KHUTBAH ARAFAH
Haji Akbar dan Moderasi Beragama dari Tanah yang Mulia
Khutbah I
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ
وَالْإِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ
الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ
اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا
وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ
وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاضُيُوْفَ الرَّحْمَن أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. اِتَّقُوْ الله,
وَاعْمَلُوا الصَّالِحَات وَاجْتَنِبُوا الْمُنْكَرَات وَاذْكُرُوا اللهَ فِي
اَيَّامٍ مَعْلُوْمَت وَاشْكُرُوْا وَاَكثِرُوا التَّلْبِيَّة : لَبَّيْكَ
اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ
وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى:
وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ
Hadirin dhuyûfurrahmân yang dimuliakan Allah swt
Alhamdulillah... wal hamdulillah... tsummal hamdulillah.. kita yang berada
tanah suci saat ini adalah insan khusus yang ditakdirkan dan dipilih oleh Allah
swt dari jutaan umat Islam di dunia untuk dapat melaksanakan ibadah wukuf di
padang Arafah. Kita perlu menyadari dengan se-sadar-sadarnya, bahwa tidak semua
manusia bisa memiliki kesempatan seperti kita saat ini. Diberi umur panjang dan
kesehatan sehingga dapat melaksanakan rukun haji berupa wukuf di Arafah yang
merupakan puncak ibadah haji di tanah suci. Terlebih saat ini kita diberi
kesempatan oleh Allah swt untuk menjadi bagian dari sejarah yang jarang terjadi
yakni haji Akbar, di mana ibadah wukuf kita laksanakan di hari mulia, hari
Jumat.
Ini merupakan bagian nikmat dari nikmat-nikmat Allah lainnya yang tidak bisa
kita hitung satu persatu. Allah berfirman:
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ
لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: “Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu
menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS An-Nahl: 18).
Oleh karenanya, tiada ungkapan yang pantas kita ucapkan pada kesempatan yang
mulia ini selain kalimat Alhamdulillahirabbil alamin. Mudah-mudahan wukuf dan
ibadah-ibadah kita lainnya di tanah suci ini diterima oleh Allah swt.
Kemudian untuk menyempurnakan momentum mulia ini, mari kita juga menyampaikan
shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw, sosok manusia paling sempurna yang
jangankan kita manusia biasa, Allah dan para malaikatNya pun bershalawat kepada
beliau. Beliau adalah sosok penyantun dan penyayang yang membawa risalah Allah
swt dan menuntun manusia kepada jalan kebenaran yang hakiki. Allah swt
berfirman:
لَـقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُوۡلٌ مِّنۡ اَنۡفُسِكُمۡ عَزِيۡزٌ عَلَيۡهِ
مَا عَنِتُّمۡ حَرِيۡصٌ عَلَيۡكُمۡ بِالۡمُؤۡمِنِيۡنَ رَءُوۡفٌ رَّحِيۡمٌ فَاِنۡ
تَوَلَّوۡا فَقُلۡ حَسۡبِىَ اللّٰهُ ۖ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ؕ عَلَيۡهِ
تَوَكَّلۡتُ ؕ وَهُوَ رَبُّ الۡعَرۡشِ الۡعَظِيۡمِ
Artinya: "Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu
sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang
terhadap orang-orang yang beriman. Maka jika mereka berpaling (dari keimanan),
maka katakanlah (Muhammad), "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada tuhan selain
Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy
(singgasana) yang agung." (QS. At Taubah: 128-129).
Hadirin dhuyûfurrahmân yang dimuliakan Allah,
Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat: 3
وَاَذَانٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖٓ اِلَى النَّاسِ يَوْمَ
الْحَجِّ الْاَكْبَرِ اَنَّ اللّٰهَ بَرِيْۤءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِيْنَ ەۙ
وَرَسُوْلُهٗ ۗفَاِنْ تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ وَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ
فَاعْلَمُوْٓا اَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِى اللّٰهِ ۗوَبَشِّرِ الَّذِيْنَ
كَفَرُوْا بِعَذَابٍ اَلِيْمٍۙ
Artinya: “Suatu maklumat dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari
haji akbar bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari
orang-orang musyrik. Jika kamu (kaum musyrik) bertobat, itu lebih baik bagimu;
dan jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa kamu tidak dapat melemahkan Allah.
Berilah kabar ‘gembira’ (Nabi Muhammad) kepada orang-orang yang kufur (bahwa
mereka akan mendapat) azab yang pedih”.
Inilah ayat dalam Al-Qur’an yang menyebutkan secara langsung istilah 'Haji
Akbar' yang juga pernah dialami oleh Rasulullah. Ayat ini juga merupakan
maklumat atau pemberitahuan dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada
hari Haji Akbar yang terjadi pada tahun ke-9 Hijriah.
Haji Akbar memang spesial dan memiliki kelebihan serta keistimewaan dibanding
dengan musim-musim haji lainnya. Disebutkan dalam Kitab Mughni al-Muhtaj Jilid
1 halaman 497 beberapa keistimewaan haji akbar menurut ulama kalangan
syafi’iyyah:
وَقَال الشَّافِعِيَّةُ : وَقِيل : إِذَا وَافَقَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ
يَوْمَ عَرَفَةَ غَفَرَ اللَّهُ تَعَالَى لِكُل أَهْل الْمَوْقِفِ ، أَيْ بِلاَ
وَاسِطَةٍ ، وَغَيْرُ يَوْمِ الْجُمُعَةِ بِوَاسِطَةٍ ، أَيْ يَهَبُ مُسِيئَهُمْ
لِمُحْسِنِهِمْ
Artinya: "Ulama kalangan Syafiiyyah mengatakan: dikatakan, jika hari
Arafah jatuh pada hari Jumat, maka seluruh yang berkumpul di padang Arafah akan
langsung mendapat ampunan dari Allah tanpa perantara, dan bila (wukuf) di
selain hari Jumat, maka ampunannya melalui perantara. Artinya Allah memberikan
ampunan orang yang berdosa (yang wukuf) karena adanya orang baik (yang
wukuf)".
Hadirin dhuyûfurrahmân yang dimuliakan Allah,
Pada momentum haji akbar ini mari kita merenungkan perjalanan kehidupan kita
sekaligus mengambil ibrah sebagai modal menghadapi masa depan. Mari kita
bermuhasabah, bahwa kehadiran kita ke Tanah Suci ini berasal dari arah yang
berbeda-beda. Kita disatukan oleh Allah swt dalam keragaman bangsa, suku,
budaya, bahasa, dan banyak perbedaan-perbedaan lainnya yang merupakan
sunnatullah. Kita disatukan dalam Islam rahmatan lil alamin melalui tuntunan
syariat menjalankan kewajiban haji di Tanah Suci. Dengan hal ini kita
diingatkan betapa pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan dalam bingkai
ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah basyariyah, dan ukhuwah wathaniyah.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al Imran 103:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا
ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ
بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى
شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ
اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
Artinya: “Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah
bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu
menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.”
Ahli tafsir menjelaskan bahwa ayat ini turun untuk mengingatkan umat nabi
Muhammad bahwa dahulu pada masa jahiliah, masyarakat saling bermusuhan sehingga
timbullah perang saudara beratus-ratus tahun lamanya, seperti perang antara
kaum Aus dan Khazraj. Maka Allah kemudian mempersatukan hati mereka dengan
datangnya Nabi Muhammad saw dan mereka masuk ke dalam agama Islam dengan
berbondong-bondong. Allah telah mencabut dari hati mereka sifat dengki dan memadamkan
dari mereka api permusuhan sehingga jadilah mereka orang-orang yang bersaudara
dan saling mencintai menuju kebahagiaan bersama. Suasana hati yang lembut dan
saling mengedepankan persatuan serta persaudaraan menjadi sebuah kenikmatan
yang harus dipertahankan dan disyukuri.
Dalam ayat lain Allah swt juga berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ
فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ
وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ
عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Artinya : “Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar,
tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan
tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang bertawakal.” (QS: Al-Imran: 159)
Ayat ini juga menjadi pengingat akan pentingnya berlaku lemah lembut kepada
sesama serta membuang jauh prilaku-prilaku yang tidak mengedepankan tata krama,
termasuk juga hati yang keras dalam mengajak kepada kebaikan. Alih-alih akan
mendatangkan sesuatu yang diharapkan, sikap negatif ini justru akan semakin
menjauhkan orang-orang baik di sekitar kita. Mari tebarkan aura menyejukkan dan
kedepankan diskusi dengan kepala dingin untuk menyelesaikan berbagai hal dalam
mewujudkan kemaslahatan bersama. Bersikap baik dan gerak-gerik positif sudah
menjadi setengah dari kesuksesan kita meraih sesuatu.
Hadirin dhuyûfurrahmân yang dimuliakan Allah,
Dalam momentum haji ini kita juga diingatkan untuk menanggalkan ke-aku-an kita
dengan mengagungkan Allah yang merupakan dzat paling berhak dalam kehidupan.
Kita hadir hanya dengan memakai dua helai kain putih yang menjadi simbol
ketidakmampuan dan kepasrahan kepada Allah. Pakaian ihram yang kita pakai ini
menunjukkan bahwa kita semua sama di hadapan Allah swt. Bukan jabatan, bukan harta,
dan bukan kelebihan fisik yang pantas untuk dibanggakan di hadapan Allah karena
yang menjadi barometer dihadapanNya adalah ketakwaan. Allah berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى
وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ
عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Mahateliti.” (QS Al Hujurat: 13)
Dalam ayat ini pula, kita diingatkan oleh Allah untuk senantiasa menyadari
bahwa perbedaan penciptaan manusia - ada pria ada wanita dengan berbagai suku
bangsa ini – bukan untuk dipertentangkan dan saling bercerai berai. Melainkan
semua itu adalah untuk saling kenal mengenal, menjalin komunikasi sehingga
terbangun harmoni di tengah kehidupan. Terlebih di negara kita Indonesia yang
sangat bineka dalam kebudayaan dan agama, perlu untuk dirawat sehingga akan
senantiasa damai dalam kerukunan dan kehidupan beragama, berbangsa, serta
bernegara.
Hadirin dhuyüfurrahman yang dimuliakan Allah,
Di antara mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam berinteraksi dengan sesama,
sudah semestinya kita mengedepankan sikap moderat dalam segala hal wabil khusus
moderat dalam beragama. Sebuah sikap, cara pandang, dan praktik beragama yang
mewujudkan dan memprioritaskan nilai serta esensi ajaran agama dengan
mengangkat dan melindungi nilai-nilai kemanusiaan. Sikap dalam moderasi
beragama mengusung prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai
kesepakatan bernegara yang telah diwariskan oleh para (founding fathers)
pendiri bangsa.
Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 143:
وَكَذٰلِكَ
جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ
وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا
Artinya : “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat
pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”
Moderasi beragama juga harus terus kita syiarkan ke seluruh penjuru dunia agar
peradaban dan perdamaian dunia bisa terwujud. Dari Padang Arafah, mari kita
ketuk pintu langit, memohon senantiasa turun rahmat ke muka bumi. Semoga
perdamaian dunia bukan hanya mimpi dan toleransi serta saling menghargai selalu
bersemi.
Ya Allah Ya Rabbi, dzat yang suci
Dari tanah dan momentum suci ini, kami berharap senantiasa diberkahi
Dari padang arafah yang penuh berkah, kami bersimpuh memohon ridho yang melimpah
Dari momentum haji akbar, kami meminta anugerah Mu yang agung dan besar
Dari kami yang lemah tanpa daya di hadapan Mu, untuk dunia yang damai dalam naungan Mu.
Ya Allah Ya Aziz, dzat yang perkasa
Anugerahkan kasih sayang Mu, pada kami yang terus berharap cinta Mu
Peliharalah kami dan bumi ini, dalam genggamanMu yang abadi
Sempurnakanlah keimanan dan ketakwaan kami, untuk tetap beribadah kepada Mu yang suci.
Ampunilah dosa-dosa kami, orang tua kami seraya terimalah amal ibadah kami
Ya Somadu Ya Ahad, Ya Mujibat Da’awat
Karuniakanlah kepada kami haji yang mabrur, sa’i yang penuh syukur, dosa yang terampun dan usaha yang makmur.
Ya Allah yang Mengetahui apa yang terkandung dalam sanubari, tunjukkanlah cahaya iman yang suci dan keluarkan kami dari kegelapan hati.
Ya Allah, kami mohon keselamatan dalam meniti kehidupan, selamat menuju surgaMu yang penuh kedamaian.
Ya Allah dzat yang berhak atas segalanya, hindarkan kami dari siksa api neraka. Rengkuhlah kami dalam dekapanMu yang penuh dengan pertolongan dan cinta.
Ya Allah, kabulkanlah doa kami. Amin
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ،
وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
الْعَلِيْمِ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا
إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ،
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا
أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ
عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم
ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ
وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ،
مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ
الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اَللّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلاً وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَرِزْقًا وَاسِعًا
وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَحَلاَلاً طَيِّبًا وَ توبة نَصُوْحًا.
اَللّهُمَّ اجْعَلْ حَجَّنَا حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَشْكُوْرًا وَذَنْبًا
مَغْفُوْرًا وَعَمَلاً صَالِحًا مَقْبُوْلاً وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ يَا
عَالِمَ مَا في الصُّدُوْرِ أَخْرِجْنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ .
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ
وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ،
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Prof Mohammad Mukri, Ketua PBNU/ Delegasi Amirul Hajj Musim Haji 1443 H/ 2022 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar