Jumat, 27 Juni 2014

(Ponpes of the Day) Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah, Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas - Jawa Tengah



Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah, Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas – Jawa Tengah



Sejarah Singkat Ath-Thohiriyyah

Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah yang berada di Kampung Parakanonje, Desa Karangsalam, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas, merupakan sosok pesantren yang telah mengalami sejarah panjang. Jika ditelusuri lebih jauh, asal mula berdirinya Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah merupakan perkembangan dari sebuah kelompok pengajian yang dirintis oleh KH. Muhammad Sami’un pada tahun 1960-an.

Semasa hidupnya, syiar agama di kampung tersebut cukup semarak. Ia termasuk sosok yang disegani. Karena cukup mumpuni dalam ilmu agama serta kedudukannya sebagai mursyid tarekat Syadziliyah. Sehingga tidak hanya masyarakat sekitar yang berguru kepada beliau, akan tetapi banyak pendatang dari kota lain. Seperti, Jatilawang, dan Wangon. Selain itu, ia dapat berkomunikasi dengan Belanda semasa penjajahan dulu. Hal ini bisa dimaklumi, karena masa mudanya ia pernah ikut bekerja pada pemerintah Hindia Belanda.

Kiai yang pernah nyantri di Pesantren Tremas Pacitan selama 12 tahun ini adalah sosok yang dikenal masyarakat luas memiliki kearifan, kharisma, dan pola hidup sederhana. Meski demikian ia tegas dalam prinsip. Ia meninggal dunia tahun 1973 /23 Ramadhan 1392. Sepeninggal KH. Muhammad Sami’un, syiar keagamaan tersebut terasa surut. Karena saat itu tidak ada penerus yang bisa menggantikannya.

Dalam rangka untuk menyelamatkan kiprah perjuangan beliau maka pada tahun 1989, bangkitlah kelompok studi yang dikelola oleh remaja Islam Parakanonje. Kelompok studi tersebut mempelajari Al-Quran, Fasholatan, bahasa Arab dan bahasa Inggris. Seiring dengan berkembangnya zaman, kelompok studi ini mendapat angin segar dari masyarakat sehingga dalam waktu yang singkat muridnya mencapai 350 anak. Karena tidak mempunyai tempat yang menetap, akhirnya atas saran KH. Muhammad Thoha Al-Hafidz kegiatan belajar mengajar di pusatkan di Masjid An-Ni’mah Parakanonje.

Pada perkembangan berikutnya, kegiatan belajar mengajar terus berkembang dengan menambah pelajaran keagamaan. Beberapa tahun setelah kepulangan KH. Muhammad Thoha Al-Hafidz dari Makkah, mulailah berdatangan santri yang belajar kepada beliau. Melihat kondisi kelompok studi yang semakin berkembang dan bertambahnya santri mukim yang belajar, serta dukungan masyarakat dan pihak-pihak lain dengan didasari niat suci untuk melestarikan perjuangan KH. Muhammad Sami’un dalam mensyiarkan agama Islam, maka diresmikanlah Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah. Peletakan batu pertama dilakukan Oleh Hj. Shofiyah Umar (Solo) pada tanggal 12 Desember 1992 atau 25 Jumadil Akhir. Dan sampai sekarang dipimpin oleh KH. Muhammad Thoha Al Hafidz beserta para kiai, dan ustadz lainnya.

Pesantren Ath Thohiriyah Banyumas

Seiring dengan tumbuh kembangnya Madrasah Diniyah di desa-desa, sebuah kelompok kursus Bahasa Arab kita menjelma menjadi Madrasah Diniyah Al-Mustaqbal (Ath-Thohiriyyah). Ini terjadi di dusun Parakanonje, desa Karangsalam, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas Purwokerto. Ini berarti bahwa jumlah Madin Awaliyah di Kabupaten Banyumas bertambah, yang menurut laporan Kasi RUA Islam setempat hingga akhir 1990 baru 61 buah. Bila idialnya dalamsetiap desa ada sebuah Madin, maka di Kabupaten Banyumas dengan jumlah desanya yang lebih 300, berarti masih banyak desa yang belum ada Madrasah Diniyah.

Pada mulanya adalah sebuah kegiatan kursus Bahasa Arab untuk anak-anak yang belajar mengaji Al-Qur’an di rumah Ustadz Juwaini, yang jumlahnya tidak seberapa banyak. Tapi setelah berjalan beberapa waktu dan kemudian ditingkatkan menjadi Madrasah Diniyah Awaliyah para pengngelola menjadi kewalahan karena jumlah yang semula hanya puluhan membengkak menjadi 400 anak. Untukmenampung animo masyarakat itu, para pengurus itu akhirnya mengambil langkah-langkah yang perlu, sepertimengatur kelas-kelas darurat, menyeleksi tingkat peserta didik dan lain-lain.


Sebenarnya di desa itu sudah pernah ada Madrasah Diniyah tapi sudah hapir lima tahun terakhir kegiatan itu hilang dari peredaran. Entah apa sebabnya lembaga tempat belajar agama sore hari untuk anak-anak itu kemudian tiada kabar beritanya. Padahal orang tua merasa terbantu oleh adanya Madrasah Diniyah itu. Mereka merasakan besar manfaatnya Madin. Disamping anak-anak sepulang dari SD, sore harinya mereka berkesempatan menambah pelajaran agama, tapi waktu sore tidak muspro untuk main-main saja.

Muncul ide untuk menarik minat anak-anak agar lebih giat mengaji, maka sejak 5 Oktober 1989 dirintis adanya Kursus Bahasa Arab oleh sejumlah remaja setempat. Kegiatan kursus tersebut diadakan di rumah Ustadz Juwaini, seorang tokoh yang ada di Karangsalam. Kiprah anak-anak muda itu tidak mleset, kursus Bahasa Arab yang diadakan semula dengan “coba-coba” itu benar-benar telah menarik minat anak-anak yang ternyata masih tinggi minat untuk belajar mengaji. Mereka masuk kursus itu sama dengan belajar di Madrasah Diniyah yang selama ini mereka rindukan.

Pada awalnya kegiatan itu hanya diikuti oleh 30 anak, dan mereka masuknya hanya dua kali(maksudnya 2 hari) dalam seminggu. Kepada mereka disamping mereka diberikan pelajar dasar Bahasa Arab, juga juga diberikan pelajaran beribadah sepeti doa wudlu, shalat, membaca shalawat dan ditambah pelajaran dasar bahasa Inggris. Dari hari ke hari pesertanya kian bertambah, dan sekalipun rumah Ustadz Juwaini tidak bias lagi menampung tapi pihak penggelola tidak bias menolak.

Ketika pesertanya makin membengkak menjadi 60 orang anak, pihak pengngelola semakin ditantang pengetahuannya. Tempat belajar yang selama ini numpang di rumah Ustadz Juwaini, harus mencari tempat lain. Ini pertanda seberapa jauh dukungan masyarakat terhadap kegiatan pengajian tersebut.

Pindah ke Masjid

Bersamaan dengan meluapnya semangat anak-anak untuk ngaji, paratokoh khususnya para pemuka agama desa Karangsalam mulai memikirkan masa depan kegiatan belajar mengajar diserahakan kepada pengngelola untuk diatur dan dilakukan pentaan seperlunya, diantaranya minta petunjuk ke Kantor Depag Kabupaten atau Penilik Pendidikan Agama Islam Kecamatan setempat. Sedang masalah tempat dan kemungkinan mendirikan bangunan Madrasah menjadi pemikiran Kyai dan masyarakat setempat.

Begitulah, ketika pemintanya terus meluap karena tidak hanya anak-anak dari desa Karangsalam saja tetapi juga dari desa sekitar, dua rumah yang selama ini dijadikan tempat belajar sudah tidak mampu lagi menampung. Bagaimana jalan keluar?

Atas saran KH. Thoha Alawy, takmir Masjid Jamik Parakanonje kegiatan tersebut dipindah ke masjid muali tanggal 20 Mei 1990. sekalipun belum memenuhi syarat pendidikan yang klasikal, tapi menempatkan di masjid memang lebih luas. Pesertanyapun memang labih berkembang pula hingga mencapai 400 anak yang ada dipisah menjadi lima kelas.

Apa yang menjadi pemikiran para kyai dan tokoh masyarakat setempat, alhamdulillah secara bertahap dapat diwujudkan. Pada 10 Maret 1991 telah dilakukan peletakan batu pertama pembangunan gedung Madrasah Diniyah Ath-Thohiriyyah “Al-Mustaqbal”. Upacara sederhana itu disaksikan oleh pejabat dan sesepuh tingkat desa dan Kecamatan. Diharapkan usaha gotong royong masyarakat itu akan segera berhasil menenmpatkan murid-murid Madin “Al-Mustaqbal” ke kelas yang memadahi. Dan selanjutnya akan dilakukan pembenahan di bidang kurikulum untuk menyesuaikan dengan Keputusan Menteri Agama No 3 Tahun 1983 tentang kurikulum Madrasah Diniyah.

Visi

Terwujudnya masyarakat religius Indonesia yang beradab, berkeadilan, saling menghormati dan bermartabat sesuai dengan ajaran Ahli Sunnah Wal Jama’ah..

Misi

1.     Menghantarkan para santri menjadi manusia yang shaleh dan shalehah.
2.     Menumbuhkembangkan kecakapan warga pesantren dalam mengamalkan syariat agama Islam.
3.     Menyiapkan kader muslim yang berkualitas di bidang faqahah (kedalaman ilmu agama), ‘adalah (kematangan kepribadian) dan kafa’ah (kecakapan operatif) bagi prakarsa pengembangan masyarakat.
4.     Menanamkan sikap dan kemampuan santri agar memiliki kesalehan individual maupun social

Ciri Khas Pendidikan

1.     Memadukan khazanah Ilmu keislaman As-Salafu Al-Shalih ala Ahli Sunnah wal Jamaah dan ilmu yang berkembang (Kontekstual/khalaf) dalam kehidupan pesantren dan masyarakat.
2.     Tahfidz Al-Qur’an, Madrasah Diniyyah dan BTA (Baca Tulis Al-Qur’an).
3.     Kurikulum yang diajarkan bersifat aplikatif, dituntut pengamalannya untuk sehari-hari.

Tujuan

1.     Menjadikan insan yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakidah Islamiyah menurut paham Ala Ahli SunnahWwal Jama’ah.
2.     Menjadikan warga negara dan masyarakat dunia yang baik, kreatif, cerdas, dan berilmu.

Kurikulum

a. Tahfidz Al-Qur’an
·         Juz Amma Bil Ghaib
·         30 Juz Bin Nadzar
·         30 Juz Bil Ghaib
b. Madrasah Diniyyah
c. Pengajian Kitab
d. BTA (Baca Tulis Al-Qur’an)

Pengasuh dan Ustadz/Ustadzah

Pengasuh : Abuya K.H. Muhammad Thoha Alawy, Al Hafidz
K. Imam Mujahid
Hj. Tasdiqoh, Al Hafidzah
Asatidz : K. Sholeh Mufti
K. Rachmat
K. M. Sa’dullah
K. Amin Qusyairi,A. Ma
Ustadz Dr. Ridwan, M. Ag
Ustadz Dr. H. Muhammad Suraji, M. Ag
Ustadz Mufid Ardiansyah, S. HI
Ustadz Nor Halim, M. Pd I
Ustadz Munawir M.SI
Ustadz Ari Ristianto, S. Pd I
Ustadz Ithourrahman
Ustadz Shohibul Hidayat
Ustadzah Hj. Rifqoh, S. HI, Al Hafidzah
Ustadzah Wiwin Nafisah Al Hafidzah
Ustadzah Nor Aini Al Hafidzah
H. Pendaftaran Santri
Pendaftaran santri baru:
Datang langsung ke Pondok Pesantren
Melalui jaringan Online (sedang dalam proses pembuatan)

Hak dan Kewajiban Santri

a. Hak
1.     Menghadiri majlis pengajian, kursus, pengajian dan kegiatan lain yang diprogramkan oleh Pondok Pesantren.
2.     Mendapatkan pembelaan, perlindungan, bimbingan dan pelayanan.

b. Kewajiban
1.     Tunduk, taat dzohir batin kepada pengasuh Pondok Pesantren
2.     Mendukung dan membantu segala yang diamanatkan kepada santri
3.     Membantu Pondok Pesantren berupa materi/non materi
4.     Memelihara ketenangan dan ketentraman
5.     Bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ketentuan atau peraturan yang ada.

Kegiatan Santri

a. Harian
No
Aktifitas
Waktu
1.
Shalat Subuh
04.30-05.00
2.
Mengaji Kitab Tafsir Jalalain dan Takhasus BTA
05.00-06.15
3.
Tahfidzul Qur’an dan Kitab
16.00-18.00
4.
Shalat Maghrib
18.00-18.30
5.
Mengaji Al-Qur’an/Takhasus BTA
18.30-19.30
6.
Shalat Isya
19.30-20-00
7.
Madrasah Diniyyah dan Tahfidzul Qur’an
20.00-22.00
8.
Istirahat
22.00-04.00
b. Mingguan
No
Aktifitas
Waktu
Hari
Keterangan
1.
Tahsin Al-Qur’an
05-00-06.00
Ahad
Santri Putri
2.
Muhafadzah/Tikraran
05-00-06.00
Jum’at
Santri Putri
3.
Pengajian Kitab
08.00-09.30
Ahad
Santri Putra/Putri
4.
Semaan Bil Ghaib
05-00-06.00
Jum’at
Santri Putri
5.
Tahsin Al-Qur’an
18.30-19.30
Selasa
Santri Putra
6.
Muhafadzah/Tikraran
05-00-06.00
Ahad
Santri Putra
7.
Semaan Bil ghaib
05-00-06.00
Ahad
Santri Putra

Alamat dan Rute Transportasi:

Jl. Ks. Tubun Gg. Masjid No. 31 Rt 3 Rw 5, Parakan Onje, Karangsalam Kidul, Kedung Banteng, Purwokerto/Banyumas, 53152. Telp. 0281 626042.
Stasiun Purwokerto

Naik becak dari halaman stasiun minta diantar ke Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah Karangsalam, ongkos Rp 5000,00. Naik Taksi ongkosnya Rp.10.000,00.

Rute: Dari stasiun Purwokerto ke barat, masuk Jl. Jendral Soedirman, lewat Pasar Pon, Lapangan Porka (Bantar Soka), belok kiri Jl. KS. Tubun ke utara sekitar 700 meter, ada plang pondok belok ke timur sekitar 50 meter.

Dari stasiun Purwokerto ke utara, masuk desa Bobosan, pertigaan belok kiri memasuki JL. Kamandaka 300 meter, ada gapura atua plang pondok belok kiri sekitar 100 meter.

Terminal Purwokerto (dari arah Jogya, Kebumen, Purbalingga Tegal, Ciamis, dll. )

Naik Taksi minta diantar ke Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah Karangsalam, sebelah selatan UNWIKU. Ongkos argo Taksi kurang lebih Rp. 25.000,00.

Naik Angkota No. G1, I (1), I (2), Turun di perempatan Karangsalam Kidul, ongkos angkota Rp 2500,00.

[*****]

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar