Rabu, 22 Mei 2013

(Ngaji of the Day) Mari Studi Banding dengan Umar Ibnil-Khaththab


Mari Studi Banding dengan Umar Ibnil-Khaththab

Oleh: Moch. Achyat Achmad

 

Mari kita sejenak meluangkan sedikit waktu untuk comeback pada periode salaf saleh, memperbincangkan lagi sambil mengamati tingkat kemakmuran umat islam pada masa itu. Barangkali kita bisa memetik faedah yang semoga sedikit banyak dapat melonggarkan kesempitan, atau mencerahkan kesuram-muraman hari-hari kita.


Sebab bagaimanapun, hingga hari ini rakyat Indonesia tidak kunjung makmur. Angka kemiskinan terus meningkat, pengangguran terus bertambah, kesempatan kerja setipis rambut. Jangankan di negara kita, di negara maju seperti Amerika saja sejak resesi terjadi hingga sekarang ditaksir sudah hilang 11 juta kesempatan kerja.


Jika mau menambah daftar masalah yang melilit negeri ini, mungkin daftar itu bisa mengular tak putus-putus, lihat saja: wabah terjadi dimana-mana, bencana alam mengancam setiap waktu, demonstrasi masa dan tawuran terjadi hampir setiap hari. Korupsi juga terus dan merajalela, makelar kasus dan mafia hukum berseliweran dimana-mana. Berita terbaru, perusahaan konsultan dari hongkong, PERC, mengumumkan hasil surveinya bahwa Indonesia kini adalah Negara dengan tingkat korupsi paling tinggi di Asia Pasifik.


Mencari-cari kesalahan tidak akan mengatasi masalah. Lebih baik dan bijak jika kita mau melakukan studi banding, bukan kenegara maju seperti Amerika, tapi pada sejarah islam kita, dimana para pendahulu yang saleh telah sukses di banyak bidang kehidupan, termasuk kemakmuran rakyat.


Sejarah mengatakan, pada masa pemerintahan Sayyidina Umar Ibnil-Khaththab yang tidak lebih dari 20 tahun pemerintahan Negara Madinah berlangsung, saat itu mampu memberikan bantuan tunai langsung (BLT) kepada seluruh rakyatnya tanpa terkecuali dengan rician sebagai berikut:

·         Al-Abbas (paman nabi) mendapat 25.000 dirham pertahun (Rp.800.000.000,-)

·         Para istri rasul masing-masing mendapat 10.000 dirham pertahun (Rp.320.000.000,-)

·         Feteran perang badar masing-masing 5.000 dirham pertahun (Rp.160.000.000,-)

·         Orang yang masuk islam pasca perang badar hingga perdamaian hudaibiyah mendapat 4.000 dirham pertahun (Rp.128.000.000,-)

·         Anak-anak kecil mendapat 100 dirham pertahun (Rp.3.200.000,-)

·         Setiap rakyat miskin kebagian bahan makanan 2 jarib perbulan (364,8 kg)


Menakjubkan bukan! Orang miskin pada masa pemerintahan Sayidina Umar menerima BLT 364,8 kg perbulan. Ini saja sudah menunjukkan tingkat kekayaan Negara islam yang tinggi saat itu, jika kita uangkan dengan asumsi Rp.7.000,-/kg berarti setiap warga miskin mendapat BLT Rp.2.553.600,-/bulan, jadi bantuan untuk rakyat miskin saja sudah menyaingi gaji PNS yang bekerja sebulan penuh.


Lalu apa rahasianya sehingga Negara Madinah pada masa lalu bisa mencapai kemakmuran luar biasa dalam tempo kurang dari 20 tahun? kenapa negara kita dengan umat muslim terbesar didunia ini tidak mampu mengembalikan kejayaan itu? []

 

Sumber: Buletin Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan – Jawa Timur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar