Rabu, 28 Agustus 2013

Pasukan Jin dan Malaikat


Pasukan Jin dan Malaikat

 

Kalangan pesantren sangat akrab dengan istilah jin, bahkan konon beberapa kiai memiliki santri yang terdiri dari para jin bahkan mereka di antaranya menjadi khadam (pelayan) kiai. Banyak juga kiai yang tidak mau berurusan dengan mahluk itu. Namun demikian semuanya mengenal dengan baik, sekalipun bagi mereka yang belum pernah menyaksikan.

 

Alkisah ketika NU hendak melaksanakan Rapat Akbar di Lapangan Timur senayan yang mahaluas itu dengan menghadirkan satu juta warga membuat mesyarakat geger, terutama kalangan aparat keamanan dan menteri dalam negeri. Menurut polisi, susah mengamankaan massa yang sedemikian besar. Sementara menurut Mendagri yang bagian mengeluarkan perizinan, secara teknis sulit bagaimana mengatur mereka, menyediakan makanaan dan menyediakan WC untuk mereka.

 

Melihat kenyataan itu pemerintah menghendaki agar PBNU NU mengurungkan niatnya. Pemerintah tidak berani melarang secara terus terang karena tujuan rapat akbar itu merupakan doa bersama dan Apel Kesetiaan Pada Pancasila. Padahal saat itu Pancasila sedang digunakan rezim untuk memukul pihak lain yang dianggap berseberangan dengan pemerintah. Dengan cara itu NU tidak bisa lagi dituduh tidak setia apalagi anti Pancaasila.

 

Persoalan itu ramai di kabar media masssa, hal itu mendorong beberapa paranormal mendatangi panitia yang diketuai oleh Abu Hasssan. Ditengah menghadapi terpaan halangan yang berbagai macam itu kelihatan Abu Hasan terpengaruh oleh promosi paranormal yang mengaku bisa mendatangkan pasukan jin untuk mengamankan Rapat Akbar tersebut. Lalu Abu Hasan menanyakan hal itu pada Wakil Sekjen PBNU H Ahmad Bagdja. Wasekjen itu tidak menolak tetapi menyanggupi untuk mencari jalan yang lebih bagus. Lalu diserahkan lah urusan pasukan jin itu kepada Ahmad Bagdja.

 

Setelah bertemu pengurus PBNU, paranormal tadi sempat berbincang dengan wartawan, sehingga isu akan hadirnya ribuan pasukan jin itu juga menghiasi media masssa, yang bikin pemerintah dan masyarakat makin kaget. Sejak saat itulah wacana tentang jin muncul dalam perbincangan pilitik dan publik.

 

Dalam setiap rapat panitia, setelah membicarakan soalal acara, konsumsi akomodasi dan keamanan yang ditangani oleh belasan ribu banser itu, Abu Hassan masih menandaskan bahwa sesuangguhnya banser haarus tetap berkordinasi dengan pasukan besar yang dipimpin Pak Bagdja. Tentu saja peserta penasaran, pasukan besar mana yanag dibawa pak Baagdja, sehingga semuanya merasa hormat pada Pak Bagdja, sementara yang bersangkutan hanya tersenyum dalam hati. Tetapi setidaknya ia puas bisa meyakinkan pada panitia menghadapi tekanan Orde Baru dari segala penjuru itu. Sehingga isu pasukan jin juga bisa mengguatkan niat mereka dan termasuk membuat grogi aparat yang mau menggnggu acara itu. Karena itu Bagjda dan Gusa Dur hanya tersenyum ketika dikonfirmasi wartawan tentang adanya pasukan jin tersebut.

 

Ketika dana dirturunkan, Bagdja merasa geli dengan pekerjaan barunya itu, sebab ia sama sekali tidak mengenal paranormal, apalagi Jin. Lalu dibicarakanlah dengan beberapa tokoh NU, kemudian diambil keputusan dana tersebut digunakan untuk melakukan doa memohon keselamatan kepada Allah di berbagai masjid dan Surau yang ada di Jakarta. Dengan doa itu para pengurus NU yakin Allah akan menurunkan pasukannya terdiri dari malaikat unutk melindungi mereka. Maka dibelilah ribuan tasbih dan dicetak pula ribuan eksemplar surat yasin dengan logo PBNU. Dengan demikian selama dua minggu mereka melakukan riyadloh untuk kesuksesan dan keselamatan Rapat Akbar.

 

Karena sejak revolusi 1966 belum ada model mobilisasi masa besar, sehingga membuat repot penyelenggara dan aparat keamanan termasuk pemerintah. Maka dengan adanya doa itu ketua panitia menjadi makin percaya diri. Dengan kesiapan panitia itu Gus Dur juga semakin tegar tidak mau mundur dari niatnya walaupun tekanan dari Orde Baru cukup kuat, ditambah komentar para pengamat yang meremehkan acara tersebut, hanya sebagai show of force yang tidak berarti.

 

Baiklah acara dijalankan dan ternyata berjalan lancar. Orang mengira, itu karena dijaga jin. Sementara kalangan NU merasa mereka berada di bawah lindungan Allah, karena memang mereka selalu memanjatkan doa adalam acara itu. Namun demikian Abdurrahman Wahid tetapi masih kurang puas karena merasa beberapa peserta dari luar kota dihadang oleh aparat keamanan sehingga mereka tidak bisa menghadiri Rapat Akbar. (MDZ)

 

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar