Ya, putra kedua kami, yang masih duduk di
bangku kelas 4 SD ini, dari hari pertama puasa sampai dengan hari ke-18 itu
telah melaksanakan aktifitas tidak makan dan tidak minum dari subuh sampai
maghrib dengan sempurna. Tiada bolong satupun di antaranya.
Walhasil, dengan melihat prestasi puasa yang
telah diraihnya, akhirnya kami mengajak Mas Rizal dan Dede’
Dimas untuk berbuka puasa bersama di salah satu rumah makan di Cikarang.
Sengaja Bang Abiel tidak diajak serta dikarenakan beliau sedang mengikuti
Pesantren Kilat di sekolahnya.
Singkat kata, malam itu Mas Rizal sungguh
merasa puas dikarenakan keinginannya dikabulkan oleh Ayah dan Mamanya. Nasi goreng
special kesukaannya adalah menu yang dipilihnya saat itu. Ditambah dengan
minuman segar dan es krim lezat sebagai penutup hidangan.
Minggu menjelang subuh, 28 Juli 2013, seperti
biasanya, Mama Rizal membangunkan putranya untuk bersama – sama makan sahur.
Namun alangkah kagetnya, tatkala Mama memegang kaki Mas Rizal, terasa panas
sekali tidak seperti biasanya. Kemudian tangan Mama pindah ke badan, leher, dan
dahi. Semuanya terasa panas.
Kebetulan alat pengukur suhu di rumah sedang
rusak, tapi dengan metode perasaan hati Mama, bisa diperkirakan suhu badan Mas
Rizal saat itu di atas 39 derajat celsius. Setelah diberikan obat penurun
demam, akhirnya diputuskan bahwa Mas Rizal tidak perlu ikut makan sahur bersama,
dan diberikan dispensasi tidak berpuasa sampai sekitar 3 hari ke depan.
Hari berganti menjadi Senin, namun demam Mas
Rizal tetap tidak juga turun. Akhirnya, Senin, 29 Juli 2013 malam, Ayah
mengantar Mas Rizal ke sebuah Rumah Sakit yang terletak tidak jauh dari rumah.
Setelah mendaftar di bagian administrasi, lantas
Mas Rizal ditimbang berat badannya oleh perawat: 24 kilogram lebih sedikit.
Tidak perlu menunggu lama, akhirnya MAs Rizal dipanggil ke dalam ruang
pemeriksaan poli umum, menghadap kepada dokter Dedi yang sangat ramah.
Pemeriksaan dilakukan secara teliti, diskusi
juga beberapa kali dilkukan sehingga sampai pada kesimpulan sementara bahwa
tenggorokan Mas Rizal terlihat sangat merah dan amandel nya membengkak. Oleh
dokter Dedi, diberikan obat penurun panas, obat hisap untuk tenggorokan, dan
sebotol antibiotik. Sebelum pulang, dokter Dedi juga titip pesan bahwa jika
sampai tiga hari ke depan kondisinya belum membaik, minta kembali lagi. ***
Rawat Inap
Senin, Selasa, dan akhirnya Hari berganti
menjadi Rabu. Ya, Rabu siang tanggal 31 Juli 2013, kondisi Mas Rizal belum juga
membaik, panasnya masih tinggi, bahkan disertai muntah dan badan menggigil.
Akhirnya, setelah dengan persetujuan Ayah, Mama
Rizal kembali datang ke Rumah Sakit tersebut untuk melakukan pemeriksan ulang.
Kali ini, dengan tujuan agar pemeriksaannya lebih spesifik, dipilihlah dr.
Gracia Anggawidjaja, Spesialis Anak. Setelah konsultasi dan membaca riwayat medis
Mas Rizal, diputuskan bahwa Mas Rizal harus menjalani tes darah.
Sekitar satu jam setelahnya, hasil pemeriksaan
darah sudah keluar dan langsung dibaca oleh dokter Gracia. Oh Tuhan,
trombostnya Mas Rizal 127 (ribu) dari seharusnya minimal 150. Gejala Demam
Berdarah, dan diputuskan harus RAWAT INAP.
Mama Rizal langsung galau mendengar keputusan
dokter Gracia, dan segera menghubungi Ayah untuk meminta pertimbangan dan
keputusan. Sama halnya dengan Mama yang galau, sang Ayahpun tidak kalah
galaunya. Bagaimana tidak, Mas Rizal harus menjalani rawat inap sementara Hari
Sabtu pagi, 03 Agustus 2013, jam 9.00, seluruh keluarga harus Mudik ke rumah
Embah di Mojokerto sana? Diskusi ke sana ke mari, meminta pertimbangan ke sana dan
ke mari juga, akhirnya Ayah dan Mama menyetujui usul dokter Gracia.
Duh Tuhan, cobaan dan peringatan apalagi yang
panjenengan timpakan kepada kami? Kami ingin semuanya lancar, Mas Rizal harus
segera sembuh, harus segera keluar dari RS, dan harus juga berangkat bertemu
Embah.
Rabu siang, Ayah mengajukan izin untuk pulang
cepat agar dapat segera ke RS menemani Mas Rizal. Motor karisma kesayangan
ayah, dipacu dengan cepat, serasa tidak sabar bertemu Mas Rizal. Di lantai dua,
kamar nomor 2002, terlihat Mas Rizal terbaring dengan lemah. Namun dia kuat,
berusaha tetap tersenyum dan mencerahkan wajahnya. Usaha Mas Rizal yang hebat
ini, sepertinya tetap tidak bisa menyembunyikan rasa sedihnya.
Sepertinya Mas Rizal juga paham dan memendam
sebuah perasaan, kenapa dia harus menjaani rawat inap, sementara rencana mudik
lebaran pada Sabtu nanti sudah diketahui seluruh keluarga dengan semangat
membara?
Beberapa malam Ayah menemani Mas Rizal, dan
beberapa kali juga Ayah menyeka air mata Mas rizal. “Yah, gara – gara Mas
Rizal, kita tidak jadi mudik ke Mojokerto, ya?”, beberapa kali ucapan begitu
keluar dari mulut mungil Mas Rizal.
“Tidak Mas… Mas Rizal akan segera sembuh. Makan
yang banyak, minum yang banyak. Semoga nanti kita bisa bersama – sama bertemu
Embah”, demikian hibur sang Ayah. ***
Membatalkan Rencana Mudik Lebaran
Setelah menenangkan emosi, setelah menguatkan
diri, dan setelah semuanya terkendali, Ayah kemudian bisa berpikir jernih.
Kejernihan berpikir tanpa dilandasi dengan emosi, diharapkan dapat menghasilkan
sebuah pemikiran dan keputusan yang tepat dan bijaksana. Dengan
mempertimbangkan banyak hal, rekomendasi dokter, masukan dari banyak keluarga
dan teman, akhirnya diambil sebuah keputusan.
Ayah akhirnya mengambil keputusan bahwa rencana
mudik lebaran akan ditinjau ulang dengan mempertimbangkan hasil pemeriksaan
darah Mas Rizal yang dilakukan dua kali sehari. Pemeriksaan darah, khususnya
kadar trombosit, dilakukan olah pihak RS pada pagi hari, sekitar jam enam, dan
malam hari sekitar jam 7 sampai jam 9.
Mudik Lebaran akan tetap dilakukan jika pada
Hari Jum’at, 02 Agustus 2013, tren tombosit mengalami kenaikan, walaupun tidak
signifikan. Namun, mudik lebaran akan dibatalkan jika pada hari itu tren
trombosit mengalami penurunan.
Jum’at siang, tanggal 02 Agustus 2013. sekitar
jam 10-an, setelah melihat dengan seksama hasil pemeriksaan darah trombosit,
khususnya pada pemeriksaan ke-5, yang mana hasilnya mengalami penurunan dari
sebelumnya 86 menjadi 83 (ribu), dengan mengucapkan bismillahirrahmaanirrahiim,
akhirnya Ayah memutuskan membatalkan rencana Mudik Lebaran 2013.
Dengan rasa ikhlas dan besar hati, Ayah
kemudian menghubungi pantia mudik lebaran di kantor untuk memberitahukan
pembatalan. Dan juga menghubungi seluruh keluarga di Mojokerto tentang perihal
yang sama.
Selanjutnya, setelah membuat keputusan yang
sangat berat ini, hari – hari selanjutnya dicurahkan seluruhnya untuk kebaikan
Mas Rizal. Ayah, Mama, Abang Abiel, dan Dede’ Dimas memberikan semangat penuh
kepada Mas Rizal seorang.
Dukungan semangat dari seluruh keluarga,
rupanya menjadi resep yang sangat mujarab bagi Mas Rizal. Minum menjadi banyak,
makan menjadi lahap, dan keceriaan tiada terputus.
Sabtu ba’da maghrib, 03 Agustus 2013, perawat
mengambil sampel darah lagi Mas Rizal, dan alhamdulillah, trombosit kembali
mengalami kenaikan dari sebelumnya 83, kemudian 98, dan akhirnya 120.
Melihat hasil yang menggembirakan, akhirnya dr.
Gracia mengizinkan Mas Rizal yang lahir pada 29 Maret 2004 ini pulang dan berkumpul kembali dengan seluruh
keluarga.
Allaahumma rabban naasi adzhibil ba'sa isyfi,
antasy syaafii, laa syifaa'a illaa syifaa'uka syifaa'an laa yughaadiru aqmaa. Ya
Allah, Tuhan yang memelihara manusia, hilangkanlah kesusahan ini, sembuhkanlah
ia. Engkaulah Yang Maha Menyembuhkan, tidak ada suatu penyembuhan kecuali
penyembuhan Engkau, sembuh dan tidak diiringi sakit lagi.
Allaahumma rabban naasi mudzhibal ba'si, isyfi
antasy syaafii, laa syaafiya illaa anta, syifaa'an laa yughadiru saqmaa. Ya
Allah, Tuhan yang memelihara manusia, yang menghilangkan sakit ini,
sembuhkanlah dia, Engkaulah Yang Menyembuhkan, tidak ada yang dapat
menyembuhkan kecuali Engkau, sembuh dan tidak diiringi sakit yang lain lagi.
Al Faatihah…
ANANTO PRATIKNO
Duhhh...baru tahu kalau anaknya sakit. Mohon maaf lahir bathin. Ke Asyikan menikmati Ramadhan dan mengejar Lailatul Qadar...
BalasHapusTerima kasih, tadz. Alhamdulillah, Mas Rizal sekarang sudah baik-baik saja dan bisa kembali sekolah.
Hapus