Senin, 29 Agustus 2022

(Ngaji of the Day) Tanya Bu, Apakah Memang Semua Agama Itu Benar?

Di dunia ini terdapat berbagai macam ajaran agama. Kita dapat menilai berbagai macam ajaran agama tersebut. Kita juga dipersilakan untuk memilih salah satunya sesuai pertimbangan pikiran kita mana yang terbaik dan paling maslahat untuk kita.


“Jika ada yang menghidangkan kepadamu bermacam-macam minuman, katakanlah teh, kopis, susu, cokelat, perasan jeruk, atau apa saja, dan mempersilakan kamu memilih salah satunya, maka tentu yang kamu pilih adalah yang terbaik menurut pendapatmu. Bisa jadi ada yang memilih susu, yang lain lagi memilih perasan jeruk, masing-masing menganggap pilihannya yang terbaik. Demikian juga dengan pilihan menyangkut agama,” (Quraish Shihab, Menjawab Pertanyaan Anak tentang Islam, [Tangsel, Lentera Hati: 2014 M], halaman 162-163).

 

Mereka yang memilih agama Islam tentu meyakini bahwa agama Islam lebih bagi dari agama lain seperti Yahudi, Kristen, Hindu, Buddha, atau Konghucu (dan keyakinan lainnya). Sedangkan mereka yang memeluk agama Yahudi pasti merasa bahwa ajaran Yahudi lebih baik dari ajaran agama lainnya. Hal yang sama juga dirasakan oleh pemeluk agama selain Islam dan Yahudi. Mereka meyakini pilihannya sebagai agama terbaik.


Umat Islam sendiri sangat yakin dengan agama pilihannya. Umat Islam akan mengatakan, Islam adalah agama terbaik. Umat Islam akan merujuk pandangannya pada Surat Ali Imran ayat 19.


اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ


Artinya, “Sungguh, agama di sisi Allah ialah Islam,” (Surat Al-Maidah ayat 19).

 

Umat lain juga demikian. Mereka berpandangan bahwa agama mereka yang terbaik tentu dengan berbagai dalil dan argumentasi yang diajukan.


Jadi kita tidak perlu terkejut atas perbedaan pilihan agama umat manusia di dunia ini. Kita hanya butuh hidup rukun dan saling menghargai pilihan keyakinan orang lain agar tidak terjadi pertengkaran satu sama lain hanya karena perbedaan pilihan keyakinan.

 

Yang dibutuhkan selain itu adalah kepatuhan pada kaidah toleransi sehingga kita tidak terjerumus pada penghinaan atas agama atau keyakinan orang lain. Misalnya, kita tidak perlu mengukur baik dan buruk ajaran agama lain dari kacamata agama kita karena memang memiliki pijakan berbeda.


“Jadi kita tidak perlu bertengkar atau mencaci keyakinan atau agama lain sebagaimana selera kita yang berbeda dalam memilih teh, kopi, perasan jeruk, air jahe, susu, cokelat, atau air putih dingin. Kita cukup hidup berdampingan dan kerja sama dalam urusan sosial tanpa perlu merendahkan selera minuman orang lain,” kata seorang ibu kepada anaknya yang bertanya soal pilihan agama.

 

“Coba perhatikan Surat Al-An’am ayat 108 yang melarang kita untuk merendahkan tuhan agama lain karena kita juga tidak suka umat agama lain merendahkan Tuhan kita.” []

 

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar