Selasa, 14 Februari 2023

(Ngaji of the Day) Shalat Istikharah Lengkap: Tata Cara, Doa, dan Terjemahnya

Shalat istikharah merupakan salah satu ibadah yang disunahkan bagi setiap Muslim ketika dihadapkan pada sebuah pilihan. Semisal dalam masalah jodoh bagi orang yang sedang memilih pasangan hidup, memilih tujuan kampus bagi seorang pelajar, dan sebagainya. Harapannya, dengan melakukan shalat istikharah seseorang akan mendapat petunjuk dari Allah agar diberi pilihan terbaik.

 

Dalil Shalat istikharah  

 

Dasar anjuran shalat istikharah adalah, sebagaimana dikutip Imam an-Nawawi dalam Al-Adzkar, sebuah hadits riwayat Imam al-Bukhari, Jabir bin Abdillah berkata:

 

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُعَلِّمُنَا الاسْتِخَارَةَ فِي الأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ إذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ 

 

Artinya, “Rasulullah saw mengajari kami (para sahabat) untuk salat istikharah ketika menghadapi setiap persoalan, sebagaimana beliau mengajari kami semua surat dari Al-Quran. Beliau bersabda, ‘Jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat sunnah dua rakaat ...”’ (HR Imam al-Bukhari). (An-Nawawi, al-Azdkar, 1997: 137) 

 

Tata Cara Shalat istikharah

 

Secara teknis, shalat istikharah dilakukan sebanyak dua rakaat dengan niat sebagai berikut:

 

  أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْاِسْتِخَارَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى 

 

Ushallî sunnatal istikhârati rak’ataini lillâhi ta’âlâ. 

 

Artinya, “Aku berniat shalat sunnah istikharah dua rakaat karena Allah ta’ala.” 

 

Bacaan dan Doa Shalat istikharah

 

Untuk bacaannya, sebagaimana dijelaskan Imam al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumiddin, pada rakaat pertama membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Kafirun; sementara pada rakaat kedua membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlash. Kemudian, selesai salam membaca doa berikut:

 

اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِيْ وَدُنْيَايَ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ وَعَـاجِلِهِ وَآجِـلِهِ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَبَارِكْ لِي فِيهِ ثُمَّ يَسِّرْهُ لِي وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِيْ وَدُنْيَايَ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ عَاجِلِهِ وَآجِـلِهِ فَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ أَيْنَـــمَا كَانَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ وَ صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ 

 

Allâhumma shalli wa sallim ‘alâ sayyidina muḫamamdin, Alḫamdulillâhi rabbil ‘âlamîn. Allâhumma innî astakhîruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa lâ aqdiru, wa ta’lamu wa lâ a’lamu, wa anta ‘allâmul ghuyûb. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hâdzal amra khairun lî fî dînî wa dun-yâya wa ‘âqibati amrî ‘âjilihi wa âjilihi faqdurhu lî wa bârik lî fîhi tsumma yassirhu lî. Wa in kunta ta’lamu anna hâdzal amra syarrun lî fî dînî wa dun-yâya wa ‘âqibati amrî ‘âjilihi wa âjilihi fashrifnî ‘anhu washrfhu ‘annî waqdur liyal khaira haitsu kâna ainamâ kânû innaka ‘alâ kulli syai-in qadîr. Wa shallallâhu ‘alâ sayyidina muḫamamdin, walḫamdulillâhi rabbil ‘âlamîn. 

 

Artinya, “Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah dengan pengetahuan-Mu, aku memohon kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan sementara aku tidak mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib. 

 

Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam bagi agamaku, kehidupanku, akhir urusanku, duniaku, dan akhiratku, maka takdirkanlah hal tersebut untukku. Mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, akhir urusanku, diniaku, dan akhiratku, maka palingkanlah aku darinya dan palingkanlah dia dariku. Takdirkanlah yang terbaik untukku apa pun keadaannya. Sesungguhnya engkau Yang Maha Bisa atas segala sesuatu.” 

 

Selesai membaca doa, kita sebutkan permohonan kita. Doa ini bersumber dari salah satu hadits Nabi yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dari hadits Jabir bin ‘Abdillah. Penulis menambahkan shalawat, salam, dan hamdalah pada akhir dan awal doa sebagaimana anjuran Imam an-Nawawi. (Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumiddin, juz I, halman 206). 

 

Dalam konsep istikharah, jika apa yang hendak kita lakukan baik menurut Allah swt, biasanya Allah akan memudahkan jalannya dan memiliki dampak baik. Sebaliknya, jika hal itu tidak baik menurut Allah, maka Allah akan memberikan kita jalan lain. Misalkan, kita ingin masuk sebuah kampus favorit. Jika menurut Allah baik, maka kita akan dipermudah jalannya. Sebaliknya, jika kampus tersebut tidak baik bagi kita menurut Allah, maka Allah akan menunjukkan kita tempat yang lebih baik. 

 

Petunjuk Setelah Shalat istikharah

 

Konsep tersebut sesuai isi doa yang kita baca sebagaimana dijelaskan di atas. Hal ini juga ditegaskan oleh Syekh Muhammad az-Zabidi berikut: 

 

وإن كان له فيها خيرة سهل الله أسبابها إلى أن تحصل فتكون عاقبتها محمودة، وإن تعذرت الأسباب، ولم يتفق تحصيلها فيعلم أن الله قد اختار تركها فلا يتألم لذلك، وسيحمد عاقبتها تركا كان أو فعلا

 

Artinya, “Jika dalam hal yang ingin kita lakukan dinilai baik menurut Allah, maka Allah akan memudahkan jalan dan memberi akhir yang baik pula. Sebaliknya, jika menurut Allah tidak baik maka kita akan dipersulit melakukannya. Dalam kondisi yang kedua ini hendaknya kita tidak menyesal sebab kita sulit meraihnya, karena pada dasarnya Allah telah memberi ganti yang lebih baik.” (Muhammad az-Zabidi, Ithafus Sadatil Muttaqin, 2016: juz III, halaman 776).

 

Demikianlah shalat istikharah yang bisa kita amalkan. Tentu, karena istikharah sebagai bentuk doa, maka kita juga tidak boleh mengabaikan usaha lahir. Pendek kata, usaha dan doa harus dilakukan secara bersamaan. Berdoa tanpa usaha sama saja bohong, sementara berusaha tanpa doa seolah sombong. Wallahu a’lam. []

 

Ustadz Muhamad Abror, penulis keislaman NU Online, alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Ma'had Aly Saidusshiddiqiyah Jakarta​​​

Tidak ada komentar:

Posting Komentar