Rabu, 08 Mei 2013

Subandrio Melamar Jadi Anggota NU


Subandrio Melamar Jadi Anggota NU

 

Menyadari kurangnya tenaga professional dalam bidang politik dan pemerintahan, maka pada tahun 1950-1960-an NU banyak melakukan out sourcing atau rekrutmen tenaga profesional dari luar, baik di bidang, politik, ekonomi dan kebudayaan. Namun demikian rekrutmen tersebut dilakukan dengan secara asal, melainkan dilakukan dengan seleksi moral dan ideologis yang ketat.

 

Kalau secara moral dan ideologi sudah sesuai, maka soal etnis dan ras apa pun tidak menjadi masalah. Contohnya anggota NU ada yang berasal dari ras Cina seperti Tan Kiem Liong yang kemudian ganti nama menjadi Muhammad Hassan, pengusaha yang kemudian menjadi penyandang dana Duta Masyarakat saat itu. Lalu ada lagi nama Tan Eng Hong, keduanya menjadi anggota DPR Fraksi NU hasil Pemilu 1955. Hadirnya orang semacam itu menjadikan usaha yang dibuat NU maju.

 

Sebaliknya kalau secara moral dan ideologi tidak sesuai, maka pejabat tinggi yang terkenal sekalipun tidak akan diterima. Contohnya Dr. Subandrio Waperdam dan Menteri Luar Negeri, yang merupakan tokoh kedua setelah Bung Karno itu lamarannya untuk menjadi anggota NU ditolak. Bahkan keluhan itu diungkap sendiri oleh Waperdam itu ketika berpidato dalam Muktamar NU Ke-23 di Solo 1962: “Walaupun permintaan saya untuk menjadi anggota Partai NU sampai sekarang belum dikabulkan, namun saya merasa bahwa Partai NU adalah partai saya, milik bangsa dan negara. Karena itu kita bertanggung jawab atas perkembangan NU, sebab NU merupakan sarana revolusi.

 

Penolakan NU itu bisa dimengerti, sebab Subandrio secara ideologi berbeda dengan NU dan gaya hidupnya yang flamboyan, lebih cocok dengan partainya dulu yakni PSI yang saat itu sudah dibubarkan, karena mendalangi pemberontakan PRRI-Permesta. NU juga menengarai saat itu Bandrio, meskipun ia berorientasi ke Peking, tapi juga menjadi agen negara Barat kapitalis.

 

Mengingat identitas ganda itu NU bersikeras menolak masuknya politisi ulung itu menjadi anggota NU. Dengan reputasi politik semacam itu ia akan sangat sulit dikendalikan, bahkan akan mengendalikan NU. Apalagi dia juga ketua Badan Pusat Intelijen (BPI). Maka selamatlah NU dari tangan Bandrio yang menurut para ulama dan pimpinan PBNU penerimaan Subandrio lebih banyak madlorot-nya ketimbang manfaatnya. Maka permohonannya tidak dikabulkan. []

 

(Munim DZ, disadur dari Duta Masyarakat 27-12-62 dan beberapa sumber lainnya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar