Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat Al-Baqarah ayat 28:
كَيْفَ
تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ
ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Kayfa takfurūna billāhi wa kuntum amwātan fa ahyākum tsumma yumītukum tsumma
yuhyīkum tsumma ilaihi turja‘ūna.
Artinya, “Bagaimana kalian dapat mengingkari Allah. Sedangkan kalian sebelumnya
tidak ada, kemudian Allah menghidupkan kalian, lalu Dia mematikan kalian,
selanjutnya Dia menghidupkan kalian kembali, kemudian kepada-Nya kalian
dikembalikan.” (Surat Al-Baqarah ayat 28).
Ragam Tafsir
Tafsir Jalalain menyebutkan, Surat Al-Baqarah ayat 28 ditujukan kepada penduduk musyrik Makkah. “Sedangkan kalian sebelumnya tidak ada), yaitu masih dalam bentuk nuthfah di tulang sulbi. “Kemudian Allah menghidupkan kalian) di dalam rahim dan dunia dengan peniupan roh di dalam dirimu.
“(Lalu Dia mematikan kalian) saat ajal tiba. (Selanjutnya Dia menghidupkan
kalian kembali) dalam kebangkitan. (Kemudian kepada-Nya kalian dikembalikan)
setelah dibangkitkan untuk dibalas semua amal masing-masing orang."
Surat Al-Baqarah ayat 28, kata Tafsir Jalalain, mengandung pertanyaan
ketakjukan atas keingkaran mereka di tengah kejelasan bukti kuasa Allah yang
terang benderang. Tetapi pertanyaan ini dapat bermakna celaan. Surat Al-Baqarah
ayat 28 sekaligus dalil atas kebangkitan yang mereka ingkari.
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya yang terkenal menyebutkan, Surat Al-Baqarah
ayat 28 menunjukkan eksistensi dan kuasa Allah. Dialah Allah yang menciptakan
dan mengatur makhluk-Nya.
Pertanyaannya kemudian, bagaimana orang-orang kafir dapat mengingkari
eksistensi Allah atau menyekutukan-Nya dalam penyembahan? Padahal awalnya
mereka tidak ada, lalu Allah mengeluarkan mereka ke alam wujud sebagaimana
keterangan Surat At-Thur ayat 35-36, Surat Al-Insan ayat 1, dan banyak ayat
serupa.
Imam Sufyan Ats-Tsauri dari sahabat Ibnu Mas’ud RA mengatakan bahwa kandungan
Surat Ghafir ayat 11 terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 28. Ibnu Juraij
dari sahabat Ibnu Abbas RA mengatakan, “Kalian awalnya belum hidup di sulbi
bapak kalian. Kalian bukan apa-apa sampai Allah menciptakan kalian. Kemudian
Dia mematikan kamu dalam arti meninggal dunia. Lalu Dia menghidupkan kalian
kembali saat kalian dibangkitkan. Surat Al-Baqarah ayat 28 mengandung amanah
serupa Surat Ghafir ayat 11, ‘Rabbanā, amattanats nataini, wa ahyaitanats
nataini.’”
Dari Ad-Dhahhak, Ibnu Abbas menafsirkan Surat Ghafir ayat 11, “Kalian dulunya
tanah sebelum diciptakan oleh Allah. Itu artinya kematian. Kemudian Allah
menghidupkan kalian, yaitu menciptakan kalian. Itu artinya kehidupan. Lalu
Allah matikan kalian. Kalian dikembalikan ke alam kubur. Ini berarti kematian
berbeda. Selanjutnya Allah membangkitkan kalian pada hari kiamat. Ini berarti
kehidupan yang berbeda lagi. Ini yang dimaksud dengan dua kematian dan dua
kehidupan sebagaimana Surat Al-Baqarah ayat 28.”
At-Tsauri dari Abu Shalih, kata Ibnu Katsir, mengatakan, Allah menghidupkan
kalian di kubur, lalu mematikan kalian.
Ibnu Jarir dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan, Allah menciptakan
manusia di punggung Nabi Adam AS, kemudian membuat perjanjian keimanan dengan
mereka. Allah selanjutnya mematikan mereka, lalu menghidupkan mereka kembali di
dalam rahim. Berikutnya Dia mematikan mereka, lalu kembali menghidupkan mereka
pada hari kiamat. Surat Al-Baqarah ayat 28 ini memiliki kandungan serupa dengan
Surat Ghafir ayat 11.
Semua pendapat itu, kata Ibnu Katsir, adalah pandangan yang gharib kecuali
pendapat Ibnu Abbas RA, Ibnu Mas’ud RA, dan sekelompok ulama dari kalangan
tabi’in. Surat Al-Baqarah ayat 28 ini memiliki kandungan serupa dengan Surat
Al-Jatsiyah ayat 26. Adapun kondisi sebelum penciptaan disebut kematian karena
keduanya memiliki kesamaan dalam hal disfungsi pancaindra sebagaimana
keterangan Surat An-Nahl ayat 21 dan Yasin ayat 33.
Imam Al-Baghowi dalam Tafsir Ma’alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil menerangkan
ketakjuban pada keingkaran mereka setelah bukti dan argumentasi demikian jelas.
Imam Al-Baidhawi dalam Tafsir Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil juga menyebutkan
keanehan atas kekufuran mereka, keburukan perkataan, dan kerusakan perilaku
mereka di tengah kesadaran mereka atas kondisi mereka sebagai manusia.
Surat Al-Baqarah ayat 28 seolah mengatakan, “Kabarkan kepada-Ku dalam kondisi
apa kalian bisa menjadi ingkar begitu? Betapa ajaibnya kekufuran kalian di
tengah keinsafan atas fase-fase perjalanan hidup kalian?” ayat ini mengingatkan
bahwa Allah yang kuasa menciptakan manusia pada awalnya juga berkuasa untuk
menghidupkan kembali kalian sebagaimana mulanya. Wallahu a‘lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar