Kontemplasi Ramadhan (12)
Bersahabat dengan Musibah
Oleh: Nasaruddin Umar
Penderitaan adalah salah satu ujian kenaikan kelas. Tanpa ujian biasanya tidak ada kenaikan kelas. Hanya saja masih jarang orang menyadari bahwa musibah dan penderitaan adalah ujian kenaikan kelas. Jika kita merenung dan berkontemplasi sejenak, maka memang benar bahwa di balik setiap musibah dan penderitaan selalu ada rahasia Tuhan yang sulit ditebak.
Suatu saat Nabi Yusuf berdoa: "Rab al-sijn ahbbu ilaiyya" (Ya Allah penjara aku lebih sukai) (Q.S. Yusuf/12:33). Ini diungkapkan ketika ia dipaksa oleh raja melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya. Ia memilih hidup menderita di ruang gelap dan sempitnya penjara ketimbang gemerlapnya istana yang ditawarkan kepadanya. Ternyata bukan hanya Nabi Yusuf, sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia memiliki daftar panjang nama-nama yang rela menderita demi untuk meraih kemerdekaan untuk anak-cucunya. Mungkin kita pun pernah mengalami dalam kadar tertentu. Ini membuktikan bahwa ternyata penderitaan tidak selamanya menyakitkan tetapi kadang dirasa lebih asyik, karena boleh jadi merasa sedang bersama dengan Tuhan. Banyak orang yang bukan Nabi juga lebih memilih penderitaan secara fisik demi ketenangan batinnya, ketimbang bahagia secara fisik tetapi menderita secara batin.
Musibah, bala, kekecewaan, dan ketidaknyamanan bisa
diubah menjadi sebuah kenyamanan, jika suasana batin aktif di dalam hati
seseorang. Musibah dan penderitaan yang seharusnya menjadi sesuatu yang
merepotkan, mengecewakan, menyakitkan, dan memalukan tetapi ada orang yang
berhasil menjadikannya sebagai suatu kenikmatan. Penyakit yang mendera Nabi
Ayyub sekujur badannya dikerumuni belatung membuatnya ia dibuang di sebuah gua
di pegunungan di luar perkampungan, ia tiba-tiba mengatakan kepada para
belatung di sekujur tubuhnya, kalian dulu makhluk yang paling aku benci, di
mana-mana saya mencari tatbib untuk memusnahkanmu tetapi kalian tetap betah di
tubuhku. Sekarang kalian bersenang-senanglah, karena ternyata kalian adalah
sahabat setiaku. Satu-satunya yang bisa menemaniku di kegelapan gua ini hanya
kalian. Ayub tidak lagi merasa sakit dari gigiran belatung-belatung itu.
Penderitaan, rasa sakit, kecewa, malu, menderita, dan
tertekan hanyalah masalah psikologis. Musibah bisa diajak berkompromi. Musibah
bisa dijadikan batu loncatan untuk naik lebih tinggi dari tempat semula. Banyak
contoh dalam kehidupan kita musibah dijadikan sebagai hikmah untuk lebih maju,
kreatif, dan berhasil. Jangan memusuhi musibah karena pasti terasa lebih sakit.
Jangan memusuhi penyakit karena pasti penyakit itu lebih terasa mendera.
Nikmati penderitaan itu, niscara kadar rasa sakitnya akan berkurang secara
signifikan. Demikian pendapat para ahli anastesia.
Penderitaan atau musibah sesunggunya adalah
"surat cinta Tuhan". Tuhan merindukan hamba-Nya tetapi undangannya
berupa kenikmatan dan kemewahan tidak digubris, maka Tuhan mengubah surat
undangannya dalam bentuk musibah. Musibah adalah ujian keburukan (balaun
sayyiah) tetapi mengangkat martabat kemanusiaan. Ada juga ujian kebaikan
(balaun hasanah) tetapi lebih sulit untuk dilulusi hamba-Nya, sehingga lebih
banyak orang gugur dari ujian kemewahan daripada ujian musibah.
Jika orang ditimpa musibah maka yang paling pertama
dipanggil biasanya Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Akan tetapi jika orang diuji
dengan kemewahan atau pangkat, dan jabatan, yang paling sering dihubungi, di
SMS adalah makhluk Tuhan, berupa orang yang disayanginya. Tidak jarang di
antara mereka adalah bukan muhrimnya dan sering terjadi dosa dan maksiyat
karenanya. Dengan demikian, musibah dan penderitaan tidak selamanya negatif.
Ingat pesan nabi: "Jika Tuhan menyayangi hambanya maka siksaannya
didatangkan lebih awal di dunia supaya di akhirat nanti lunas. Jika Tuhan tidak
menyukai hambanya Dia menunda siksaan-Nya di akhirat yang amat pedih".
Hadis lain dikatakan: "Orang yang menjalani sakit demam sehari maka akan
dihapuskan dosanya setahun". Subhanallah. []
DETIK, 05 Mei 2020
Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar