Di usia ke-62 tahun, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tentu sudah banyak tinta sejarah yang tercatat dari organisasi yang identik dengan warna biru kuning tersebut. Sejak kelahirannya pada 17 April 1960 hingga kini, PMII dan juga para alumninya, ikut mewarnai dinamika perjalanan bangsa ini.
Untuk membuktikannya, kita dapat mencari dokumen serta arsip-arsip yang
berkaitan dengan PMII, baik yang tersebar di media massa maupun yang tersimpan
di Kantor Sekretariat Pengurus Besar (PB) PMII (itu pun bila ada).
Namun, para pembaca tidak perlu khawatir. Untuk melacak jejak sejarah
perkembangan PMII, terdapat beberapa buku yang dapat menjelaskannya. Buku-buku
ini menjadi wujud kesadaran para kader, alumni PMII, serta mungkin para penulis
dari luar lingkup PMII, yang menganggap bahwa sejarah maupun keberadaan
organisasi mesti dicatat, agar kelak dapat dibaca oleh generasi berikutnya.
Nah, terkait buku-buku yang memuat tentang PMII ini, penulis merangkum ada 10
lebih judul buku. Dalam artikel berseri ini, hanya akan dipaparkan buku-buku
yang menurut penulis memiliki pengaruh kuat, baik secara pemikiran maupun
menjadi pondasi penting dalam penulisan buku sejarah PMII hingga masa kini.
1. Almanak Sewindu PMII (PC PMII Ciputat, 1968)
Buku yang diterbitkan oleh PMII Cabang Ciputat dalam rangka sewindu PMII
(1960-1968) ini, memuat beberapa informasi penting di masa tersebut. Antara
lain Peraturan Dasar/Peraturan Rumah Tangga (PD/PRT) PMII, yang bila
dibandingkan dengan PD/PRT di masa kini akan ada beberapa perbedaan.
Semisal soal penamaan struktur tingkat kepengurusan, di masa itu masih
menggunakan nama Pucuk Pimpinan (sebelumnya Pimpinan Pusat) dan Pengurus
Wilayah (PW), yang kini berubah menjadi Pengurus Besar (PB) dan Pengurus
Koordinator Cabang (PKC). Juga penamaan Pimpinan Sektor untuk beberapa titik,
seperti Pimpinan Sektor PMII Cimanggis, Asrama Putra, dan Sawangan.
Kemudian, ditulis pula secara lengkap susunan kepengurusan tiga periode PP PMII
(1960-1963, 1963-1967, dan 1967-1970) yang dipimpin Mahbub Djunaidi dan M
Zamroni. Kemudian kepengurusan PC PMII Ciputat dari masa ke masa, mulai tahun
1960 hingga 1969. Secara urut, mereka yang pernah menjadi Ketua PMII Ciputat,
yakni Imam Yamin, Choliluddin (tiga periode), Chozin, Moh Nadjid Muchtar, dan
Moh Dachlan.
Moch Dachlan dalam penjelasannya sebagai Ketua PC PMII Ciputat masa itu, ikut
memberikan testimoni (salinan dari pidato peringatan sewindu) dalam buku ini.
Selain itu, Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Prof H Soenarjo, Ketum PP PMII
Zamroni, dan Ketua PP PMII Abd Rachman Saleh ikut memberikan pengantar.
Dalam tulisannya, ia mengingatkan akan pentingnya melaksanakan keputusan dan yang
tercantum dalam dokumen historis organisasi, seperti Deklarasi Tawangmangu,
Sepuluh Kesimpulan Ponorogo, Penegasan Jogjakarta, Pernyataan Jogjakarta,
Gelora Megamendung, dan Panca Norma PMII Putri.
“Dokumen historis bukanlah tumpukan kertas2 jang mati. Tetapi harus kita
usahakan pelaksanaannja. Ini adalah tugas kita semua, warga PMII, dan sekarang
adalah masanja bagi kita, untuk memikirkan Kembali bagaimana pelaksanaannja!”
tegas Dachlan.
Sejumlah tokoh PMII dan NU, juga ikut mengisi artikel di buku tersebut. Semisal
Chotibul Umam (judul: Sewindu PMII), Prof H M Toha Jahja Umar (Doktrin Aswaja),
H A Chalid Mawardi (Taktik dan Strategi), Prof KH Saifuddin Zuhri (Piagam
Djakarta dan Fungsinja Essensial), dan lain-lain.
Data lain yang tak kalah penting dalam buku ini, yakni jumlah dan nama-nama
cabang PMII se-Indonesia yang sudah berdiri. Dari sebelumnya, ketika didirikan
di tahun 1960, hanya ada perwakilan dari Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta,
Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Makassar. Kemudian di tahun 1968, PMII sudah
memiliki 17 Pengurus Wilayah (setingkat provinsi) dan 100 lebih Pengurus Cabang
yang tersebar mulai dari Aceh hingga Wilayah Indonesia Timur (Cabang Ambon,
Minahasa, dan Gorontalo). Data ini sekaligus dapat menjadi acuan, manakala hendak
menulis sejarah di tingkat provinsi maupun masing-masing cabang.
Buku Sewindu PMII ini, dalam catatan data yang penulis miliki, sebetulnya
bukanlah yang pertama. Namun, menjadi yang ketiga di era tersebut, setelah buku
Lima Tahun Sejarah Perjalanan PMII (PP PMII, 1965) dan Sejarah Singkat
Berdirinya PMII dan Perkembangannya (1967) yang ditulis oleh Wail Haris
Sugianto, adik dari pendiri PMII Cholid Narbuko dan putra dari Rais PWNU Jateng
KH Zubair.
Terkait akan kekurangan data dalam buku Almanak Sewindu PMII ini, dari pihak
tim penulis buku ini mengakui hal tersebut.
“Hasrat untuk melengkapi almanak ini, jang memuat seluruh kegiatan2 organisasi
selama dua tahun berdjuang adalah sangat besar. Tetapi untuk itu diperlukan
waktu jang tidak sedikit dan pembiajaan jang sangat besar,” tulisnya.
Meski dirasa belum lengkap oleh para penulisnya, dengan dibuatnya buku Almanak
Sewindu PMII ini, ibarat sebuah bangunan, akan menjadi pondasi penting dalam
penulisan buku sejarah PMII di masa berikutnya.
[]
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar