KHOTBAH JUM'AT
Khutbah Menyambut Peringatan Maulid Nabi
Khutbah I
اْلحَمْدُ
للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ
النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك
لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى
سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى
يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي
اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال
تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صَدَقَ
اللهُ العَظِيمْ
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Setiap tanggal 12 Rabiul Awal kita
memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau yang sering disebut Maulid
Nabi. Peringatan Maulid Nabi memang tidak diperintahkan secara khusus, baik
oleh Al-Qur’an maupun Hadits. Peringatan ini baru diadakan untuk pertama kali
ratusan tahun setelah Nabi Muhammad SAW wafat, yakni pada abad ke-7 hijriah di
wilayah Irak sekarang atas perintah Raja Irbil bernama Muzhaffaruddin
Al-Kaukabri.
Meski tidak ada perintah yang tegas,
peringatan maulid Nabi juga tidak ada larangan yang jelas. Sesuatu yang tidak
ada perintah sekaligus tidak ada larangan boleh dilakukan. Hal ini dalam hukum
Islam disebut mubah. Sesuatu yang mubah akan mendapatkan pahala apabila ada
niat dan tujuan yang baik (ibadah), dilakukan dengan cara yang baik dan
terbukti mengasilkan sesuatu yang baik.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Nabi Muhammad SAW lahir dan dibesarkan dalam
keluarga sederhana. Dari usia dini beliau sudah yatim piatu. Ayah beliau wafat
ketika Nabi masih dalam kandungan. Usia enam tahun, inbundanya wafat. Lalu
disusul kakek beliau juga wafat. Dan akhirnya beliau diasuh Paman Abu Thalib.
Abu Thalib sendiri bukan orang kaya, padahal putranya banyak. Keadaan inilah
yang menjadikan beliau harus bekerja keras sejak kecil untuk mencari nafkah. Beliau
pernah menjadi penggembala kambing. Juga beliau pernah membantu pamannya
berjualan di Syam. Yang terakhir ketika sudah dewasa beliau bekerja sebagai
buruh atau karyawan pada seorang janda bernama Khadijah. Pekerjaan beliau
adalah menjalankan perdagangan di perusahaan janda tersebut. Dari buhungan
seperti itulah kemudian beliau menikah dengan Khadijah yang tak lain adalah
majikannya sendiri.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Kehidupan Nabi Muhammad sebagaimana uraian
tersebut, dapat kita temukan rekamannya dalam Surat Adh-Dhuha. Dalam ayat ke-3,
Allah SWT berfirman:
مَا
وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ
Artinya: “Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan
tiada (pula) benci kepadamu.”
Allah sekali-kali tidak bermaksud
meninggalkan Nabi Muhammad di waktu kecilnya. Tidak pula Allah bermaksud
menelantarkan hidup beliau sehingga beliau harus bekerja keras mencari nafkah
meskipun masih kanak-kanak. Juga, Allah SWT tidak bermaksud membenci beliau
sehingga ketika masih dalam kandungan saja, ayah beliau Abdullah sudah dipanggil
menghadap-Nya. Ketika usianya baru enam tahun dan masih sangat membutuhkan
kasih sayang seorang ibu, Aminah pun wafat. Belum hilang kesedihan beliau
karena ditinggal ibunya, kakeknya pun menyusul wafat dua tahun kemudian.
Sempurnalah sudah kesedihan dan penderitaan beliau sebagai seorang yatim piatu
dengan meninggalnya ayah, ibu dan kakek untuk berpisah selama-lamanya.
Dari semua penderitaan itu, tidak ada maksud
Allah SWT menelantarkan beliau, tetapi justru Allah SWT sedang mempersiapkan
beliau menjadi seorang pemimpin besar kelak di kemudian hari. Seorang pemimpin
harus peka terhadap kesulitan-kesulitan yang dipimpinnya dan dapat memberikan
solusi dari kesulitan-kesulitan itu. Kepekaan seperti itu sulit dimiliki oleh
para pemimpin yang tidak pernah mengalaminya sendiri kesulitan-kesulitan
seperti itu. Dengan kata lain, Allah sesesungguhnya menggembleng jiwa dan sikap
mental beliau untuk menghadapi berbagai macam kesulitan dan tantangan berkaitan
tugas beliau kelak menjadi seorang nabi. Apalagi beliau disiapkan dan
ditetapkan oleh Allah SWT menjadi nabi terakhir hingga akhir jaman.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Dalam ayat berikutnya, yakni ayat ke-4, Allah
berfirman:
وللاخِرَةُ
خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْأُولَى
Artinya: “Dan sesungguhnya hari kemudian itu
lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).”
Dalam hidup ini yang terpenting adalah apa
yang terjadi di akhir dan bukan di permulaan. Berakit-rakit ke hulu,
berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.
Maka bisa dimengerti Nabi Muhammad hidup dalam kesulitan di masa kecilnya
karena semua kesulitan itu bermanfaat membentuk karakter beliau menjadi seorang
yang tangguh lahir dan batin – jiwa dan raga. Ketangguhan seperti itu memang
sangat diperlukan kelak ketika Nabi Muhammmad berdakwah menyampaikan wahyu dan
kebenaran dari Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Kita semua tahu bahwa
dalam berdakwah Nabi Muhammad SAW menghadapi banyak hambatan, gangguan dan
bahkan ancaman pembunuhan dari berbagai pihak, terutama dari kelompok yang
dipimpin Abu Jahal dan kawan-kawan. Tetapi semua hambatan, gangguan dan ancaman
itu dapat dilalui dengan baik karena Nabi Muhammad SAW sudah terlatih
menghadapi kesulitan-kesulitan sejak kecil.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Buah dari penderitaan, kesulitan, dan
perjuangan beliau yang tanpa kenal menyerah memang luar biasa, yakni dalam
waktu singkat yang hanya memakan waktu 23 tahun saja, Nabi Muhammad telah
berhasil memiliki pengikut yang cukup banyak. Beliau berhasil merubah
masyarakat yang semula penyembah berhala menjadi beriman tauhid, yakni hanya
menyembah kepada Allah SWT semata. Masyarakat telah berubah dari masyarakat
yang semula menerapkan hukum rimba dimana yang dominan dan kuat akan selalu
menjadi pemenang, menjadi masyarakat yang berdasarkan keadilan tanpa memandang
latar belakang suku maupun status sosial. Di dalam Islam memang semua manusia
pada dasarnya sama karena mereka semua berasal dari asal usul yang sama, yakni
Nabi Adam AS. Satu-satunya yang membedakan mereka hanyalah ketakwaan
masing-masing kepada Allah SWT.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Ayat kelima dari Surat Adh-Dhuha berbunyi:
وَلَسَوْفَ
يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى
Artinya: “Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan
karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas.”
Allah SWT telah berjanji bahwa semua
penderitaan, kesulitan dan susah payah Nabi Muhammad SAW dari waktu kecil
hingga belaiu diangkat menjadi seorang nabi akan dibalas oleh Allah dengan
keberhasilan yang cemerlang sebagaimana telah diuraikan. Atas keberhasilan itu
Nabi Muhammad SAW bersyukur kepada Allah SWT. Beliau bersyukur tidak hanya atas
keberhasilan dakwah-dakwah beliau, tetapi juga atas perlindungan Allah SWT
sehingga beliau meskipun seorang yatim piatu beliau dapat meraih pertolongan
untuk mendukung keberhasilan dakwah-dakwah tersebut. Perlindungan ini
sebagaimana dimaksud dalam ayat keenam sebagai berikut:
أَلَمْ
يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىٰ
Artinya: “Bukankah Dia mendapatimu sebagai
seorang yatim, lalu Dia melindungimu?”
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Selanjutnya, ayat ketujuh dari Surat
Adh-Dhuha berbunyi:
وَوَجَدَكَ
ضَالًّا فَهَدَىٰ
Artinya: “Dan Dia (Allah) mendapatimu sebagai
seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.”
Sudah banyak diceritakan bagaimana kebingunan
Nabi Muhammad ketika akan memasuki masa kenabiannya sehingga beliau menyepi di
Gua Hira’ untuk mencari jawaban dari apa yang sebenarnya sedang terjadi pada
beliau pada waktu itu. Di Gua Hira’ itulah Nabi Muhammad mendapatkan wahyu
pertama kali yang diterimanya melalui malaikat Jibril AS.
Ayat ketujuh itu diikuti dengan ayat
kedelapan yang berbunyi:
وَوَجَدَكَ
عَائِلًا فَأَغْنَىٰ
Artinya: “Dan Dia (Allah) mendapatimu sebagai
seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.”
Pada akhirnya keadaan ekonomi Nabi Muhammad
mengalami perubahan dari kekurangan menjadi kecukupan. Abu Muhammad al-Husayn
bin Mas'ud al-Baghawi dalam kitab tafsirnya berjudul Tafsir Al-Baghawi,
halaman 456, jilid 8, menjelaskan bahwa Allah mengayakan Nabi Muhammad SAW
salah satunya dengan harta Khadijah. Artinya keadaan ekonomi Nabi Muhammad
membaik setelah beliau bekerja di perusahaan Khadijah dan kemudian Khadijah
meminta beliau menjadi suaminya.
Dengan harta kekayaan Khadijah itulah Nabi
Muhammad SAW dapat membiyai dakwah-dakwahnya karena Khadijah memang menyediakan
dan merelakan harta kekayaanya digunakan suaminya untuk berjuang di jalan
Allah. Khadijah adalah orang kedua setelah Nabi yang memeluk Islam sekaligus
merupakan perempuan pertama yang masuk Islam. Maka bisa dimengerti Nabi
Muhammad SAW sangat mecintai dan menghargai Khadijah yang telah berjasa besar
dalam mendampingi dan mengembangkan dakwah-dakwah beliau. Dengan kata lain,
keberhasilan dakwah Islam tidak lepas dari peran penting seorang perempuan kaya
raya. Perempuan itu bernama Khadijah RA, istri beliau yang pertama dan utama.
جَعَلَنا
اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ
عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
باَرَكَ
اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ
وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ
رَحِيْمٌ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ
وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا
وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ
ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama
Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar