Jumat, 14 Februari 2020

Khofifah: Gus Sholah Amanatkan Persatuan, RS, dan Bank Syariah


Gus Sholah Amanatkan Persatuan, RS, dan Bank Syariah
Oleh: Khofifah Indar Parawansa

KH Salahuddin Wahid alias Gus Sholah sudah tiada. Adik Presiden Ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid itu dimakamkan di Jombang kemarin (3/2). Sebagian besar mengenalnya sebagai sosok yang sederhana dan berjiwa besar. Banyak yang merasa kehilangan, khususnya masyarakat Jawa Timur.

Sosok Gus Sholah sangat menginspirasi. Beliau memiliki semangat belajar yang luar biasa. Semangat itu selalu ditekankan kepada santri yang menimba ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Tak sedikit santri yang berhasil. Ada yang menjadi pengusaha, akademisi, bahkan banyak yang bergerak di bidang politik.

Gus Sholah merupakan guru bangsa. Priyantun yang sae dan ngayomi. Wajar jika banyak yang memiliki kesan bersama beliau. Kesan itu pasti positif karena Gus Sholah memang sosok yang inspiratif.

Saya bagian dari orang yang memiliki kesan terhadap beliau. Salah satunya amanat yang pernah beliau sampaikan kepada saya. Ada tiga amanat yang masih saya ingat jelas.

Pertama, persatuan dan kesatuan. Gus Sholah selalu menekankan pentingnya menjaga aspek itu. Pesan ini ditujukan untuk semua. Saya bisa membayangkan betapa sedihnya beliau ketika umat Islam terpecah belah. Ketika perbedaan suku dan agama dijadikan komoditas untuk merusak persatuan dan kesatuan.

Gus Sholah sangat peka. Beliau yakin bahwa persatuan dan kesatuan merupakan kunci utama dalam sebuah negara. Pembangunan tidak akan berlangsung apabila persatuan dan kesatuan di dalam negara itu lemah.

Amanat ini sangat luar biasa. Saya mengajak semua orang, masyarakat Indonesia, khususnya Jawa Timur, untuk memahami amanat tersebut. Bisa jadi, menjaga persatuan dan kesatuan bukan lagi ajakan, tapi perintah Gus Sholah kepada semua elemen masyarakat di Indonesia. Pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

Saat beberapa kali bertemu dengan saya, beliau menyampaikan pesan bahwa pekerjaan rumah (PR) kita adalah persatuan, PR kita adalah persatuan, dan PR kita adalah persatuan. Beliau sampaikan, pertumbuhan ekonomi itu tidak ada gunanya kalau kita terpecah belah. Maka persatuan, persatuan, persatuan menjadi hal yang sangat penting.

Itu juga beberapa kali diingatkan kepada saya setelah saya menjabat gubernur. Maka bersatu di unit apa pun, dalam lingkup apa pun, sangat penting untuk kita lakukan dengan ikhtiar bergandeng tangan demi merajut kebersamaan.

Amanat berikutnya, Gus Sholah ingin pendidikan di Pesantren Tebuireng terus berkembang. Termasuk rumah sakit yang sedang dibangun. Gus Sholah ingin rumah sakit tersebut menjadi layanan kesehatan yang modern. Bukan sekadar poskestren (pusat kesehatan pesantren). Tapi, sekali lagi, yang diinginkan adalah rumah sakit. Dan ini, sekarang pembangunan rumah saki itu on progress.

Amanat itu membuktikan bahwa beliau adalah sosok yang memikirkan kemaslahatan umat. Layanan kesehatan menyangkut hajat hidup orang banyak. Gus Sholah ingin Tebuireng memiliki layanan yang memberikan kemaslahatan bidang kesehatan.

Di Tebuireng, beliau juga membuka ruang bagi romo atau pendeta dari berbagai negara untuk mengenali bagaimana sebuah pesantren mengajarkan ilmu. Terutama tentang keislaman, supaya mereka bisa mendapatkan dan menemukenali bahwa pesantren-pesantren di Indonesia yang berada dalam lingkungan NU mengajarkan Islam yang penuh damai. Islam yang penuh kasih.

Para romo dan pendeta dari berbagai negara itu bisa tinggal sampai tujuh hari di Tebuireng. Ini kan banyak yang tidak terkonfirmasi kepada publik. Namun, itu akan membangun mindset dan perspektif dari banyak tokoh agama dunia untuk bisa mengenali bahwa Islam yang diajarkan di pesantren-pesantren di Indonesia di dalam naungan NU ini mengajarkan Islam rahmatan lil alamin.

Bukan sekadar itu. Gus Sholah juga sudah mengembangkan belasan Tebuireng di berbagai provinsi lain. Mulai Papua, Aceh, Riau, dan Bengkulu. Artinya, beliau ingin mendiseminasikan bagaimana pesantren yang bisa memberikan pemberdayaan dan pencerahan sekaligus kemandirian dalam jejaring Pesantren Tebuireng.

Beliau juga sering menghadirkan narasumber-narasumber dari luar negeri. Kalau dulu Gus Dur sering hadir dalam berbagai konferensi internasional, Gus Sholah lebih banyak menghadirkan narasumber internasional di Tebuireng. Ini sangat banyak yang tidak terpublikasikan.

Semua obsesi beliau soal masa depan Tebuireng merupakan bagian dari kelengkapan format sebuah pesantren. Beliau sudah mengembangkan perguruan tinggi dengan berbagai prodi, terutama teknologi informasi.

Dari obsesi-obsesinya terhadap pesantren, kita bisa tahu bahwa Gus Sholah ingin pesantren memberikan kontribusi terhadap penguatan SDM yang unggul dalam bidang pendidikan. Ini PR besar bagi penerusnya di Tebuireng. Baik yang di Jombang maupun dalam jejaring-jejaringnya di berbagai provinsi.

Amanat terakhir adalah realisasi pembangunan bank syariah yang prestise di pondok tersebut. Tepatnya, ingin mengembangkan bank wakaf mikro menjadi bank umum syariah di Tebuireng. Beliau meyakini bahwa bank syariah mampu menopang hajat hidup orang banyak.

Bank syariah menjadi solusi bagi masyarakat. Praktik rentenir yang sering mencekik masyarakat tingkat bawah bisa diatasi. Sistem ekonomi syariah yang mengedepankan bagi hasil merupakan solusi yang tepat. Alokasi pinjaman tersebut bisa mendongkrak perekonomian di masyarakat.

Seperti yang kita tahu, Gus Sholah juga gemar menulis. Tulisan-tulisan karya intelektualnya banyak menyoroti berbagai persoalan yang sedang dihadapi umat dan bangsa. Selain menulis di media massa, Gus Sholah menulis beberapa buku. Itu bukti bahwa beliau merupakan cendekiawan sejati. Semangat beliau untuk belajar dan belajar patut ditiru.

Beliau juga aktivis. Karena itu, saya memiliki penilaian tersendiri tentang beliau. Gus Sholah bukan hanya seorang negawaran. Beliau satu paket dengan pejuang hak asasi manusia karena pernah menjadi komisioner Komnas HAM.

Kini Gus Sholah sampun tindak. Saya mengajak masyarakat Jawa Timur untuk dapat mengikuti ide, gagasan, dan gerakan beliau. Caranya, melanjutkan perjuangan Gus Sholah yang belum tuntas. Tiga amanat itu merupakan contoh perjuangan beliau yang masih tertunda. []

JAWA POS, 4 Februari 2020
Khofifah Indar Parawansa | Gubernur Jawa Timur Dilengkapi dari wawancara wartawan Jawa Pos Miftakhul Fahamsyah dengan Khofifah di Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar