Abdurrahman bin Shakhr atau yang lebih dikenal dengan nama kun-yah Abu Hurairah adalah seorang sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang namanya sering disebut dalam kutubu-l hadits (kitab-kitab hadits). Dalam thabaqatu-s shahabah, beliau-lah yang paling banyak meriwayatkan hadits dengan total mencapai 5.374 buah.
Jumlah sebanyak ini memicu munculnya stigma negatif yang dilancarkan oleh para
orientalis dan sarjana Muslim mengingat beliau baru masuk Islam dan menjadi
ahlu-s shuffah pada tahun 7 H. Artinya, Abu Hurairah hanya sekitar tiga tahun
saja mendapat pengajaran dari Nabi Muhammad ﷺ. Hal ini tentu berbanding terbalik dengan
total periwayatan sahabat lain yang sedari awal sudah membersamai Nabi dalam
Islam.
Kisah peremehan dan perendahan kepada Abu Hurairah tercatat dalam Hilyatu-l Auliya’ wa Thqbaqatu-l Ashfiya’ susunan Imam Abu Nu’aim Al-isfahani (Daru-l Kutubi-l ‘Ilmiyyah, juz 1, hal. 105). Pada bab tentang kekeramatan Abu Hurairah, beliau mengutip sebuah kisah sebagaimana yang diceritakan oleh Qadhi Abu Thayyib:
Kami pernah berada dalam suatu majelis diskusi dan tiba-tiba datang seorang
pemuda dari Khurasan (Iran) bertanya tentang suatu permasalahan dan meminta
dalil tentang masalah tersebut. Maka seorang dari kami mendatangkan hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dari jalur Abu Hurairah. Akan
tetapi pemuda itu menolak menerimanya dan berkata, “Hadits dari Abu Hurairah
tidak boleh diterima…”
Entah karena memang membenci Abu Hurairah atau orang tersebut tidak tahu bahwa
permintaan beliau ‘Wahai, Rasulullah! Kami memohon ilmu yang tidak akan
dilupakan’ telah diaminkan oleh Nabi Muhammad ﷺ, maka keajaiban pun
terjadi.
Belum sempat si pemuda menyelesaikan kalimatnya, seekor ular jatuh dari arah
atas sehingga orang-orang yang ada di sana lari tunggang-langgang menghindari
gigitan dan lilitan hewan ini. Anehnya, ular yang jatuh itu hanya mengejar
pemuda tersebut dan tidak mengejar yang lain. Menyadari dirinya telah melakukan
kesalahan, akhirnya dia berkata, “Aku bertobat, aku bertobat!” sehingga ular
itu menghilang tanpa bekas.
Semoga dengan kisah ini, kita selalu tergolong sebagai golongan yang selalu
memuliakan para sahabat Nabi Muhammad ﷺ tanpa ada sedikitpun rasa benci yang tertanam
di hati. Aamiin. []
Moch. Adnan Al Ghafiqi, Tenaga pendidik MTs NU Islamiyah Situbondo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar