Cobaan: Tanda Cinta Dari Tuhan
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اَلَّذِى خَلَقَ اْلإِنْسَانَ خَلِيْفَةً فِي اْلأَرْضِ وَالَّذِى جَعَلَ كُلَّ شَيْئٍ إِعْتِبَارًا لِّلْمُتَّقِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةًوَّسُرُوْرًا. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحـْدَهُ لاَشـَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَعَلَى كُلِّ شَيْئ ٍقَدِيْرٌ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًاعََبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَاَفَْضلِ اْلاَنْبِيَاءِ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَاِبه اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: لَقَدْ كَانَ فِى قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لاُِّوْلِى ٱلأَلْبَـٰبِ
Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Marilah bersama-sama kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Ketaqwaan itu merupakan satu kunci untuk dua pintu. Pintu kehidupan dunia dan kehidupan diakhirat. Barang siapa menghendaki kesuksesan hdiup di dunia janganlah pernah memalingkan diri dari taqwa Ilahi. Dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di akhirat nanti juga taqwalah yang menjadi modal utamanya.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Sesungguhnya lebih mulia-mulianya (manusia) diantara kalian di sisi Allah swt adalah mereka yang betaqwa.
Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Tidak selamanya kehidupan di dunia berjalan seperti yang diinginkan manusia. Terkadang terasa berat cobaan yang menghadang, terkadang pula kehidupan berjalan lancar seperti yang diharapkan. Seringkali manusia berbeda dalam menghadapi kedua keadaan tersebut. Lumrahnya, manusia akan mengingat Allah swt sewaktu cobaan mendera dan mengabaikan-Nya ketika hidup dalam bahagia. Akan tetapi ketika cobaan itu beruntun dan lama kelonggaran tak kunjung datang, maka manusia akan mulai bertanya dan ragu, apakah ia harus bersabar dan tetap bertahan menyandarkan diri kepada Ilhi?
Ataukah segera berpaling muka melarikan diri dari Allah swt dan mencari perlindungan kepada dunia beserta segala kecantikannya mulaid dari kekuasaan, kekayaan dan juga kenikmatan lainnya?Hadirin yang Berbahagia
Inilah yang jarang kita fahami, sesungguhnya cobaan hidup di dunia itu merupakan petanda bahwa Allah sangat memperhatikan dan mencintai kita. Sebuah hadits berbunyi "Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan hukuman di dunia. Jika Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya, maka Dia menahan hukuman kesalahannya sampai disempurnakannya pada hari kiamat." (HR. Imam Ahmad, At-Turmidzi, Al-hakim, Ath-Thabrani, dan Al-Baihaqi). Jadi berbagai cobaan yang menghadang dalam kehidupan ini adalah sebuah ujian dari-Nya. sebagaimana layaknya ujian, maka jika manusia berhasil melaluinya dan di nilai lulus, maka Allah swt akan memberikan balasan yang tak ternilai harganya. Namun sebaliknya, jika manusia gagal melalui cobaan itu, maka Allah akan membiarkannya, hingga ia berusaha belajar kembali menghadapi kehidupan.
Diriwayatkan sebuah cerita bahwa salah seorang lelaki telah bertemu dengan seorang wanita yang disangkanya pelacur. Lelaki itu menggoda sampai-sampai tangannya menyentuh tubuhnya. Atas perlakuan itu, sang wanita berkata, "Cukup!" Lantaran terkejut, lelaki ini menoleh ke belakang, namun terbentur tembok dan terluka. Lelaki usil itu pergi menemui Rasulullah dan menceritakan pengalaman yang baru saja dialaminya. Komentar Rasulullah? "Engkau seorang yang masih dikehendaki oleh Allah menjadi baik." Selanjutnya beliau bersabda, Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan hukuman di dunia. Jika Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya, maka Dia menahan hukuman kesalahannya sampai disempurnakannya pada hari kiamat”
Kecintaan Allah kepada hamba-Nya di dunia tidak selalu diwujudkan dalam bentuk pemberian materi atau kenikmatan lainnya. Tidak juga dalam bentuk peng-kabulan doa secara spontanitas. Akan tetapi kecintaan itu justru sering berbentuk cobaan di mana berat atau ringannya ujian itu tergantung kepada kadar keimanan seseorang.
Para hadirin yang dimuliakan Allah
Marilah kita Simak kembali cerita kehidupa para Rasul dan Nabi. Sebagai oang yang paling disayangi dan dikasihi Allah, justru mereka adalah orang yang paling berat menerima ujian semasa hidupnya di dunia. Ujian mereka sangat berat melebihi ujian yang diberikan kepada siapapun juga. Demikian secara berurutan, para syuhada' dan kemudian shalihin. Yang jelas bahwa setelah orang menyatakan. "Kami beriman", Allah langsung menyiapkan ujian baginya.
Allah berfirman:
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ * وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَـٰذِبِينَ *
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan 'Kami telah beriman,' lantas tidak diuji lagi? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta." (QS. al-Ankabut: 2-3)
Selain ujian demi ujian diberikan kepada orang yang beriman, maka teguran demi teguran juga diberikan kepadanya. Teguran itu kadang halus, tapi sering-sering kasar. Bagi yang kepekaan imannya tinggi, teguran halus saja sudah cukup untuk menyadarkannya. Akan tetapi bagi mereka yang telah hilang kepekaannya, teguran yang keras sekalipun tak bisa menyadarkannya.
Apa yang dialami oleh lelaki yang datang kepada Rasulullah sebagaimana hadits di atas merupakan teguran Allah secara langsung agar ia sadar atas kekeliruannya, dan tidak mengulang kesalahannya. Lelaki itu sangat bersyukur atas kecelakaan yang menimpa dirinya. Wajah yang benjol dan darah yang mengalir di wajahnya tidak seberapa dibandingkan dengan nilai kesadaran yang baru dirasakannya.
Kecelakaan itu semakin tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan siksa yang bakal diterimanya di akhirat kelak. Bukankah setiap dosa akan ditimbang dan dibalas sesuai dengan bobotnya? Dengan kecelakaan itu ia bertobat. Dengan bertobat, maka terhapuslah dosanya. Tentang hal ini Rasulullah bersabda, "Tiada suatupun yang menimpa seorang mukmin, baik berupa kepayahan, sakit, sedih, susah, atau perasaan murung, bahkan duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan melebur kesalahan-kesalahannya lantaran kesusahan-kesusahan tersebut." (HR Bukhari dan Muslim)
Karena itu para hadirin Rahimakumullah
Jika kita mendapatkan sebuah musibah, segeralah kita bermuhasabah, mengingat-ingat kesalahan apa yang telah kita lakukan? Dosa apa yang telah kita kerjakan? Janganlah cepat berburuk sangka kepada Allah swt. Karena bisa saja musibah tersebut merupakan teguran dari-Nya atas berbagai tingkah laku kita selama ini. Jika demikian kita akan sadar dan banyak-banyaklah minta pengampunan kepada-Nya dan berdoa agar senantiasa diberi kemampuan menghadapi cobaan tersebut.
Dengan demikian Kasih sayang Allah tidak selalu berbentuk kesenangan, melimpahnya harta kekayaan, tercapainya segala cita, dan jauh dari berbagai musibah. Justru bisa jadi sebaliknya. Orang yang mendapatkan berbagai kesenangan itulah yang tidak dicintai-Nya. Orang tersebut dibiarkan tenggelam dalam kesenangan dunia sampai tiba ajalnya. Pada saat itu semua kesenangan dicabut dan diganti dengan berbagai siksa yang mengerikan, baik ketika di kubur, di padang mahsyar, maupun di neraka.
Para Hadirin jama'ah Jum'ah yang berbahagia
pada akhirnya khutbah ini sebagai pengingat, agar kita senantiasa berbaik sangka kepada Allah swt. Dan bahwa semua yang terjadi dalam kehidupan kita ini, sesungguhnya Allah telah menyiapkan hikmahnya. Semoga kita semua senantiasa diberi petunjuk oleh-Nya dalam mengarungi sisa umur kita. amien
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar