Tuhan Maha Asyik
Judul
: Tuhan Maha Asyik
Penulis
: Sujiwo Tejo dan Dr MN. Kamba
Penerbit
: Imania
Terbit
: Desember, 2016
ISBN
: 9786027926295
Tebal
: 245 halaman
Peresensi
: Faried Wijdan
Tuhan sangat asyik
ketika Dia tidak kita kurung paksa dalam penamaan-penamaan dan
pemaknaan-pemaknaan. Dia tak terdefinisikan, tan keno kinoyo ngopo. Dia tak
terkmaknakan. Dia ada sebelum definisi dan makna ada. Tuhan itu anti
mainstream. Tuhan itu Maha Asyik ketika kita men-taddaburi-Nya, bukan
melogikakan-Nya. Dengan mencampakkan kesombongan dan taklid pada kerendahan
hati. Ke manapun kita memandang, di situlah wajah Tuhan.
Sebagai bangsa
berKetuhanan yang Maha Esa, saat berniat melakukan reformasi atau islah,
ternyata kita melupakan yang paling --atau minimal termasuk yang paling--
pokok. Yaitu mereformasi pandangan kita tentang Tuhan. Ketika kepentingan
duniawi menguasai dan menyibukkan kita, berangsur-angsur Tuhan pun
'tersisih' dari perhatian kita. Kita merasa cukup sudah bertuhan hanya dengan
doktrin yang kita dengar dari mulut ke mulut atau teks yang kita baca.
Berpikir--seperti
yang sering dianjurkanNya--jarang kita lakukan sebagai upaya lebih mengenalNya.
Banyak orang bertuhan tanpa mengenal Tuhan dan tanpa berusaha
mengenalNya. Bahkan belakangan karena presepsi dan tingkah-laku mereka ini,
Tuhan pun terkesankan 'Maha Menyusahkan' atau 'Maha Pemarah' dan agamaNya
terkesankan sulit dan berat.
Dalam beriman
membutuhkan cara berpikir, bertindak, bernalar yang santai. Tuhan Mahatahu dan
Maha Rahim karena sifat Tuhan seperti itu dia tidak mengadili orang berdosa.
Beriman dengan santai berarti beragama secara otentik yakni orang
jujur dirinya dan Dia tidak memanipulasi keberagamaan yang hanya mencari untung
dirinya sendiri.
Beriman adalah
belajar melihat realitas dunia bukan sisi gelap dan terang. Beriman memberi
dirinya bagi terciptanya damai yang sejati. Keberimanan berarti membangun
kesadaran. Membangun kesadaran keberagaman harus menjadi prioritas.
Keberagamaan jangan sekadar berwajah kesalehan individual, tetapi juga
sosial.
Kaum beragama tidak
boleh menghardik umat dari agama lain. Itulah wajah agama yang manusiawi karena
berorientasi altruistik, bukan egoistik. Maka, tiap ibadah harus lebih
dilandasi sikap hati yang tulus untuk memberi penghargaan terhadap martabat
kemanusiaan.
Beriman berarti
mencinta kehidupan karena kehidupan adalah rahim cinta. Dia memberikan dirinya
bagi kebahagiaan sesama karena beriman secara sukarela bukan model paksaan.
Agama sejati mengajak setiap orang berperilaku jujur dan mau mengampuni. Tuhan
Maha Besar. Seorang beriman tidak bisa diukur dari panjangnya doa, dari hal-hal
formalisme. Tuhan hanya menginginkan manusia selalu mencintai dengan kesadaran
dan menghilangkan kecurigaan dan kebencian.
Buku Tuhan Maha Asyik
menggambarkan konsep mengenal Tuhan secara menyeluruh (holistik), yang notebene
membutuhkan pengkajian dan pemahaman mendalam, namun di buku ini di sajikan
secara "renyah" dan mudah dimengerti dalam bentuk dialog kanak-kanak
sehari-hari, dan kontekstual dengan kebudayaan masyarakat Indonesia, khususnya
budaya spiritual. Lewat kisah-kisah singkat dan berbagai analogi yang mengena,
buku ini mengajak kita meluaskan hati dan pemikiran untuk menampung ide tentang
ketuhanan dan keagamaan yang lebih lapang, dan tentunya yang lebih asyik.
Siapapun dan apa pun
latar belakang paham keagamaannya, selama masih punya hati, akan mendapatkan
pencerahan dalam pemahaman keagamaan dan akan memandang bahwa keberagaman dalam
beragama adalah suatu keniscayaan yang sebetulnya mampu menciptakan keindahan
dan harmoni dalam kehidupan dari buku ini.
Buku yang asyik
karena membicarakan "wajah Tuhan" dengan cara memuliakan Tuhan Yang
Maha Asyik dan menyeret kita untuk menthawafi pengalaman Tuhan yang mengasyiki
hamba-hamba-Nya.
Buku ini hadir di
saat yang tepat, di saat bangsa ini dilanda dengan intoleransi, kebencian, syak
wasangka antar sesama anak bangsa yang acapkali membajak 'Tuhan' untuk politik
jangka pendek dan kepentingan golongan tertentu. Buku ini bisa menjadi cermin
yang akan mengoreksi bahkan menampar sikap beragama kita. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar