SATU ABAD
MUHAMMADIYAH
“Tetaplah Menjadi
Pelopor Gerakan Pencerahan”
Minggu, 18 November
2012 , 09:32:00 WIB
Oleh: Adhie M.
Massardi
HARI-hari ini bangsa
Indonesia jauh lebih membutuhkan Muhammadiyah ketimbang pada 18 November 1912,
saat KH Ahmad Dahlan mendeklarasikan perkumpulan organisasi sosial
(non-politik) yang bergerak di bidang sosial, pendidikan.
Sebab pada masa itu,
meskipun masyarakat kita masih bodoh karena berada dalam kungkungan penjajah
(Belanda), tapi moralitas tokoh-tokoh masyarakatnya masih terjaga. Kalangan
ulama dan para intelektualnya, masih menghormati tata nilai.
Oleh sebab itu,
meskipun mengalami resistensi, tapi gerakan pencerahan berbasis nilai-nilai
Islam yang dipelopori KH Ahmad Dahlan relatif berjalan sangat mengesankan.
Bahkan para calon pamongpraja yang hendak mengabdi kepada penjajah Belanda
sebagai pejabat negara, menyimak dengan seksama, sehingga kelak di kemudian
hari mereka juga menjadi kader-kader penggerak dalam mencerahkan bangsanya.
Tapi sekarang, tata
nilai dan moralitas di kalangan tokoh masyarakat, juga para intelektualnya,
sudah mulai merapuh. Sedang para pejabat negara nyaris di semua tingkatan sibuk
memperkaya diri. Korupsi bersimaharajalela. Para koruptor beraksi secara
rpofan. Terbuka dan tanpa rasa malu.
Bangsa Indonesia
sekarang ini memang sangat membutuhkan organisasi gerakan pencerahan (moral)
seperti Muhammadiyah yang digagas KH Ahmad Dahlan.
Kepeloporan
Muhammadiyah untuk melakukan uji materi UU 22/2001 ke Mahkamah Konsttusi, dan
berhasil, memang baru merupakan “langkah kecil” dalam mengembalikan
nasionalisme dan harga diri bangsa yang nyaris sirna. Tapi seperti kata pepatah
Cina, perjalanan 5000 li harus senantiasa dimulai dari langkah pertama, dari
langkah kecil.
Muhammadiyah memang
perlu terus memelopori langkah-langkah lanjutan guna mengembalikan kedaulatan
bangsa dan negara, yang di banyak sektor kian tergerus.
Dalam kondisi
kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara yang sudah karut-marut seperti
ini, memang tidak cukup lagi gerakan yang hanya terbatas di sektor pendidikan.
Harus ada kepeloporan dalam gerakan yang nyata, karena parta-partai politik,
yang seharusnya memperjuangkan kesejahteraan umum, memilih berjuang untuk dan
atas nama mereka sendiri.
Gerakan perlawanan
terhadap korupsi seperti GIB (Gerakan Indonesia Bersih), adalah buah dari
kerpihatinan tokoh-tokoh lintas agama dan kalangan civil society terhadap
kejahatan korupsi yang digagas di Kantor Pusat Dakwah Muhammadiyah pada akhir
2009.
Maka dalam memasuki
usia satu abad sekarang ini, Muhammadiyah harus merevitalisasi diri dan
menambah irama perjuangannya.
Maka agar tetap
menjadi pelopor gerakan pencerahan, Muhammadiyah bukan hanya memberi pencerahan
lewat pendidikan semata, tapi juga memelopori gerakan civil society di negeri
ini.
Selamat Milad satu
abad. Dirgahayu Muhammadiyah![***]
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar