Ketika anak bertanya, “Kufur itu apa sih Bu?” Kita dapat menjawabnya secara sederhana bahwa kufur adalah pengingkaran atau penolakan baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan terhadap sebuah kebenaran atau kenyataan. Sedangkan kafir adalah orang yang ingkar atau orang yang berbuat kufur. Kafir adalah orang yang tidak percaya atau tidak beriman.
Sebaliknya, keimanan adalah penerimaan atau kepercayaan atas adanya sesuatu.
Misalnya, “Kalau seseorang berkata kepadamu, ‘Dalam sakuku ada uang
sebanyak–katakanlah–sepuluh ribu rupiah,’ dan hatimu membenarkan apa yang
diucapkannya itu, maka itu berarti kamu percaya/beriman tentang adanya sepuluh
ribu dalam sakunya itu.’” (Quraish Shihab, Menjawab Pertanyaan Anak tentang
Islam, [Tangsel, Lentera Hati: 2014 M], halaman 13).
Demikian pengertian dan contoh sederhana dari kata kufur/kafir. Kufur/kafir itu sederhananya adalah ingkar atau tidak percaya. Tentu saja pengertian ini sangat sederhana. Nah secara agama, kufur/kafir memiliki istilah sendiri yang berkaitan dengan keagamaan.
“Kufur biasa digunakan untuk kegiatan seseorang yang tidak percaya kepada Allah
dan Nabi Muhammad saw. Tetapi ini adalah pengertian terbatas. Al-Quran
menggunakan kata kufur/kafir untuk semua kegiatan yang bertentangan tujuan
agama.” (Quraish Shihab, 2014 M: 166).
Pengingkaran atau kufur kepada Allah swt dan Nabi Muhammad saw disinggung dalam
Al-Qur’an, salah satunya Surat Al-Baqarah ayat 6-7 dan ayat 89. Kedua ayat ini
menjelaskan pengingkaran orang kafir meski telah diperingatkan.
Kata kufur atau kafir juga dapat dikenakan terhadap orang yang tidak tahu berterima kasih. Istilah ini dapat disebut kufur/kafir nikmat. Kufur/kafir nikmat ini juga terancam siksa yang besar dari Allah sebagaimana kandungan Surat Ibrahim ayat 7 dan Surat Luqman ayat 12.
Misalnya, seseorang yang diberi nikmat oleh Allah, tetapi tidak mensyukurinya,
yakni tidak menggunakan nikmat itu secara baik, maka dia dinamai kufur nikmat.
Siapa yang memiliki sesuatu yang berlebih dari kebutuhannya, kemudian ada yang
meminta sebagian dari apa yang dimilikinya, tetapi dia menolak, maka sikapnya
itu dinamai kufur nikmat. (Quraish Shihab, 2014 M: 166-167).
“Kalau ada seseorang misalnya mengambilkan mainanmu yang terjatuh saat kamu sedang berjalan, tentu kamu akan mengucapkan terima kasih bukan? Demikian juga kamu akan berterima kasih kepada orang tua atau orang lain yang memberikan hadiah kepadamu.”
Jadi kufur/kafir itu dapat berkaitan dengan keimanan atau kepercayaan kepada
Allah. Kufur dan kafir juga berkaitan dengan pengingkaran nikmat dan tidak tahu
berterima kasih atas kebaikan Allah atau kebaikan orang lain. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar