Jumat, 01 Juli 2022

(Ngaji of the Day) Amalan 10 Hari Awal Dzulhijah

Dzulhijah merupakan bulan yang sangat dimuliakan, di dalamnya terdapat ibadah haji rukun Islam kelima yang wajib dilakukan semua umat Islam yang sudah memenuhi syarat dan rukunnya. Lalu amalan apa saja dianjurkan selama 10 hari awal Dzulhijah?

 

Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Ali bin Abdul Qadir Al-Makki menyampaikan hadits Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam:

 

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَفْضَلُ عِنْد اللهِ، وَلَا الْعَمَل فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللهِ تَعَالَى، مِنْ هَذِهِ الْأَيَّام، أَيَّامُ الْعَشْر، فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَذِكْرِ اللهِ. فَإِنَّهَا أَيَّامُ التَّهْلِيْلِ وَالتَّكْبِيْرُ وَ ذِكْرِ اللهِ. وَإِنَّ صَيَامَ يَوْمٍ مِنْهَا يَعْدِلُ بِصِيَامِ سَنَةٍ. وَالْعَمَلُ فِيْهِنَّ يُضَاعَفُ سَبْعَمِائَةِ ضِعْفٍ. (رواه البيهقي)

 

Artinya, “Tidak ada hari yang lebih utama di sisi Allah, begitupun tidak ada amalan pada hari itu yang lebih disenangi oleh Allah, daripada hari-hari ini, yaitu 10 hari awal Dzulhijah, maka perbanyaklah membaca tahlil, takbir dan mengingat Allah. Karena hari-hari tersebut merupakan hari-hari tahlil, takbir dan dzikir kepada Allah. Sungguh berpuasa satu hari dari hari-hari itu menyamai pahala puasa selama satu tahun. Amal yang dilakukan di dalamnya dilipatgandakan sampai 700 kali.” (Abdul Hamid Al-Makki, Kanzun Najâh was Surûr, [Bairut, Dârul Hâwi, Lebanon: 2009], halaman 279).

 

Merujuk hadits di atas maka pada 10 hari awal Dzulhijah dianjurkan memperbanyak bacaan tahlil, takbir, berdzikir kepada Allah dan berpuasa.

 

Jika dipandang sekilas, amalan-amalan tersebut bukanlah amalan yang jarang dilakukan umat Islam, bahkan bisa dikatakan amalan yang paling sering dilakukan. Hanya saja Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam menegaskan bahwa meskipun amalannya sama, namun bila dilakukan pada 10 hari awal Dzulhijah maka akan mendatangkan pahala yang berbeda. Pahala yang lebih banyak daripada waktu selainnya.

 

Anjuran membaca tahlil tidak terkhusus pada suatu redaksi tertentu. Namun membaca kalimat tahlil dengan redaksi apa saja. Hanya saja yang lebih dianjurkan adalah membaca tahlil sebagaimana yang disampaikan Syekh Abdul Hamid Al-Makki, dengan mengutip hadits Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam:

 

لَآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ الدُّهُوْرِ، لَآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ أَمْوَاجِ الْبُحُوْرِ، لَآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ النَّبَاتِ وَالشَّجَرِ، لَآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ الْقَطْرِ وَالْمَطَرِ، لَآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ لَمْحِ الْعُيُوْنِ، لَآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ، لَآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ يُنْفَخُ فِي الصُّوْرِ

 

Lâ-ilâha illallâhu ‘adadad duhûr, lâ-ilâha illallâhu ‘adada amwâjil buhûr, lâ-ilâha illallâhu ‘adadan nabâti was sajar, lâ-ilâha illallâhu ‘adadal qathri wal mathâr, lâ-ilâha illallâhu ‘adada lamhil ‘uyûni, lâ-ilâha illallâhu khairum mimma yajma’ûn, lâ-ilâha illallâhu min yaumina hâdzâ ilâ yaumi yunfakhu fis sûr.

 

Artinya, “Tiada Tuhan selain Allah sepanjang hitungan masa, tiada Tuhan selain Allah sebanyak ombak di lautan, tiada Tuhan selain Allah sebanyak tumbuhan dan pepohonan, tiada Tuhan selain Allah sebanyak rintik-rintik hujan, tiada Tuhan selain Allah sebanyak kedipan matan, tiada Tuhan selain Allah lebih baik dari segala apa yang mereka kumpulkan, tiada Tuhan selain Allah sejak hari ini hingga ditiupnya sangkakala.” Syekh Abdul Hamid mengatakan, siapa saja membaca dzikir di atas sebanyak 10 kali setiap hari selama 10 hari awal Dzulhijah, maka akan diampuni semua dosanya yang telah berlalu dan yang akan datang. (Abdul Hamid Al-Makki, Kanzun Najâh was Surûr, halaman 280).

 

Tidak sebatas itu, Dzulhijah juga mempunyai kelebihan lain, yaitu dikabulkannya doa-doa umat Islam saat itu. Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari radiyallâhu ‘anhu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

أَنَّ الْأَيَّامَ الْمَعْلُوْمَاتِ هِيَ تِسْعُ ذِيْ الْحِجَّةِ غَيْرُ يَوْمِ النَّحْرِ وَأَنَّهُ لاَ يُرَدُّ فِيْهِنَّ الدُّعَاءُ

 

Artinya, “Sungguh hari-hari yang telah dimaklumi adalah tanggal sembilan Dzulhijah selain hari kurban, dan sungguh pada pada hari-hari tersebut doa tidak ditolak doa.”

 

Syekh Abdul Hamid Al-Makki menjelaskan, bagaimana mungkin doa yang dipanjatkan tanggal 9 Dzulhijah akan ditolak Allah subhânahu wa ta’âlâ, sedangkan hari tersebut bertepatan dengan hari Arafah yang merupakan hari paling utama dan paling mulia di sisi Allah dibanding dengan hari lain. (Abdul Hamid Al-Makki, Kanzun Najâh was Surûr, halaman 281).

 

Dari penjelasan di atas sangat tampak bahwa selain menjadi bulan yang dimuliakan oleh Allah, Dzulhijah juga menjadi salah satu momentum yang sangat sakral bagi umat Islam untuk meraih keuntungan pahala yang lebih banyak daripada bulan lainnya. Dengan beribadah pada bulan tersebut, Allah akan memberikan pahala yang berlipatganda dan melebihi ibadah yang dilakukan pada hari-hari dan bulan selainnya.

 

Karenanya pada bulan Dzulhijah seharusnya umat Islam tidak hanya melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana yang dilakukan sebelumnya, ia sudah seharusnya lebih memaksimalkan dan menyempurnakan kewajiban itu, sembari menambahnya dengan ibadah-ibadah sunnah dan kebaikan-kebaikan lainnya. Sebab, waktu-waktu mulia seperti bulan Dzulhijah hanya bisa dijumpai satu kali dalam setiap tahunnya. Wallâhu a’lam. []

 

Sunnatullah, Pengajar di Pesantren Al-Hikmah Darussalam Kokop Bangkalan Jawa Timur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar