Hari ini tampaknya Dai Sejuta Umat belum tergantikan. Kiai Zainuddin MZ belum pernah terlibat kasus konflik dengan pihak tertentu karena ceramahnya yang tidak toleran misalnya. (Foto: dok NU Online) Hari ini tampaknya Dai Sejuta Umat belum tergantikan. Kiai Zainuddin MZ belum pernah terlibat kasus konflik dengan pihak tertentu karena ceramahnya yang tidak toleran misalnya.
Tak terasa 10 tahun KH Zainuddin MZ berpulang. Dai Sejuta Umat yang terkenal dengan sapaan jamaahnya, “Betul apa betul?” "...dong" itu meninggal dunia pada Selasa pagi, 5 Juli 2011. Kepulangannya menyisakan duka yang panjang bagi masyarakat Indonesia. Hingga kini banyak orang termasuk non-Muslim masih merindukan ceramahnya.
***
Semua orang tentu kenal siapa kiai yang sering diberi gelar 'Dai Sejuta Umat'. Kita masih ingat tentu dengan pesannya yang sering diulang, "Ke mana saja, iman harus ngikut. Kalau mau keluar, iman jangan ditinggal di laci. Jangan di masjid kalem, di pasar curang dan di kantor nyolong." Ia tidak lain KH Zainuddin MZ, anak Betawi asal kampung Gandaria, Jakarta Selatan yang lahir di Jakarta pada 2 Maret 1952. Profesinya sebagai pendakwah tidak diragukan. Ia seperti satu-satunya dai di Indonesia. Rekaman ceramahnya di kaset-kaset analog sejak 1984 dengan beragam tema dimuat kembali di Youtube hari ini.
Dakwahnya merekatkan masyarakat Indonesia yang beragam. Ia selalu menanamkan
wawasan kebangsaan secara halus di tengah masyarakat. Tentu berbeda dengan
wawasan kebangsaan dan nilai-nilai Pancasila dalam dakwah hari ini yang kita
dengar dengan vulgar seperti indoktrinasi.
Kiai Zainuddin MZ merupakan anugerah Allah khusus untuk bangsa Indonesia. Sosok
Kiai Zainuddin MZ merupakan gabungan empat tokoh besar dalam sejarah bangsa
Indonesia. Pendengar ceramahnya dapat menemukan pengaruh Ir Sukarno, Prof
Hamka, DR KH Idham Chalid, dan KH Syukron Makmun. Tetapi dalam dirinya juga
terdapat Mahbub Djunaidi, kolomnis terkenal dan penuh humor, yang tampak dari
idiom-idiomnya.
Karakter dakwahnya menjadi model dai dewasa bahkan hingga dai-dai cilik yang
belakangan kerap muncul di panggung televisi. Pembawaannya tenang. Intonasi
diatur sedemikian rupa. Posisi berdirinya pas. Humor yang merupakan bumbu
keseharian orang Betawi menjadi modal utamanya dalam berdakwah. Humornya tidak
berlebihan, tetapi juga tidak kurang. Gampangnya, Kiai Zainuddin MZ pandai
mengolah forum.
Berbekal humor, Kiai Zainuddin MZ dalam ceramahnya melancarkan kritik telak
kepada pejabat Orde Baru yang hadir di tengah ribuan hadirin. Melalui kritik
yang dikemas dalam humor, ia bisa menyampaikan kritik tanpa membuat penguasa
otoriter saat itu merasa tersinggung.
Isi ceramahnya terbilang mendidik. Pilihan isunya beragam. Dalam ceramahnya, ia
selalu menganjurkan persatuan dan keindonesiaan. Dakwahnya tidak pernah
menyinggung SARA dan juga fisik orang lain. Ia sangat menghargai keragaman
Indonesia. Tidak jarang ia menyinggung kebijakan pemerintah Orba yang dinilai
merugikan kepentingan umum.
***
Awalnya Zainuddin MZ mengaji kepada guru di kampungnya. Lepas sekolah ibtida’iyah, ia lalu melanjutkan sekolah di Tsanawiyah dan Aliyah perguruan Darul Ma’arif asuhan Ketum PBNU DR KH Idham Chalid di Cipete, Jakarta Selatan.
Sejak kecil memang bakat berceramahnya sudah tampak. Zainuddin MZ dikenal oleh
teman sekolahnya sebagai tukang bercerita seperti Zahid tukang hikayat yang
terkenal pada zamannya di Jakarta. “Kalau guru sedang tidak ada, teman-temannya
meminta Zainuddin menduduki tempat guru untuk bercerita.” Kepandaiannya
bercerita inilah yang mengantarkan Kiai Zainuddin MZ menjadi dai kondang level
nasional bahkan di negara tetangga.
Bakatnya ini kemudian bertemu dengan ketekunannya membaca dan kemampuannya
mengambil inti sari bacaan. Pendidikannya selama di Darul Ma’arif dengan
bimbingan KH Idham Chalid ini menambah wawasannya. Faktor ini pula yang membuat
konten dakwahnya mencakup dimensi politik, ekonomi, sosial, agama, budaya, dan
juga aspek ke-Indonesiaan. Bisa dibilang, ceramahnya sangat khas NU.
Kiai Zainuddin MZ awalnya berceramah dari satu ke lain masjid. Karena cocok di
hati banyak orang, ia kemudian menjadi buah bibir. Ia mendapat tawaran label
untuk merekam ceramah-ceramahnya. Kaset ceramahnya kemudian diproduksi secara
massal dan disebarluaskan ke seluruh Indonesia. Rekaman mulai banjir di pasaran
di akhir 1980-an.
***
Kiai Zainuddin MZ yang juga merupakan penasihat Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama di akhir 1970 hingga akhir 1980 menjadi ujung tombak pendulang suara di setiap kampanye Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Ia memiliki satu warna dengan gurunya KH Idham Chalid yang ketika itu merupakan deklarator PPP. Hal ini bisa dilihat dari latar belakang KH Zainuddin MZ sebagai Nahdliyin seperti lazimnya masyarakat Betawi.
Tidak puas dengan gerakan PPP, awal 2002 ia bersama kawan seperjuangan
mendeklarasikan PPP Reformasi yang kemudian mengubah nama menjadi Partai
Bintang Reformasi pada muktamar partai di Jakarta 2003. Aktivitasnya di
politik, sempat menenggelamkan dirinya dalam bidang dakwah. Pada 2006, ia
melepaskan jabatannya sebagai pemimpin PBR. Ia kemudian kembali bergerak di
bidang dakwah. Ia kembali ke tengah masyarakat dan mengobati kerinduan jamaah
selama ini.
Sejak itu Kiai Zainuddin MZ kerap tampil lagi di televisi sebagai penceramah
hingga wafatnya. Di samping aktivitas dakwah, Kiai Zainuddin MZ tetap menuntut
ilmu kepada KH M Syafi’i Hadzami, salah seorang Rais Syuriyah PBNU di era Gus
Dur. KH M Syafi’i Hadzami yang juga berkediaman di kawasan Gandaria Jakarta
Selatan selalu memantau dakwah muridnya. Kalau dirasa kurang tepat, KH M
Syafi’i Hadzami akan memanggil Kiai Zainuddin MZ ke rumahnya untuk diberi
sejumlah masukan atau verifikasi atas suatu masalah keagamaan.
Kiai Zainuddin wafat di Jakarta pada Selasa 5 Juli 2011. Dai sejuta umat
ini wafat setelah dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta.
Kiai Zainuddin dipanggil Allah pada jam 10.15 WIB setelah masuk rumah sakit
sejak kemarin. Awalnya ia sempat tidak sadar sebelum dibawa ke rumah sakit.
Kepergiannya menyisakan duka mendalam bagi masyarakat Indonesia pada umumnya.
Hari ini tampaknya Dai Sejuta Umat belum tergantikan. Kiai Zainuddin MZ belum
pernah terlibat kasus konflik dengan pihak tertentu karena ceramahnya yang
tidak toleran misalnya.
Meski sebagian orang hari ini menunjuk sejumlah penceramah karena followers-nya
dan penggemarnya banyak di Youtube, Kiai Zainuddin belum tergantikan karena
kedisiplinannya dalam menjaga etika dakwah, bukan sekadar taburan humor yang
menyenangkan pendengar. []
Alhafiz Kurniawan, Ketua Masjid Dakwatul Islamiyah, Kelurahan Pondok Pinang,
Kecamatan Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar