KHUTBAH JUMAT
Kemaksuman dan Kemuliaan Para Nabi
Khutbah I
لحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ،
أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (آل عِمْرَان: 102)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala, dengan senantiasa berupaya melakukan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan-Nya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dalam ayat yang kami baca di awal tadi, Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kita untuk bertakwa kepada-Nya. Seorang hamba tidak akan meraih derajat takwa kepada Allah kecuali dengan mengenal Allah dan beriman kepada-Nya, mengenal Rasulullah dan beriman kepadanya serta melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi segenap larangan-Nya. Dan kita tidak dapat mengetahui apa saja yang Allah wajibkan dan apa saja yang Ia larang kecuali dari para utusan Allah, yaitu para nabi. Merekalah orang-orang yang menyampaikan dari Allah subhanahu wata’ala kepada para hamba tentang hal-hal yang membawa manfaat dan kemaslahatan bagi urusan dunia dan agama mereka.
Oleh karena itu, kebutuhan hamba atas para nabi tidak-lah terelakkan. Karena memang tidak ada jalan untuk mengetahui perkara yang baik dan keji, perkara yang benar dan batil serta perkara yang menyelamatkan atau membinasakan di akhirat kecuali melalui para nabi ‘alaihimush shalatu wassalam. Dikarenakan apa yang telah disebutkan adalah misi dan tugas para nabi, maka sudah barang tentu para nabi dijadikan oleh Allah yang Maha Bijaksana sebagai makhluk yang tinggi derajatnya, luhur akhlaknya, dan indah fisiknya. Hal itu agar umat para nabi mau mendengar dan menerima perintah Allah yang mereka sampaikan. Begitu pula agar umat mereka mau mengikuti syari’at, hukum, adab, dan akhlak yang mereka jelaskan. Allah subhanahu wata’ala menjaga mereka dari hal-hal yang membuat orang menyingkir dan tidak menerima dakwah yang mereka sampaikan, seperti cacat fisik atau penyakit yang menjijikkan semisal penyakit belang, kusta dan keluar ulat dari badan. Sedangkan kisah yang diriwayatkan bahwa Nabi Ayyub ‘alaihis salam terjangkit penyakit yang parah sampai-sampai keluar ulat dari tubuhnya dan ulat tersebut memakan tubuhnya, maka kisah itu tidaklah benar dan tidak berdasar. Karena Allah telah mengutusnya untuk menyampaikan ajaran agama-Nya. Sehingga Allah ta’ala tidak akan menimpakan bala’ kepada nabi-Nya dengan sesuatu yang menyebabkan orang menyingkir darinya. Jama’ah Shalat Jum’at rahimakumullah, Demikian pula Allah menjaga para nabi-Nya dari radzalah (perbuatan yang hina dan rendah) dan safahah (tindakan yang tidak sesuai dengan hikmah). Oleh karena itu, tidak ada nabi yang mencuri pandang perempuan yang bukan istrinya dengan syahwat, misalnya. Juga tidak ada nabi yang berbuat tidak pantas dan tidak patut, seperti mudah mencaci maki secara serampangan.
Ada pula kisah tidak benar yang diriwayatkan bahwa suatu ketika Nabi Dawud ‘alaihis salam melihat istri panglima perangnya yang sedang mandi dalam keadaan telanjang bulat. Lalu beliau terpesona dengan kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Kemudian Nabi Dawud mengutus suami perempuan itu ke medan perang dengan harapan ia mati terbunuh. Dan selanjutnya beliau bisa menikahi janda dari panglimanya tersebut. Ini adalah kisah yang juga dusta dan tidak berdasar. Bagaimana mungkin disandarkan kepada Nabi Dawud hal seperti itu, padahal orang rendahan saja tidak akan rela dirinya dibicarakan telah melakukan hal-hal semacam itu. Bagaimana mungkin cerita semacam itu dibenarkan sedangkan nabi adalah manusia pilihan yang telah diutus oleh Allah untuk mengajarkan akhlak yang mulia dan terpuji kepada ummatnya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian juga Allah menjaga nabi-Nya dari dosa-dosa besar seperti minum khamar dan berzina. Dengan demikian, tidaklah benar kisah bahwa Nabi Luth ‘alaihis salam minum khamar dan berzina dengan kedua putrinya. Begitu juga tidak benar cerita bahwa Nabi Yusuf ‘alaihis salam ingin berzina dengan Zulaikhah, istri penguasa Mesir.
Sedangkan firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat Yusuf: 23-24, maknanya bahwa wanita itu-lah yang bertekad ingin berzina dengan Nabi Yusuf. Sedangkan Nabi Yusuf berniat untuk mendorongnya dari depan seandainya ia tidak mendapatkan peringatan dari Tuhannya. Allah memperingatkan bahwa jika ia mendorongnya, maka wanita itu akan mengaku-ngaku bahwa Yusuf-lah yang memaksanya berbuat zina. Setelah mendapatkan peringatan itu, Yusuf mengurungkan niat untuk mendorongnya. Lalu bergegas ke arah pintu untuk keluar dari ruangan. Namun wanita tersebut menarik bajunya dari belakang hingga menyobek pakaian Yusuf. Wanita itu menuduh Yusuf ingin memperkosa dan memaksanya berzina dengan dirinya.
Setelah kejadian itu, Yusuf pun ingin membersihkan dirinya dari tuduhan keji itu. Salah seorang dari keluarga wanita itu bersaksi dan berkata: Lihatlah oleh kalian, jika baju Yusuf koyak dan sobek dari belakang, maka ia telah berkata jujur dan benar, dan wanita itulah yang telah berbohong. Sebaliknya jika baju Yusuf koyak dari depan, maka tuduhan wanita itu benar bahwa Yusuf-lah yang ingin berzina sedangkan wanita itu menolak. Orang-orang yang hadir lalu mengamati dan mereka mendapati baju Yusuf koyak dari belakang sebagaimana Allah subhanahu wata’ala beritakan dalam al Qur’an surat Yusuf ayat 25 s.d 28.
Pada akhirnya, istri penguasa Mesir itu mengaku bahwa dia-lah yang ingin berzina dengan Yusuf, sedangkan Yusuf menolak dengan keras. Allah ta’ala berfirman memberitakan tentang wanita tersebut:
قَالَتِ امْرَأَتُ الْعَزِيزِ الْآنَ حَصْحَصَ الْحَقُّ أَنَا رَاوَدْتُهُ عَنْ نَفْسِهِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الصَّادِقِينَ (سورة يوسف: ٥١)
Maknanya: “Istri Raja Mesir berkata: "Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar.” (QS Yusuf: 51)
Saudara-saudara seiman,
Janganlah dipercaya cerita dan perkataan apapun yang menyifati salah seorang nabi dengan akhlak yang rendah dan tidak terpuji. Para ulama Ahlussunnah wal Jamaah mengajarkan kepada kita bahwa setiap nabi pasti bersifat jujur, amanah dan shiyanah sehingga mustahil bagi mereka berbohong, berkhianat dan melakukan perbuatan rendah atau yang tidak sesuai dengan hikmah. Para nabi juga bersifat dengan fathanah, yakni kecerdasan yang sangat tinggi sehingga mustahil bagi mereka berotak bebal dan lemah pikiran. Para nabi juga pasti bersifat pemberani sehingga mustahil bagi mereka sikap pengecut.
Para nabi seluruhnya adalah orang-orang Muslim dan Mukmin. Tidak ada satu pun di antara mereka yang pernah melakukan kekufuran atau kemusyrikan, baik sebelum maupun setelah menjadi nabi. Juga tidak ada satu pun di antara mereka yang terjatuh pada dosa besar ataupun dosa kecil yang menunjukkan kerendahan jiwa pelakunya, seperti mencuri satu biji anggur.
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at rahimakumullah,
Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Nur Rohmad, Tim Aswaja NU Center PWNU Jatim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar