Senin, 13 Mei 2013

(Buku of the Day) Perang Muhammad, Kisah Perjuangan dan Pertempuran Rasulullah


Dibalik Kisah Perang Rasulullah

 



 

Judul Buku        : Perang Muhammad, Kisah Perjuangan dan Pertempuran Rasulullah

Penulis             : Dr. Nizar Abazhah

Penerbit            : Zaman

Cetakan            : Pertama, 2011

Tebal                : 432 

Harga               : Rp 50.000,-

Perensi             : M Hanifan Muslimin, Alumnus pesantren Tebuireng Jombang

 

Nabi Muhammad pertama kali diangkat sebagai Rasul dan menjalankan misi kenabian ketika berusia 40 tahun. Dalam sejarah manusia, Muhammad termasuk orang yang berhasil meraih kesuksesan luar biasa baik dalam hal spiritual maupun kemasyarakatan. Terbukti sampai saat ini ajaran yang dibawanya masih eksis bahkan berkembang di penjuru dunia.


Perjuangan Muhammad dalam menjalankan misinya tidak hanya berdakwah menyampaikan nilai agama saja tetapi juga berperang mengibarkan bendera Syahadat, mengangkat senjata melawan para pembangkang yang sengaja menghentikan syiar Islam. Dalam hal ini yang berambisi menentang ajaran Muhammad adalah golongan kafir Quraisy.


Dr Nizar Abazhah dalam bukunya memaparkan dengan jelas perjuangan perang Muhammad. Ada tiga alasan mengapa Nabi berperang. Pertama, melayani serangan musuh, seperti yang terjadi dalam perang Badar, Uhud, dan Khandaq. Nabi meladeni perang-perang itu untuk mempertahankan diri.


Kedua, memberi pelajaran terhadap musuh yang mencari gara-gara atau bersekongkol mengganggu kaum muslim meskipun sudah ada nota perjanjian atau kerjasama. Seperti ditunjukkan melalui perang Qani Quaraizhah, Khaibar, Mu’tah dan sejumlah penggrebekan terhadap kaum Badui yang berencana menyerang kaum muslim atau yang tidak berkomitmen menjaga perjanjian dan perlindungan yang diberikan Nabi kepada mereka. Semua itu perang penertiban atau penghukuman.


Ketiga, menggagalkan rencana musuh yang mengancam kaum muslim, seperti perang Tabuk dan sejumlah ekspedisi datasemen (pasukan siaga perang) yang dikirim Nabi untuk mencegah suku-suku mempersiapkan penyerangan terhadap kaum muslim di Madinah (halaman 327-328).


Perang yang sangat melelahkan, menguras pikiran, tenaga, harta dan nyawa di tempuh oleh Nabi, sahabat dan para pejuang Islam. Sekitar 10 tahun beliau tinggal di Madinah, terjadi 64 kali peperangan, 26 perang dipimpin Nabi sendiri dan selebihnya adalah pasukan utusan Nabi. Maka tidak heran apabila banyak orang terutama orientalis dan mereka yang berkacamata sinis, menuding Islam tumbuh dari ayunan pedang dan Nabi Muhammad maniak perang. Padahal berdasarkan fakta dan data otentik itu semua tidak benar.


Dari ketiga alasan yang dipaparkan penulis dapat ditarik kesimpulan bahwa Nabi tidak pernah menyulut peperangan. Pihak musuhlah yang memulainya dengan brutal dan penuh dendam. Perilaku tersebut diperlihatkan sejak awal Nabi mendakwahkan Islam secara terbuka di Makkah. Meskipun harus menemui ajal di ujung siksaan kaum musyrik, namun sebagian kaum muslim cukup sabar. Mereka rela menanggung beban penderitaan serta tabah menghadapi kekejaman dan sikap kaum Quraisy yang tak pernah lunak.


Selama tiga belas tahun Nabi memfokuskan diri menanamkan tauhid. Sampai akhirnya tiba baiat Aqabah kedua, yang oleh para peneliti disebut sebagai awal kemenangan politik bagi kaum muslim sebab baiat ini menjadi tonggak tumbuhnya benih negara Islam pertama.


Nabi mulai melakukan dakwah secara damai di Madinah. Andai kaum Quraisy tidak menghalangi dan mempersulit serta berlaku jahat niscaya suasana damai akan terus berlangsung.


Siapa pun yang menyimak sejarah hidup Nabi dalam konteks peperangan pasti mengetahui kapasitas dan keistimewaan beliau sebagai pemimpin atau panglima. Begitu pula kapasitas para sahabat yang beliau tunjuk sebagai panglima di berbagai medan perang. Mereka adalah guru bangsa Arab yang tangguh dan piawai.


Rahasia kebesaran dan kesuksesan Nabi di bidang militer terletak pada fatwa bahwa beliau adalah manifestasi wahyu Allah. (halaman 338). Dengan kekuatan itu beliau mampu menanggung berbagai kesulitan dan penderitaan berat. Dengan kapasitas kepemimpinan yang tak tertandingi itu pula Nabi mampu membalik situasi dari posisi lemah ke posisi kuat, dan dari posisi bertahan ke posisi menyerang.


Keberhasilan Nabi dalam menyimpan rahasia dan melakukan serangan dadakan mencapai puncaknya ketika beliau mengerahkan sepuluh ribu prajurit muslim dalam ekspedisi penaklukan Makkah. (halaman 352).


Buku setebal 432 ini menjawab dengan data yang kaya dan terpercaya. Penulis berhasil dengan lincah mengisahkan perang-perang Rasulullah yang masyhur dalam sejarah. Menggetarkan sekaligus menyadarkan kita apa sejatinya alasan dan tujuan nabi perang, bagaimana beliau memimpin pertempuran, bagaimana pasukan disiapkan, serta apa nilai-nilai yang diteladankan.


Ulasan dengan bahasa yang lugas dan latar belakang setiap perang serta pencantuman ayat-ayat Al-Qur’an terkait kisah tertentu membuat buku ini kian kaya. Lebih kaya lagi, disuguhkan kisah tentang perang dingin, perang informasi, perang ekonomi, dan perang psikologi di mana Nabi unggul dalam semua jenis peperangan ini dan mengembangkan sejauh mungkin supaya tidak meletus perang fisik dan kontak senjata. Bagi Nabi perang fisik merupakan alternatif terakhir ketika situasi benar-benar memaksa.


Buku ini layak dibaca oleh semua kalangan untuk menambah pengetahuan perjuangan Nabi dalam bermasyarakat maupun perang sehingga dapat diambil manfaatnya. Inilah karya berharga yang mencerahkan  dan membantu kita melihat secara tepat perang pada masa Nabi serta memahami secara benar ajaran Al-Qur’an tentang perang. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar