Selasa, 28 Mei 2013

(Ngaji of the Day) Bentuk Kepribadian dengan Bersabar


Bentuk Kepribadian dengan Bersabar

Oleh: Hasan Baharun*

 

Sabar dalam Islam merupakan sikap yang harus dimiliki oleh seorang muslim dalam menjalankan kehidupan keberagamaannya. Hal ini mudah diucapkan dengan lisan tapi sulit untuk dilaksanakan dan diaplikasikan dalam kehidupan.

Pentingnya sikap “sabar” ini telah digariskan dalam firman Allah (“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk” QS. Al-Baqarah : 45.”).

 

Mengenai definisi Sabar, Abu Zakaria Ansari berpendapat bahwa sabar merupakan kemampuan seseorang dalam mengendalikan dirinya terhadap sesuatu yang terjadi, baik yang disenanginya maupun yang dibencinya. Imam al-Ghazali mengatakan, “Sabar ialah suatu kondisi jiwa yang terjadi karena dorongan ajaran agama dalam mengendalikan hawa nafsu.

 

Selanjutnya, sabar juga berarti teguh hati tanpa mengeluh, saat ditimpa bencana. Jadi yang dimaksud dengan sabar menurut pengertian Islam ialah rela menerima sesuatu yang tidak disenangi dengan rasa ikhlas serta berserah diri kepada Allah. Dan dapat pula dikatakan bahwa sabar merupakan kemampuan atau daya tahan manusia dalam menguasai sifat destruktif yang terdapat dalam tubuh setiap orang. Jadi, sabar itu mengandungi unsur perjuangan tidak menyerah dan menerima begitu saja.

 

Dengan demikian, sabar berarti kosisten dalam melaksanakan semua perintah Allah dalam segala keadaan. Berani menghadapi kesulitan dan tabah dalam menghadapi cobaan selama dalam perjuangan untuk mencapai tujuan. Karena itu, sabar erat kaitannya dengan pengendalian diri, sikap, dan emosi. Apabila seseorang telah mampu mengawal mengendalikan nafsunya, maka sikap/sifat sabar akan tercipta.

 

Teknik Meraih Sabar

 

Sabar merupakan usaha manusia yang harus dilakukan secara sungguh-sungguh dan penuh usaha, sabar bukan merupakan sikap yang didapatkan secara instan dan tiba-tiba, semuanya perlu waktu, kesadaran, dan pembelajaran secara continue. Sampai akhirnya ia melekat dalam diri kita dan menjadi karakter kita. Seperti bernafas, kita tak berfikir saat kita bernafas. Demikian halnya dengan karakter yang telah melekat pada diri kita. Kesabaran, keikhlasan, dan sifat baik lainnya. Akan mengalir saja, jika ia telah melekat dalam diri kita.

 

Dengan sabar kita bisa melihat sebuah peringatan dan hikmah di dalam sebuah masalah, "Sesungguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan". Untuk bisa sabar Mulanya kita harus memaksa diri kita untuk bisa menjadi sabar, dan semua berangkat dari kesadaran diri yang terus menerus, motivasi kuat bahwa " Saya bisa sabar".

 

Sebagai amaliah manusia guna meraih sukses dalam meniti jalan kehidupan ini, ada hal penting yang harus kita ketahui dan lakukan agar bisa memiliki sifat dan sikap bersabar. Banyak cara yang bisa dilakukan agar kita bisa bersabar, diantaranya ; Pertama, sabar adalah masalah hati, dan kadang-kadang kita tidak bisa mengendalikan hati kita sendiri, maka agar bisa bersabar adalah dengan berdo’a memohon kepada Allah dan bertawakkal kepadaNya.

 

Kedua, menjalankan kewajiban-kewajiban yang telah diberikan oleh Allah juga akan menumbuhkan kesabaran. Berpuasa juga akan bisa mendorong kita bersabar, khususnya dalam menahan gejolak nafsu syahwat. Shalat juga akan menumbuhkan kesabaran. Zakat dan sedekah juga akan menumbuhkan kesabaran, khususnya dalam hal-hal yang berkaitan dengan harta.

 

Ketiga, membaca al-Qur’an disertai dengan tadabbur (merenungkan) maknanya dan berdzikir (mengingat) Allah. Keempat, membaca Sirah Rasulullah saw, kisah para nabi dan juga kisah para shahabat. Kita akan mendapatkan pelajaran penting bagaimana mereka bersabar, sehingga mendorong diri kita untuk ikut bersabar. Kelima, berkawan dengan orang-orang yang berilmu agama. Ketika kita menghadapi ujian, mereka akan bisa memotifasi dan memberi nasihat kepada kita untuk bersabar.

 

Berangkat dari hal tersebut di atas, diperlukan upaya keras dan sungguh-sungguh untuk mendapatkan gelar sabar. Sabar itu aktif bukan berdiam diri (pasif) dan dilakukan sampai berhasil. Ketika ada stimulus, jangan langsung diberi respons, kita pause dulu terutama pada stimulus yang berbahaya, yang menyebabkan kita marah. Rumusnya adalah SPP : STOP, PIKIR, PILIH.

 

Sabar dan Pembentukan Kepribadian

 

Sabar itu indah, kata Alquran. Tapi, bukan seperti dipahami oleh orang awam, sebagai sikap pasrah pada nasib yang menimpa. Secara bahasa pun, sabar artinya tahammul, yakni daya tahan/daya pikul. Sebuah kemampuan karunia Allah yang paling besar setelah iman.

 

Sepanjang jalan ujian, orang sabar ''tidak mengeluhkan kepedihan derita kepada siapa pun juga, kecuali kepada Allah Ta'ala'', seperti ditulis Al Jurjani “Sabar adalah tanda lulus dalam ujian musibah demi musibah”. “Hidup memang tidak terlepas dari ujian, agar bisa diketahui secara nyata siapa hamba Allah yang pejuang dan yang sabar dalam perjuangannya” (QS Muhammad : 31)”.

 

Ujian dengan musibah bukan untuk menjatuhkan manusia pada kenistaan. Justru sebaliknya sebagai tanda cinta dan rasa percaya dari Rabbbul 'alamin kepada hamba-Nya. Nyatanya, para nabi, hamba Allah yang paling dimuliakan dan dicintai-Nya, harus menempuh ujian paling berat, dibanding orang beriman lainnya.

 

Dengan demikian, tidak ada orang yang bisa disebut sabar, jika sikapnya menolak atau mengelak berdiri bersama permasalahan yang tidak mengenakkan di hati. Orang yang sabar selalu memancarkan kehangatan bagi orang lain karena ia senantiasa pasrah pada Allah dalam kondisi apa pun.

 

Ali bin Abi Thalib mengumpamakan keutamaan sabar bagi keimanan seseorang itu bagaikan tubuh, dan sabar adalah kepalanya. la mengatakan, “Sabar bagi keimanan laksana kepala dalam tubuh. Apabila kesabaran telah lenyap maka lenyap pulalah keimanan.” (HR. Baihaqi).

 

Sabar itu membentuk jiwa manusia menjadi kuat dan teguh tatkala menghadapi bencana (musibah). Jiwanya tidak bergoncang, tidak gelisah, tidak panik, tidak hilang keseimbangan, tidak berubah pendirian. Tak ubahnya laksana batu karang di tengah lautan yang tidak bergeser sedikit pun tatkala dipukul ombak dan gelombang yang bergulung-gulung.

 

Dengan mempunyai sifat sabar kita bisa menjadi pribadi yang menyenangkan dan berkharisma. dan dengan sabar kita bisa menyelesaikan masalah dengan solusi yang tepat. Dan kita tidak hanya memikirkan hasil akhir, kita juga menikmati proses terjadinya. Jadi tidak ada salahnya kita bersikap sabar. Walau memang mencoba menjadi sabar adalah hal yang luar biasa susah, tetapi bukan tidak mungkin. Dengan ini saya mencoba mengajak sahabat berlatih memiliki sifat sabar dan tenang. Untuk kehidupan yang lebih baik, dan bersabar untuk meraih kesukesan. []

 

* Penulis adalah Dosen IAI Nurul Jadid Paiton Probolinggo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar