Doa, Tatakrama, dan Cara
Bersuci saat Buang Air
Selaras dengan tuntunan Rasulullah SAW, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seseorang yang buang air, yakni:
Tidak buang air sembarangan, khususnya di
tempat berteduh, tempat berkumpul manusia, di bawah pohon yang sedang berbuah,
di jalanan, di lubang hewan, dan lainnya. Karena hal tersebut berpotensi
merugikan manusia dan makhluk lainnya, sedangkan Islam mengajarkan untuk tidak
merugikan siapa pun.
Haram hukumnya menghadap atau membelakangi
arah kiblat apabila buang air di tempat terbuka. Adapun bila dilakukan di
tempat tertutup yang disediakan khusus untuk buang air semisal toilet, maka
hukumnya makruh.
Menggunakan tangan kiri saat bersuci (cebok)
Adapun praktik buang air dan bersuci
sesudahnya sesuai tuntunan Rasulullah ialah:
1) Saat hendak masuk toilet berdoa:
بِسْمِ
اللهِ اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك من الْخُبْثِ وَالْخَبَائِثِ
Bismillâhi Allâhumma innî a’ûdzu bika
minal khubutsi wal khabâitsi
“Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari godaan
iblis jantan dan betina.”
Hikmah doa ini adalah meminta perlindungan
dari Allah agar kita terhindar dari Iblis betina dan jantan yang sering membuat
kita was-was dalam bersuci, menggoda kita dengan khayalan yang tidak baik saat
masuk toilet, dan agar Allah menjaga alat kelamin kita dari perbuatan keji lagi
hina, yakni zina.
Doa ini diucapkan saat kita hendak masuk
tolet, namun posisi kita masih berada di luar toilet, karena begitu kita sudah
masuk toilet, maka kita tidak boleh lagi mengucapkan ucapan-ucapan agung
seperti nama Allah, nama Rasul, ayat Al-Qur’an, dan doa-doa.
Perlu diingat bahwa toilet merupakan tempat
manusia membuang kotoran, sehingga tidak layak dijadikan tempat mengucapkan
ucapan-ucapan yang agung. Ketidaklayakan ini berlaku pula di tempat tidak baik
lainnya seperti di penampungan kotoran hewan dan lain-lain.
2) Masuk toilet dengan mendahulukan kaki
kiri.
3) Membuang kotoran kita pada lubang kakus,
bukan di dinding atau di lantai toilet.
4) Duduk saat buang air kecil, apalagi buang
air besar.
5) Mentuntaskan keluarnya kotoran. Ada
kalanya dengan berdehem-dehem, atau dengan mengelus alat kelamin atau perut
kita dengan tujuan melancarkan dan menuntaskan keluarnya kotoran.
Di antara hikmah melakukan hal ini adalah
agar kita terhindar dari penyakit akibat masih adanya sisa kotoran dalam tubuh
kita yang belum terbuang, dan agar kita terhindar dari rasa was-was. Seringkali
pasca buang air kita merasa was-was seolah kotoran keluar lagi dari tubuh kita.
Tindakan ”menuntaskan” ini merupakan bagian
dari upaya kita untuk menghindari was-was tersebut.
6) Melakukan istinja’ (cebok) menggunakan
tangan kiri. Ada tiga macam cara melakukan istinja, yakni:
Dengan menggunakan tiga buah batu atau bisa
diganti dengan tiga lembar tisu. Namun apabila masih belum bersih, maka ditambah
lagi hingga ganjil, lima atau tujuh dan seterusnya.
Ini dilakukan apabila tidak ada air, atau ada
air yang tersedia, namun disediakan untuk minum.
Dengan menggunakan air
Menggunakan tiga lembar tisu terlebih dahulu,
dan diakhiri dengan menggunakan air. Cara istinja yang ketiga ini adalah yang
terbaik.
7) Keluar toilet membaca doa:
غُفْرَانَكَ
الْحَمْدُ لِلهِ الذي أَذْهَبَ عَنِّيْ الْأَذَى وَعَافَانِيْ اللهم اجْعَلْنِيْ
مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ. اللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِيْ مِنَ النِّفَاقِ وَحَصِّنْ
فَرْجِيْ مِنَ الْفَوَاحِشِ
Guhfroonaka alhamdulillahi alladzi adzhaba
‘anni al-adza wa ‘aafaani. Allahumma ij’alni minat tawwaabiina waj’alni minal
mutathohhiriin. Allahumma thohhir qolbi minan nifaaqi wa hashshin farji minal
fawaahisyi
“Dengan mengharap ampunanmu, segala puji bagi
Allah yang telah menghilangkan penyakit dari tubuhku, dan mensehatkan aku. Ya
Allah, jadikanlah aku sebagian dari orang yang bertaubat dan jadikanlah aku
sebagian dari orang yang suci. Ya Allah, bersihkan hatiku dari kemunafikan, dan
jaga kelaminku dari perbuatan keji (zina).”
Ketika berada di kamar mandi, barangkali ada
kesalahan yang kita perbuat semisal tidak sengaja menghayalkan hal yang
tidak-tidak dan lain sebagainya, oleh karenanya saat keluar kita meminta
ampunan pada Allah, dilanjutkan dengan bersyukur pada Allah yang telah
menghilangkan penyakit dan kotoran dari diri kita, sambil tidak lupa memohon
agara Allah menjadikan kita sebagai orang yang baik dan menjaga kita dari
perbuatan tercela.
Disarikan dari:
Mustafa al-Khan dan Musthafa al-Bagha, Al-Fiqh
al-Manhaji ‘ala Madzhabi Imam al-Syafi’i (Surabaya: Al-Fithrah, 2000), Juz
I, hal. 51
As-Suyuthi, Jami'ul Ahadits, juz 33,
hal. 220
[]
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar