Diplomasi Politik ala
Subhan ZE
Bagaimana memahami
diplomasi politik Subhan ZE? Sebagai seorang ahli strategi dan penggerak,
Subhan ZE menjadi catatan penting dalam sejarah Nahdlatul Ulama. Namun, tidak
banyak kader yang memahami secara komprehensif alur sejarah hidup, kegelisahan,
pemikiran, dan jaringan yang dibangun olehnya.
Hingga kini, nama
Subhan ZE terus terngiang dalam berbagai forum diskusi dan obrolan santai,
namun tidak banyak yang memahami jurus politik dan strategi diplomasinya dalam
mengawal negara dan menjaga Nahdlatul Ulama.
Subhan merupakan
tokoh yang lahir pada 29 Januari 1929 di Kepanjen, Malang, Jawa Timur, serta
besar di Kudus, Jawa Tengah. Dari penelusuran yang dilakukan penulis, tidak
banyak keluarganya di Malang yang dapat diwawancarai terkait dengan sosok
Subhan. Bahkan, warisan tanah dan harta benda dari Subhan ZE yang telah
dihibahkan ke sebuah lembaga pendidikan, juga telah berganti yayasan. Nama
Subhan sering disebut oleh aktifis muda NU, khususnya di PMII dan Ansor, namun
tidak banyak yang memahami sepak terjangnya.
Semasa hidupnya,
Subhan tidak lekang oleh kontroversi. Ia sering dicitrakan sebagai pemuda yang
glamour, dengan jaringan perkawanan yang luas. Mobilitasnya ditopang oleh
kekuatan ekonomi dan jaringan bisnis yang telah dibangunnya, yang menghantarkan
Subhan sebagai sosok mandiri yang tangguh dan mampu bergerak dengan idealisme.
Meski sering dianggap
melanggar batas etika kaum santri, Subhan ternyata disayang banyak kiai. Ia
juga dianggap dekat dengan kiai-kiai nasional, karena seringnya silaturahmi dan
keteguhan prinsipnya menjaga negara. Subhan disebut sebagai kadernya Kiai
Asnawi Kudus, serta dekat dengan Kiai Ma'shum Lasem, Kiai Bisri Mustofa
Rembang, Kiai As'ad Syamsul Arifin, serta Kiai Rifai Imam Puro (Mbah Liem)
Klaten. Dengan para kiai, Subhan menempatkan diri sebagai santri, sebagai murid
spiritual.
Dalam catatan As'ad
Said Ali, Subhan ZE merupakan kader yang dididik oleh Kiai Asnawi. Di antara
kader didikan Kiai Asnawi, yakni Kiai Turaikhan, Kiai Arwani dan beberapa tokoh
penggerak dari kalangan santri (Pergolakan di Jantung Tradisi: NU yang Saya
Amati, 2008). Jaringan pesantren di Kudus, merupakan basis pondasi bagi Subhan
untuk membangun komunikasi dengan para kiai. Selain itu, pendidikan dan
jaringan bisnis Subhan juga dimulai dari Kudus, yang membuatnya memiliki ikatan
pertemanan yang kuat dengan tokoh-tokoh kunci di kawasan pantura.
Dukungan para kiai
tampak ketika Subhan hendak dipecat dari PBNU, pada puncak perseteruan dengan
Kiai Idham Chalid. Ketika hendak dipecat oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama,
Subhan ZE dibela Mbah Ma'shum Lasem. Tentu saja, dukungan Kiai Ma'shum berdasar
pada prinsip yang kuat, dengan wibawanya di antara para kiai membuat Subhan
mendapatkan legitimasi.
Atas apa yang terjadi
pada Subhan, Mbah Ma'shum mengungkapkan bahwa keputusan rapat Syuriah tidak
bisa memecat tanpa melalui prosedur organisasi yang sah. Menurut Mbah Ma'shum,
jika PBNU hendak memecat Subhan ZE, haruslah melalui mekanisme muktamar. Dalam
membela Subhan, Mbah Ma'shum bukan satu-satunya kiai yang memiliki prinsip kuat
seperti itu. Pandangannya diikuti oleh beberapa kiai lain, di antaranya Kiai
Mahrus Ali (Lirboyo), Kiai Abdul Malik (Demak, anggota DPR dari Partai NU),
serta KH Ali Ma'shum, menantu Kiai Munawwir pengasuh pesantren Krapyak
Yogyakarta. Di sisi lain, beberapa pengurus cabang NU juga mendukung Subhan.
Juga, sebagian besar berpendapat bahwa apa yang dilakukan Subhan, dengan
segenap keglamourannya, dilakukan sebelum menjadi pengurus PBNU. Alasan
pemecatan Subhan ZE sudah usang, dan terlihat sebagai kemarahan yang terlambat
(Thomafi, Mbah Ma'shum Lasem, 2007: 159).
Selain dekat dengan
para kiai, Subhan ZE juga mengkader anak-anak muda pesantren, yang kelak
menjadi tulang punggung Nahdlatul Ulama. Di antaranya, Kiai Tolhah Hasan, yang
pernah menjadi Menteri Agama Indonesia, pada 1999-2001. Kiai Tolhah juga
menjadi Rektor Universitas Islam Malang (Unisma), hingga 1998. Kiai Tolhah juga
menjadi Wakil Rais 'Am PBNU (2004).
Nasaruddin Umar,
dalam Kiai Multitalenta: Sebuah Oase Spiritual KH Tolhah Hasan (2006: 151),
menuliskan betapa sosok Subhan ZE sangat penting bagi Kiai Tolhah Hasan. Bagi
kiai Tolhah, Subhan ZE merupakan guru politiknya, yang mengkader pergerakan,
organisasi, dan perjuangan kebangsaan. Inilah yang membentuk mental tanggung
dalam diri Kiai Tolhah, berkat sentuhan dan diskusi intensif dengan Subhan ZE. Subhan
ZE merupakan guru politik bagi Kiai Tolhah Hasan. "Subhan ZE, tokoh NU
yang dikenal cerdas, kaya dan berani, juga menjadi gurunya. Ketokohannya,
diakui tidak hanya di kalangan NU, tapi telah menjadi tokoh nasional.
Gagasan-gagasannya sangat brilliant." Bagi Kiai Tolhah, Subhan ZE sangat
berkesan dalam membangun mental anak-anak muda, agar berani bergerak dan
memperjuangkan prinsip.
Subhan berpengaruh
tidak hanya di kalangan pesantren, namun juga berjejaring dengan generasi muda
lintas agama dan organisasi. Dengan aktifis PMKRI, HMI, PMII dan GP Ansor,
Subhan ZE menjadi referensi untuk mencari celah di tengah puncak kekuasaan
Soekarno. Subhan bersama anak-anak muda, melawan komunisme. Di antara yang
bergerak bersama Subhan ZE, adalah aktifis penting dari PMKRI: Harri Tjan
SIlalahi (Tjan Tjoen Hok).
Harri Tjan lahir di
Yogyakarta, pada 11 Februari 1934. Ia mengawali karir organisasi sebagai
aktifis PMKRI. Di organisasi ini, ia menjadi Ketua pada periode 190-1961. Ia
juga melalangbuana untuk menghadiri forum internasional di Jakarta, Praha dan
Kanada, dalam prose pembebasan Irian Barat. Selain itu, ia juga turut
mendirikan Pax Romana di Roma, Montevideo, dan Buenos Aires. Pada 1957, Harri
Tjan dikirim ke Amerika untuk mempelajari dinamika perburuhan di St. Jon's
College di Baltimore. Ia juga berkunjung ke Detroit, Amerika Serikat pada 1962,
untuk menghadiri siding ISC (International Stundent Conference).
Nama Silalahi,
merupakan pemberian suku adat di Batak, ketika ia berkujung bersama kawannya di
daerah itu. Di tanah Batak, ia dianggap sebagai pengganti adik temannya yang
hilang pada masa kecil, sehingga diberi marga Silalahi (Tim Setyautama,
Tokoh-Tokoh Tionghoa di Indonesia, 2008: 434). Harri Tjan Silalahi merupakan
teman Subhan ZE dalam isu perlawanan terhadap PKI. Ia terpilih sebagai sekjen
Front Pancasila, sebuah organisasi anti komunis yang dikomando Subhan ZE. Pada
tahun 1965, Harri Tjan menjadi anggota Partai Katolik. Dan, tahun 1967 ia
menjadi Sekjen Partai Katolik. Pada 1975, Harri Tjan ikut dalam pemilihan umum,
sebagai calon dari Partai Katolik, namun tidak terpilih. Kemudian, Harri Tjan
berkiprah sebagai Direktur CSIS, serta menjadi Pembina Bakom PKB (Badan
Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa) Pusat bersama Jusuf Wanandi (Liem Ban
Kie).
Jaringan luas Subhan
ZE dapat menjadi referensi anak-anak muda pesantren, yang memiliki passion di
pergerakan politik. Subhan piawai membangun komunikasi dengan para kiai sepuh,
sekaligus bergerak serentas menembus komunitas lintas agama-etnis. Memahami
jurus-jurus politik dan seni diplomasinya, senantiasa membuka tirai misteri
bagi sejarah panjang tokoh-tokoh penggerak Nahdlatul Ulama. []
Munawir Aziz, Wakil
Sekretaris LTN Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, bukunya bertema "Gus Dur
& Jaringan Tionghoa Nusantara", dalam proses terbit(Komunikasi via
email: moena.aziz@gmail.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar