Selasa, 20 Oktober 2020

Nasaruddin Umar: Al-Ta'lim al-Muta'allim (25) Kecerdasan Ke Tiga

Al-Ta'lim al-Muta'allim (25)

Kecerdasan Ke Tiga

Oleh: Nasaruddin Umar

 

Anggapan manusia sebagai homo sapiens (spesies yang berfikir) ternyata dianggap oleh para pakar keliru. Visi baru ilmuan menemukan bukti porsi intelektualitas manusia hanya merupakan bagian terkecil dari totalitas kecerdasan manusia. Kalangan ilmuan menemukan tiga bentuk kecerdasan dalam diri manusia, seperti disosialisasikan oleh Danah Zohar dan Ian Marshal, bahwa selain kecerdasan intelektual (Intellectual Quotient/IQ), kecerdasan emosional (Emotional Quotient EQ), masih ada kecerdasan ketiga yang disebutnya dengan Spiritual Intelligence (SI). Di Indonesia dipopulerkan oleh Ary Ginanjar dengan istilah Spiritual Quotient (SQ). IQ kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas akal yang berpusat di otak, EQ kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas emosional yang berpusat di dalam jiwa, dan SQ kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas rohani yang berpusat di dalam roh.

 

Kita bisa meragukan atau memperdebatkan ketiga kategori ini tetapi untuk sementara di dalam tulisan ini akan dibahas SQ yang merupakan kecerdasan krtiga manusia. Ketiga aktifitas kreatif di atas juga mengingatkan kita kepada tiga konsep struktur kepribadian Sigmund Freud (1856-1939), yaitu id, ego, dan superego. Id adalah pembawaan sifat-sifat fisik-biologis seseorang sejak lahir. Id ini menjadi inspirator kedua struktur berikutnya. Ego, bekerja dalam lingkup rasional dan berupaya menjinakkan keinginan agresif dari Id. Ego berusaha mengatur hubungan antara keinginan subjektif individual dan tuntutan objektif realitas sosial. Ego membantu seseorang keluar dari berbagai problem subyektif individual dan memelihara agar bertahan hidup (survival) dalam dunia realitas. Superego berfungsi sebagai aspek moral dalam kepribadian, berupaya mewujudkan kesempurnaan hidup, lebih dari sekedar mencari kesenangan dan kepuasan. Superego juga selalu mengingatkan dan mengontrol Ego untuk senantiasa menjalankan fungsi kontrolnya terhadap id.

 

Meskipun tidak identik, IQ dapat dihubungkan dengan Id, Ego dapat dihubungkan dengan EQ, dan Superego dapat dihubungkan dengan SI. Pemilik IQ tinggi bukan jaminan untuk meraih kesuksesan. Seringkali ditemukan pemilik IQ tinggi tetapi gagal meraih sukses; sementara pemilik IQ pas-pasan meraih sukses luar biasa karena didukung oleh SI. Mekanisme SI tidak berdiri sendiri di dalam memberikan kontribusinya ke dalam diri manusia tetapi intensitas dan efektifitasnya sangat dipengaruhi oleh unsur kecerdasan ketiga (SI).


SI sulit sekali diperoleh tanpa kehadiran EQ, dan EQ tidak dapat diperoleh tanpa IQ. Sinergi ketiga kecerdasan ini biasanya disebut multiple intelligences yang bertujuan untuk melahirkan pribadi utuh (al-insan al-kamil). Untuk penyiapan sumber daya manusia (SDM) di masa depan, internalisasi ketiga bentuk kecerdasan ini tidak dapat ditawar lagi. Terutama di negeri kita yang generasi barunya sedang dilanda krisis karakter dan pembentukan jati diri. Kiranya kurikulum 2013 yang sedang disosialisasikan saat ini sudah mengakomodir pemikiran ini.


Di dalam Al-Qur'an, ketiga bentuk kecerdasan ini tidak dijelaskan secara terperinci. Namun, masih perlu dikaji lebih mendalam beberapa kata kunci yang berhubungan dengan ketiga pusat kecerdasan yang dihubungkan dengan ketiga substansi manusia, yaitu unsur jasad yang membutuhkan IQ, unsur nafsani yang membutuhkan EQ, dan unsur roh yang membutuhkan SI. Substansi manusia dalam Al-Qur'an mempunyai tiga unsur, yaitu unsur jasmani, unsur nafsani, dan unsur rohani. Keterangan seperti ini dapat difahami di dalam beberapa ayat, antara lain Q.S. al-Mu'min­n/23:12-14. Kata khalqan akhar dalam ayat ini dapat diasosiasikan dengan kecerdasan ketiga atau unsur Lahut menurut perspektif tasawuf. []

 

DETIK, 14 Juli 2020

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar