“Bergembiralah wahai Ummul Ala, sebab Allah akan menghapus dosa-dosa seorang Muslim dengan sakit, seperti api yang menghapus kotoran emas dan perak,” kata Nabi Muhammad ketika mengunjungi Ummul Ala yang sedang sakit.
Nabi Muhammad memiliki perhatian yang besar manakala ada salah satu sahabatnya
yang jatuh sakit. Berbagai macam hal dilakukan Nabi Muhammad untuk meringankan
beban penderitaan sahabatnya yang sakit, mulai dari menjenguk hingga
menghiburnya. Berikut sikap Nabi Muhammad ketika mengetahui sahabatnya sakit.
Pertama, menjenguk. Nabi Muhammad selalu meluangkan waktunya untuk menjenguk
sahabatnya yang sedang sakit. Meski tengah sibuk sekali pun, jika mendengar
kabar salah seorang sahabatnya sakit, maka Nabi Muhammad langsung menjenguknya.
Apa yang dilakukan Nabi Muhammad itu bukan lah sebuah beban atau keterpaksaan,
namun sebuah hak yang harus ditunaikan seorang Muslim. Dalam satu hadits, Nabi
Muhammad pernah bersabda bahwa hak Muslim atas Muslim lainnya itu ada lima, di
antaranya adalah menjenguk orang sakit.
Selain itu, tujuan Nabi Muhammad mendatangi orang sakit adalah untuk
membahagiakan orang tersebut dan keluarganya. Bagaimana tidak, seorang sahabat
akan sangat senang manakala dikunjungi Nabi Muhammad di rumahnya. Bagi seorang
sahabat, kedatangan Nabi Muhammad adalah sebuah berkah tersendiri.
Kedua, memberikan kabar gembira. Ketika melawat orang sakit, Nabi Muhammad juga
menyampaikan kabar gembira kepada yang bersangkutan. Kata Nabi, orang sakit
akan mendapatkan pahala atas penyakit yang menimpanya dan dosa-dosanya akan
dihapus dengan sakitnya. Hal ini pernah diutarakan Nabi Muhammad ketika
mengunjungi Ummul Ala atau Ummu Kharijah binti Zaid bin Tsabit.
Ketiga, mendoakan. Ketika menjenguk orang sakit, Nabi Muhammad selalu berdoa
agar Allah memberikan kesembuhan dan mengangkat penyakitnya. Terkadang Nabi
Muhammad juga menyertakan doa pengampunan dosa dan perlindungan agama mereka
yang sedang sakit.
Ada banyak doa yang disampaikan Nabi Muhammad untuk sahabatnya yang sakit. Di
antaranya adalah doa Nabi Muhammad ketika menjenguk sahabat Salman al-Farisi
berikut: “Semoga Allah menyembuhkanmu, mengampuni dosamu, dan mengafiatkanmu
dalam hal agama serta fisikmu sepanjang usia.”
Keempat, meringankan beban. Nabi Muhammad sadar bahwa orang sakit itu payah.
Oleh karenanya, beliau memberikan keringanan kepada orang sakit. Misalnya,
beliau meminta sahabat perempuan Rufaidah untuk mengobati Sa’ad bin Muadz yang
terkena anak panah pada saat Perang Khandaq. Rufaidah adalah seorang yang
memiliki kemampuan untuk menanangi orang yang sakit.
Sebaliknya, Nabi Muhammad ‘marah’ ketika ada seseorang yang memperketat sebuah
hukum terhadap mereka yang tengah sakit. Terkait hal ini, ada sebuah cerita
dari Jabir bin Abdullah. Diriwayatkan bahwa suatu ketika Nabi dan teman-temannya
berada dalam satu perjalanan. Di tengah jalan, ada satu di antara mereka yang
kepalanya terkena batu.
Singkat cerita, orang yang kepalanya terkena batu tersebut mimpi basah. Dia
bertanya kepada teman-temannya yang lain, apakah ada keringanan baginya untuk
bertayamum, sebagai pengganti mandi besar. Teman-temannya menjawab bahwa tidak
ada keringanan baginya. Orang tersebut kemudian mandi dan kemudian meninggal
dunia.
Mendengar hal itu, Nabi Muhammad ‘marah.’ Kata Nabi, orang-orang yang menjawab
‘tidak ada keringanan’ tersebut seharusnya bertanya manakala tidak tahu. Jangan
menjawab sesuatu yang mereka tidak tahu sehingga menyebabkan konsekuensi yang
fatal, hingga nyawa temannya sendiri melayang.
“Cukup lah bagi orang itu untuk bertayamum dan menaruh perban pada lukanya
kemudian membasuh di atasnya, dan mencuci seluruh badannya,” kata Nabi Muhammad
dalam Nabi Sang Penyanyang (Raghib As-Sirjani, 2014).
Kelima, mengobati. Nabi Muhammad dan Abu Bakar bersembunyi di Gua Tsur ketika
kafir Quraisy memburu mereka, dalam perjalanan hijrah ke Yatsrib. Karena
kelelahan akhirnya Nabi Muhammad terlelap dalam tidur. Sementara Abu Bakar
memaksakan matanya agar tetap terjaga. Dia tidak ingin sesuatu yang buruk
terjadi pada Nabi. Hingga ia melihat sebuah lubang ular di dekat kakinya.
Karena khawatir ular tersebut keluar sewaktu-sewaktu dan menggigit Nabi, maka
Abu Bakar menutup lubang tersebut dengan telapak kakinya. Benar saja, ular
tersebut menggingit kaki Abu Bakar hingga membuatnya menangis karena menahan rasa
sakit. Nabi Muhammad terbangun setelah terkenan tetesan air mata sahabatnya
itu.
Usai menceritakan semuanya, kaki Abu Abu bakar yang digigit ular tersebut
diusap Nabi Muhammad dengan tangannya yang lembut. Seketika itu juga, Abu Bakar
tidak merasakan rasa sakit lagi, akibat gigitan ular. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar