih karya Imam Muslim (Shahih Muslim); dan

c.        Jami’ Imam At-Tirmidzi (Sunanut Tirmidzi). 


Kitab karya At-Tirmidzi ini lebih populer dengan sebutan Sunan sebab keseriusan dan perhatian (i’tina’) penulisnya terhadap hadits-hadits yang menjelaskan hukum. (Nuruddin ‘Itr, Manhajun Naqdi fi ‘Ulumil Hadits, [Beirut: Darul Fikr, 2017], halaman 176).


2. Sunan

 

Sebuah kitab hadits masuk kategori sunan apabila berisi hadits-hadits marfu’ yang menjelaskan tentang hukum dan urutan babnya disusun seperti urutan bab dalam ilmu fiqih. Ada empat kitab sunan yang paling populer: Sunan Abi Dawud, Sunan An-Nasa’i, Sunan At-Tirmidzi, dan Sunan Ibn Majah. (‘Itr, Manhajun Naqdi, halaman 176).


3. Musnad

 

Musnad adalah kitab hadits yang disusun dengan mengelompokkan hadits-hadits berdasarkan riwayat masing-masing dari para Sahabat. Misalnya, Bab I: Hadits-hadits riwayat Abu Bakr ra. Bab II: Hadits-hadits riwayat Umar ra, dan seterusnya. Urutan nama Sahabat pada setiap kitab musnad berbeda-beda. Ada yang berdasarkan huruf, ada yang berdasarkan siapa yang lebih dahulu masuk Islam, ada yang berdasarkan suku (qabilah), dan ​​​​​​lainnya. Namun menurut Syekh Hatim Al-Auni, jika urutannya berdasarkan huruf awal nama Sahabat, kitab tersebut masuk kategori mu’jam, bukan musnad. (Hatim Al-Auni, Muqarrarut Takhrij wa Manhajul Hukmi ‘alal Hadits, [Beirut: Markazun Nama’, 2018], halaman 39).

 

Syekh Muhammad bin Ja’far Al-Kattani dalam Ar-Risalatul Mustathrafah menyebutkan lebih dari 80 kitab musnad, dan beliau mengatakan masih banyak kitab musnad selain yang telah beliau sebutkan. Dari sekian banyak kitab musnad, beberapa yang paling populer adalah Musnad Imam Ahmad, Musnad Abi Ya’la, dan Musnad Abi Dawud Ath-Thayalisi. (Mahmud Ath-Thahhan, Ushulut Takhrij wa Dirasatul Asanid, [Riyadh: Al-Ma’arif, 2010], halaman 40).


4. Mu’jam

 

Sebuah kitab hadits di mana hadits-hadits di dalamnya dikelompokkan berdasarkan nama guru penulis, Sahabat, atau daerah (buldan). Ada tiga kitab mu’jam yang paling populer: Al-Mu’jamul Kabir, Al-Mu’jamul Ausath, dan Al-Mu’jamush Shaghir. Ketiganya adalah karya Imam Ath-Thabrani. (Ath-Thahhan, Ushulut Takhrij, halaman 45).


5. Mushannaf

 

Kriteria kitab mushannaf hampir sama dengan kitab sunan, yaitu mengelompokkan hadits dan menyusunnya seperti bab dalam ilmu fiqih. Perbedaannya adalah kitab mushannaf tidak hanya berisi hadits marfu’, namun juga hadits mauquf dan hadits maqthu’. Dari sekian banyak mushannaf, beberapa yang paling masyhur adalah Mushannaf ‘Abdurrazzaq dan Mushannaf Abi Bakr ibn Syaibah. (Ath-Thahhan, Ushulut Takhrij, halaman 118; dan ‘Itr, Manhajun Naqdi, halaman 177).


6. Zawa’id

 

Kitab zawa’id adalah kitab yang berisi hadits-hadits yang terdapat di beberapa kitab tertentu, dan hadits-hadits tersebut tidak ditemukan dalam beberap kitab hadits lain. Seperti kitab Mishbahuz Zujajah fi Zawa’idi Ibn Majah Karya Abil ‘Abbas Al-Bushiri, Kitab ini berisi hadits-hadits yang terkandung dalam Sunan Ibn Majah dan tidak ditemukan dalam lima kitab induk lain, yakni Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Dawud, An-Nasa’i, dan At-Tirmidzi. Juga kitab Majma’uz Zawaid karya Al-Hafizh Al-Haitsami, kitab ini menghimpun hadits-hadits yang terdapat pada Musnad Ahmad, Musnad Abi Ya’la, Musnadul Bazzar, dan tiga kitab Mu’jam Ath-Thabrani, yang mana hadits-hadits tersebut tidak ada di enam kitab induk (Al-Kutubus Sittah). (Ath-Thahhan, Ushulut Takhrij, halaman 104; dan ‘Itr, Manhajun Naqdi, halaman 182).


7. Masyyakhah

 

Sebuah kitab yang berisi nama-nama guru dari seorang ulama, dan riwayat-riwayat baik berupa hadits atau sanad kitab yang ia dapatkan dari para guru tersebut. Ada kitab masyyakhah yang ditulis oleh ulama itu sendiri seperti Mu’jam Ausath-nya Ath-Thabrani, dalam kitab tersebut beliau mengumpulkan hadits-hadits yang beliau dapat dari para gurunya. Ada pula kitab masyyakhah yang ditulis oleh orang lain, seperti Tasyniful Asma’ karya Syekh Mahmud Sa’id Mamduh, salah satu murid Syekh Yasin Padang. Beliau mencatat nama-nama guru Syekh Yasin beserta biografi dan kitab apa saja yang dipelajari Syekh Yasin dari masing-masing guru tersebut. (‘Itr, Manhajun Naqdi, halaman 182; dan Al-Auni, Muqarrarut Takhrij, halaman 71).


8. Mustadrak

 

Mustadrak adalah sebuah kitab yang menghimpun hadits-hadits yang tidak dicantumkan dalam sebuah kitab tertentu, padahal hadits-hadits itu memenuhi syarat dan kriteria penulis kitab tersebut. Seperti Al-Mustadrak ‘ala Shahihain karya Imam Al-Hakim. Dalam kitab tersebut beliau mengumpulkan hadits-hadits yang tidak dicantumkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, padahal hadits-hadits tersebut diriwayatkan oleh para rawi yang memenuhi kriteria atau standar dari Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim. (Ath-Thahhan, Ushulut Takhrij, halaman 102).

 

9. Athraf

 

Kitab hadits di mana hadits-hadits di dalamnya tidak disebutkan lengkap, hanya potongan kalimatnya saja, lalu menyebutkan berbagai jalur sanad dari hadits tersebut. Terkadang sepotong kalimat yang disebutkan bukan berasal dari redaksi hadits tersebut, namun hadits tadi masyhur dengan nama itu, seperti Hadits Jibril, maksudnya adalah hadits yang menjelaskan tanya-jawab Jibril as dengan Rasulullah saw. Salah satu kitab athraf yang paling populer adalah Tuhfatul Asyraf karya Al-Hafizh Al-Mizzi. Beliau menyebutkan potongan-potangan hadits beserta sanadnya yang terdapat pada Al-Kutubus Sittah, Muqaddimah Shahih Muslim, Al-Marasil karya Abu Dawud As-Sijistani, Al-‘Ilalush Shaghir dan Asy-Syamail karya At-Tirmidzi, serta ‘Amalul Yaum wal Lailah karya An-Nasa’i. (‘Itr, Manhajun Naqdi, halaman 178).

 

10. ‘Ilal

 

Kitab ‘ilal adalah kitab yang berisi hadits-hadits yang memiliki ‘illat dan menjelaskan bentuk ‘illat dari setiap hadits tersebut. Seperti dua kitab Al-‘Ilal karya At-Tirmidzi dan Ad-Daruquthni. (‘Itr, Manhajun Naqdi, halaman 185).
  

11. Mustakhraj 

 

Sebuah kitab yang berisi hadits-hadits yang terdapat pada kitab lain namun dengan jalur sanad yang berbeda. Seperti Mustakhraj karya Al-Isma’ili (wafat 371 H). Beliau menyebutkan hadits-hadits yang terdapat pada Shahih Bukhari, namun tidak melalui jalur Imam Al-Bukhari (wafat 256 H). (Ath-Thahhan, Ushulut Takhrij, halaman 100).


Inilah 11 jenis kitab hadits yang harus diketahui oleh pengkaji hadits, lengkap dengan definisi dan contohnya. Semoga bermanfaat. 
[]


Ustadz Rif'an Haqiqi, Pengajar di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyyah Berjan Purworejo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar